Pernikahan pun segera dilaksanakan. Acara digelar cukup mewah karena para tamu undangan Fahrial adalah orang – orang penting dari perusahaan konstruksinya. Pujian demi pujian terdengar karena sang pengantin wanita begitu cantik dan Fahrial pun mengakui bahwa perempuan yang sudah sah menjadi istrinya itu sangatlah memesona, bahkan saat ini Fahrial merasa seperti mimpi bisa menikahi Kiara.
Ditengah hiruk – pikuk, Kiara melamun saja. Satu hal yang Kiara sadari saat ini yaitu sebuah fakta bahwa kehidupan bisa berubah dalam sekejap, ia dulu sering kali merendahkan Fahrial tetapi dalam beberapa tahun kedepan justru lelaki itu mencapai puncak kejayaannya sedangkan Kiara sendiri malah jatuh ke dalam kehidupan penuh penderitaan. Untungnya, Fahrial baik hati kepadanya dan tidak menyimpan dendam.
Selama acara resepsi, Fahrial terlihat sangat bersemangat menyambut tamu undangan sedangkan Kiara terlihat biasa – biasa saja tak ada kesan bahagia. Gadis itu seperti mengikuti saja alur rangkaian acara pernikahan tetapi dalam hatinya ingin buru – buru selesai karena Kiara sama sekali tidak suka acara ini.
Selesai acara pernikahan, Fahrial segera mengajak Kiara ke rumah yang memang sengaja Fahrial beli sejak lama dan akan dia tinggali ketika sudah berumah tangga. Sekarang, rumah itu pun akan dia tempati.
“ Kamu capek ya? “ tanya Fahrial sambil mengemudikan mobilnya menuju rumah.
“ Iya. “ Singkat Kiara.
“ Kamu mau beli sesuatu dulu gak sebelum kita sampai di rumah? “
“ Tidak. “ Kiara melengos ke arah jendela mobil, ia lebih suka melihat jalanan dibanding ke arah Fahrial.
Fahrial ingin memegang tangan Kiara tetapi gadis itu sontak menariknya.
“ Kenapa? “ tanya Fahrial, ia bingung istrinya itu terlihat ketus padahal dia tak berbuat salah.
“ Gak apa – apa, Fahri. “ Jawab Kiara seadanya saja.
Fahrial pun tidak berfikiran negatif, mungkin saja Kiara seperti itu karena sedang merasa kelelahan. Dia pun mempercepat lajut mobilnya agar segera sampai ke rumah.
Sampainya ditempat tujuan, Fahrial buru – buru turun dari mobil agar bisa membukakan pintu untuk istrinya itu.
“ Makasih. “ Kata Kiara saat Fahrial membukakan pintu.
“ Sama – sama. “ Fahrial tersenyum. “ Oh iya, ada yang ingin aku tunjukkan kepadamu. “ Ungkap Fahrial. “ Tunggu sebentar. “ Fahrial berjalan masuk ke dalam mobil untuk mengambil kain hitam, lalu kembali lagi kehadapan Kiara.
“ Tapi, sebelum aku kasih tau… kamu tutup mata pakai ini dulu ya? “ Fahrial menunjukkan kain hitam itu ke arah Kiara.
“ Hm. “ Kiara mengangu saja, ia tidak banyak bertanya seperti para wanita umumnya ketika ingin dikasih sesuatu bertanya ‘ Kamu mau kasih apa? ‘ atau minimal terlihat penasaran, tapi hal itu tidak berlaku bagi Kiara.
Fahrial mulai menutup mata Kiara menggunakan kain hitam cukup panjang itu. Setelah beres, Fahrial mengajak Kiara masuk ke dalam rumahnya itu.
Fahrial membantu Kiara untuk menaiki tangga dengan hati – hati agar istrinya tidak terjatuh karena kamar mereka berada di lantai dua. Kiara tidak bertanya – tanya apa yang akan ditunjukkan oleh Fahrial, gadis itu diam saja mengikuti arah kemana Fahrial tuntun sampai akhirnya tiba di dalam kamar. Fahrial pun membuka kain hitam yang sejak tadi menutupi mata Kiara.
“ KEJUTAN!!! “ Seru Fahrial penuh semangat menunjukkan kamar yang saat ini sudah dihias sedemikian rupa ala – ala pengantin baru.
Mata Kiara mengamati sekelilingnya dengan ekspresi datar. Kiara melihat di atas kasur ada kepingan bunga mawar yang di tabur berbentuk hati atau love dan tak lupa ada handuk putih yang sengaja di bentuk dua hewan angsa saling berhadapan sebagai simbol cinta serta di bagian lantai kamar banyak di tabur bunga dan juga hiasan lilin.
Semua hiasan dan dekorasi yang ada dikamar memberikan kesan romansa untuk pengantin baru tetapi Kiara tidak terpesona ataupun mengucap hal – hal yang memuji untuk mengapresiasi kejutan dari Fahrial.
“ Gimana? Kia, suka gak? “ Fahrial bertanya dengan senyuman merekah, ia tak sabar menunggu tanggapan dari istrinya itu.
Kiara menghela nafas berat sambil memutar kedua bola matanya. “ Biasa aja. “ Jawab Kiara seadanya.
JLEB.
Tanggapan Kiara yang seperti itu langsung memudarkan senyuman yang tadi tercetak di wajah Fahrial.
“ Apa ada yang kurang atau—“
“ Fahri, aku mau mandi. Sebaiknya kamu singkirkan bunga mawar itu dari atas kasur karena setelah mandi aku mau tidur. “ Potong Kiara.
“ Loh, kenapa? “ Fahrial bertanya – tanya. “ Apa kamu alergi bunga mawar? “
“ Fahri, aku itu sama sekali gak alergi bunga mawar, tapi bagi aku ini semua gak penting banget. “ Kiara memandangi ke arah bunga mawar yang bertaburan di beberapa tempat. “ Lagian, ngapain kamu tabur bunga kayak gini coba? Ini tuh, kamar tidur bukan pemakaman. “ Imbuh Kiara sambil geleng – geleng kepala.
Fahrial diam, ia mengamati dekorasi yang menurutnya hampir semua wanita menginginkan kejutan manis seperti ini di malam pertama setelah pernikahan, tapi sepertinya Kiara tidak termasuk ke dalam daftar perempuan yang menyukai ini.
“ Itu juga lilin ngapain, sih? “ Kiara menunjuk lilin yang berjajar di lantai. “ Ini kamar bener – bener udah kayak tempat pesugihan ada bunga mawar dan lilin. “ Selesai bicara, Kiara berjalan menuju kamar mandi.
Fahrial menatap kepergian Kiara dengan hati mencelos karena tidak ada tanggapan manis sedikitpun dari wanita itu. “ Sabar Fahri….sabar….” Fahrial mengusap dadanya sendiri untuk melegakan sesak akibat cibiran dari Kiara.
Disaat Kiara membersihkan diri, Fahrial buru – buru menyingkirkan bunga mawar dari atas kasur. Pokoknya, semua dekorasi di kamar itu Fahrial benahi karena Kiara tidak menyukainya.
Ketika Kiara keluar dari kamar mandi, semua bunga mawar yang ada di kasur dan lantai sudah bersih tak tersisa. Dia mencari – cari keberadaan Fahrial tetapi tidak ditemukan, mungkin saja lelaki itu sedang membuang sampah – sampah hiasan tadi.
Ponsel Kiara berdering dan ternyata itu panggilan video dari teman – teman tongkrongannya. Kiara angkat panggilan tersebut dan muncul wajah teman – temannya di layar ponsel.
“ HAPPY FIRST NIGHT, KIAA!!! “ Teriak teman – temannya heboh sekali.
“ CIE KIARA BENTAR LAGI DI COBLOS! “
“ Ngaco ya kalian semua. “ Kiara bergidik geli, ia merebahkan tubuhnya dengan posisi telengkup di atas kasur ukuran King.
“ Nanti live ya pas lo sama suami lagi buat dedek bayi. “ Ucap temannya menggoda Kiara.
“ Shut up! “ lagi – lagi Kiara bergidik geli. “ Tidak akan ada malam pertama dalam kamus hidup gue karena saat ini gue nikah bukan atas dasar cinta. “ Tutur Kiara disambut tawa dari teman – temannya yang sudah tahu alasan dia menikah hanya demi terbebas dari hidup susah.
Fahrial baru saja masuk ke dalam kamar, ditangannya membawa sebuah nampan berisi dua gelas s**u hangat. “ Kia, mau nyusu? “ tawar Fahrial terdengar oleh teman – teman Kiara yang masih aktif vidio call.
“ Tuh, suami lo minta nyusu, Kia. “ Tawa mereka membludak membuat Kiara malu dan marah. Dia buru – buru mematikan panggilan video, lalu membalikan badannya melihat ke arah Fahrial. Padahal, maksud Fahrial menawarkan gadis itu untuk meminum s**u tetapi Kiara salah kaprah dengan berfikir Fahrial meminta yang aneh – aneh padanya.
“ Maksud kamu apa, Fahri! Jangan mentang – mentang kita sudah menikah, jadi kamu bisa minta yang aneh – aneh! “ seru Kiara beranjak turun dari kasur, ia berjalan mendekati Fahrial dengan penuh amarah.
Fahrial membalikkan badannya dengan posisi berdiri menutupi dua gelas s**u yang baru saja dia letakkan di atas nakas. “ Aneh – aneh gimana maksud kamu, Kia? “ Fahrial bertanya dengan wajah polos karena dia tak mengerti letak kesalahannya dimana.
“ I—itu tadi kamu minta nyusu sama aku! Emangnya kamu anak bayi apa minta ASI segala! “ cetus Kiara memberikan tatapan sinis dengan alis yang saling bertautan.
Fahrial mengerjapkan matanya cepat, ia sedikit memundurkan wajahnya sambil garuk – garuk kepala.
“ Siapa yang minta nyusu sama kamu, Kia? “ kini Fahrial jadi ingin tertawa setelah sadar Kiara menuduhnya meminta yang aneh – aneh.
“ Terus tadi maksud kamu apa, HAH? “ Kiara bertanya dengan nada sewot.
“ Kia…Kia…” Fahrial berdecak seraya membalikkan badannya untuk mengambil segelas s**u, lalu dia sodorkan ke arah Kiara. “ Aku itu nawarin kamu mau nyusu atau enggak. Bukan aku yang minta nyusu ke kamu. “ Fahrial tertawa lepas sedangkan Kiara terdiam malu karena sudah salah tuduh pada lelaki dihadapannya yang masih memegang segelas s**u.
“ Argggh! Sini! “ merasa salah tingkah, Kiara mengambil kasar segelas s**u di tangan Fahrial, lalu dia teguk cepat seperti orang kehausan, bahkan tidak sampai satu menit s**u dalam gelas berukuran 600ML tersebut habis tanpa sisa setetes pun.
Kiara bersendawa seraya meraih tangan Fahrial, lalu dia kembalikan gelas tersebut kepada Fahrial.
“ Makasih! Sekarang, Kia mau tidur! “ Kiara membalikkan badannya berjalan menuju tempat tidur. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya kasar di atas kasur, menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya, lalu Kiara mulai memejamkan matanya.
Fahrial masih berdiri di dekat nakas dalam keadaan tertegun memandangi gelas kosong di tangannya, ia geleng – geleng kepala karena Kiara sangat cepat menghabiskan s**u tersebut dalam sekejap. “ Bener – bener si Kiara. “ Dia letakkan gelas itu di atas nakas.
Fahrial berjalan ke arah tempat tidur, ia ikut naik ke atas kasur dan duduk terdiam selama beberapa saat sambil memandangi Kiara yang kini tidur menyamping membelakanginya. Sebagai pengantin baru, tentunya Fahrial mendambakan malam ini untuk mendapatkan sentuhan romansa cinta bersama sang istri, tapi sepertinya hal itu tidak berlaku untuk dirinya karena saat ini Kiara terlihat tidak tertarik untuk melakukan kegiatan b******a.
“ Kia, udah tidur belum? “ tanya Fahrial.
“ Udah. “ Sahut Kiara.
Fahrial terkekeh. “ Belum tidur kok, nyaut. “ Fahrial menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Kiara, ia rebahkan tubuhnya tepat disamping gadis itu dengan posisi ikut menyamping. “ Kia, kamu gak mau—“
Kiara yang tahu kemana arah pembicaraan Fahrial pun langsung buru – buru memotong. “ Enggak. “
“ Kenapa? kamu capek ya? “ Fahrial berusaha berfikir positif saja. “ Yaudah besok aja kalau gitu. “ Ungkap Fahrial mencoba untuk bersabar.
“ Besok juga gak bisa. “ Balas Kiara.
“ Loh, emang kenapa? “ Fahrial bertanya – tanya.
“ Aku lagi datang bulan. “ Bohong Kiara tetapi Fahrial percaya saja.
“ Oh gitu. “ Fahrial manggut – manggut. “ Kalau sudah selesai haidnya kabarin ya? ”
“ Iya, kalau inget. “ Balas Kiara yang sejak tadi bicara dengan mata terpejam.
“ Yaudah kalau begitu, selamat beristirahat. “ Tangan Fahrial membelai lembut kepala Kiara, lalu dia memeluk tubuh gadis itu dari belakang dengan erat sambil memberikan kecupan lembut di punggung Kiara. Sontak mata Kiara terbuka lebar saat merasakan tubuhnya di dekap Fahrial, apalagi kini tangan kekar lelaki itu sudah melingkar di pinggul sampai ke depan perut Kiara.
“ Fahri! “ Kiara bergegas menyingkirkan tangan Fahrial dari tubuhnya dan mencoba untuk mendorong tubuh Fahrial menggunakan sikut tangannya agar lelaki itu melepaskan pelukannya.
“ Kenapa? Emangnya gak boleh ya, aku peluk istri sendiri? “ Fahrial bertanya – tanya dengan heran menatap Kiara yang kini terbangun duduk.
“ Fahri, ukuran kasur ini besar dan kamu milih sempit – sempitan kayak tadi? “ Kiara berdecak sebal sambil memutar kedua bola matanya malas. “ Udah, deh. Sana geseran! Hus…hus…” Usir Kiara.
“ Emang aku kucing apa pake hus…hus…segala. “ Ucap Fahrial sambil menatap Kiara bingung, ia pun segera bergeser untuk memberi jarak antara dirinya dan Kiara.
“ Nih, guling ini jadi batas antara aku dan kamu! “ Kiara meletakkan sebuah guling di tengah – tengah kasur sebagai pembatas agar Fahrial tidak bisa dekat – dekat dengannya seperti tadi.
“ Kok, kamu kayak gitu sih, Kiara? “ Fahrial tidak habis fikir, dimana – mana orang habis menikah menghabiskan malam pertama dengan bermesraan tetapi justru dia mendapatkan kenyataan yang berbeda karena istrinya sendiri tidak ingin di sentuh.
“ Cewek kalau lagi PMS gak bisa disenggol sedikitpun! Jadi, kamu jangan peluk atau sentuh – sentuh aku kalau gak mau lihat meja, bangku, bahkan isi kamar ini melayang – layang di udara! “ ancamnya memperingati. Selesai bicara, Kiara kembali merebahkan tubuhnya untuk melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda.
Fahrial bungkam, ia tidak banyak bicara lagi dan menuruti saja apa keinginan Kiara daripada nanti isi kamarnya jadi acak – acakan karena tahu kalau perempuan sudah ngamuk bisa – bisa semua benda seperti disihir melayang di udara lalu terhempas kemana – mana alias dilempar asal untuk melampiaskan amarahnya.
Fahrial berniat untuk menggeser pembatas tersebut agar dirinya bisa sedikit lebih dekat dengan Kiara tetapi kepekaan gadis itu sangat kuat sebab dia seperti sudah tahu apa yang akan Fahrial ingin lakukan.
“ Jangan coba – coba untuk menggeser atau merubah pembatas itu ya, Fahri! “ celetuknya membuat Fahrial kembali meletakkan guling tersebut ke tempat semula.
“ I—iya, Kiara. “ Fahrial meneguk ludahnya susah payah karena hampir saja ketahuan menggeser guling itu.
Kiara membalikkan badannya menghadap Fahrial yang saat ini tidur dengan posisi terlentang.
“ Pokoknya, kamu gak boleh melewati batas dan guling ini gak boleh bergeser sedikitpun! Ingat itu! “ Kiara kembali membalikkan badannya untuk membelakangi Fahrial.
Fahrial menurut saja daripada urusannya jadi panjang.
Mereka berdua pun mulai terpejam. Pasangan yang baru saja resmi menikah itu terlihat seperti orang sedang bermusuhan karena tidur berjarak dan saling memunggungi satu sama lain.