- 10 -

1214 Kata
"Ka, lo kan anak komunikasi nih, terus disana di ajarin twitteran, facebookan, whats app, BBM, atau sejenisnya lah. Itu kan juga bagian dari komunikasi. Ohh iya gue mau yang jawabnya Kaka Cina loh!" suara cempreng itu menyabut kedatangan Karin bersama kelompoknya ketika memasuki kelas XI IPS 4. Suara yang sangat Karin kenali, cempreng, rame, dan sok imut! Komentar Karin. "Nih anak nyolot deh, nama gue Rafa tau! Bukan cina, pacarnya Dimas! Oke gue jawab pertanyaan dari Kiran. Komunikasi yang di maksud itu bukan begituan, lo mau belajar apa sosial network-an? Kuliah di warnet aja sono!" jawab Rafa yang kebetulan sedang mengisi kekosongan di kelas Kiran, mempromosikan kampusnya. Sebenernya komplotan Rafa gak ada niat promosi disini, mereka kan masih kelas XI, sedangkan Rafa hanya promosi di kelas XII yang sebentar lagi lulus. Tapi Kiran aja yang maksa. Bilang aja demen. "Maaf, De, kami mau melangsungkan KBM lagi." ucap Pak Santo ramah, pada kelima mahasiswa yang saat ini membuat kelas XI IPS 4 ramai. "Ohh silahkan, Pak. Yasudah terimakasih atas waktunya.." salah satu teman Rafa pun berpamitan, di ikuti dengan yang lainnya. "Yaahh Bapak! Pasti mau presentasi deh, udah sih Pak sekali ini aja gak usah masuk. Biar Kakak-kakak itu pada lanjut lagi ngocehnya.." dari bangkunya yang terletak di belakang, Kiran berteriak lantang. Serasa tak punya dosa dan ketakutan sama sekali berbicara seperti ini. "Yeee jangan Pak, mending presentasi aja. Pilihan bapak bagus buat presentasi kesini, ada Karin tuh. Sampe pagi presentasi juga gue dengerin deh, Rin.." Rizky ikut berteriak lantang, sambil memandang Karin begitu manis. "Idih si Karin aja di liatin, bosen gue! Kayak lo ngerti aja, Ky kalo lagi pada presentsi. Lo kan suka tidur, kalo enggak bolak balik ke wc cuci muka." Kiran membalasnya dengan cibiran. "Itukan biasanya, kalo sekarang mah kan ada Karin. Gak bakal tidur deh. Rizky kembali menyaut tak mau kalah. Mereka pun terus beradu mulut, tak ada yang mau mengalah. Padahal presentasinya sama sekali belum mulai, tapi udah debat duluan. "Stop! Kenapa jadi ramai seperti inisih? Kiran, jika kamu tidak ingin mengikuti pelajaran saya silahkan keluar! Dan Rizky, harap tenang!" Pak Santo pun turun tangan, setelah ia mendengarkan perdebatan Kiran dan Rizky. "Liatdeh, udah rame duluan kan?" Karin hanya ngedumel kesal,.mendengar Kiran dan Rizky adu mulut. "Pak, mau ke toilet yaa.." Ilham mengangkat tangannya, kemudian berjalan kedepan kelas. Di ikuti dengan Arbis yang mengekor di belakangnya. "Dih ke toilet berduaan, hayoo mau ngapain?" Sayna meledek Ilham dan Arbis yang hendak ke toilet. Arbis dan Ilham yang sudah di ambang pintu pun menoleh. "Sayna kepo deh, ngiri yaa gak di ajak Ilham. Yaudah ayuk gue ajak, mau ikut gak?" ucap Arbis sambil meledek. "Nggak deh kapan-kapan aja." "Yaudah deh, bye Sayna. I'll be back.." Arbis mulai dramatis, lalu kemudian pergi meninggalkan kelas. "Mausia disini pada stress ya, Rin? Kayaknya yang presentasi di kelas kita pada aman deh?" Angga berbisik, bertanya pada Karin. "Seperti yang lo liat, apalagi si Bandit itu." "Bandit siapa?" "Kiran and the genk." "Ohh, si Arbis juga yaa?" "Yes!" Akhirnya presentasi pun di mulai, meski suasananya rusuh dan rame. Karena kelas ini emang gak bisa di atur. Bukan cuma Klover yang rame, tapi semuanya. Namanya juga XI IPS 4, kelas paling akhir. Beda jauh dengan XI IPA 1 yang mayoritas pintar dan rajin. Klover aja merhatiinnya gak serius, sambil makanin basreng yang Arbis dan Ilham beli pada saat tadi ijin ke toilet. Makannya sih ngumpet-ngumpet, mereka sih udah profesional kayak begini, udah sering sih. Padahal kan yang presentasi Karin, kembaran Kiran, pada kagak ngehargain deh. Kayak Rizky dong, serius banget noh merhatiinnya. Gak kedip pula. Bukan merhatiin presentasi, tapi merhatiin Karin yang ngomong, ahh! Semakin membuat Rizky jatuh cinta. *** Bel pulang sekolah mulai berbunyi. Waktu yang selalu di tunggu para siswa pun akhirnya tiba. Berbondong-bondong para siswa pun keluar dari kelasnya dan bergegas untuk pulang. Sejak bel pulang, Arbis langsung pergi tanpa menunggu Sayna, Kiran, dan Ilham. Arbis tampak terburu-buru, meski mereka pulangnya tidak searah atau barengan, tapi kebiasaan rutin bareng ke parkiran selalu di lakukan. Namun Arbis kayaknya ada keperluan lain dan buru-buru pergi. "Ehh, Kak Cina udah pulang belum yaa?" ucap Kiran di sela-sela jalannya menuju pintu kelasnya, bersama Ilham da Sayna. "Gak tau, sms aja." Sayna mencoba memberi usul. "Gue gak punya nomornya." "Yee, masa gak punya sih. Ehh bentar deh, tadi Ka Dimas gak ikut yaa?" "Kayaknya enggak, lagian mereka beda fakultas kok, cuma satu kampus doang." "Gue curiga deh, lo suka yaa sama Ka Rafa?" suara Sayna sedikit mengencang, bertanya dengan tatapan menggoda pada Kiran. "Ke Bekasi, Apasih? Gak lah biasa aja!" Kiran berusaha mengelak, meski dari tatapannya Kiran terlihat malu-malu saat Sayna mulai menebak perasaannya. "Ciee, awas loh nanti Ka Dimas ama Ka Rafa berantem loh." Sayna menyenggol pundak Kiran, sambil terus menggodanya. Ilham tampak berjalan di belakangnya, telinganya tertutup dengan hansfree yang di setelkan musik dengan volume sekeras-kerasnya, sehingga Ilham tak mendengar apapun yang di bicarakan Kiran dan Sayna. "Na, lo pulang sama gue kan?" Ilham melepaskan hansfree nya, lalu berjalan mensejajarkan dirinya dengan Kiran dan Sayna. "Iyalah! Arbis aja kagak keliatan tuh." saut Sayna. Mereka bertiga pun sampai di parkiran, Sayna dan Ilham berjalan kearah lain, karena mobil Ilham di parkir gak deketan sama Kiran. Kiran pun menghampiri Karin yang sudah duduk di dalam mobilnya. Tak lama kemudian, mobil tersebut pun jalan meninggalkan Kiran yang belum masuk. "KARIINN!! TUNGGU!!" Kiran berteriak sambil berlari mengejar mobil yang di kendarain Karin itu. "Kariinn! Buka kagak!" Kiran berhasil menyamai jalannya mobil, ia menggedor-gedor kaca mobil yang tertutup rapat. Akhirnya Karin pun menghentikan mobilnya, setelah Kiran susah payah mengejarnya. Untungnya ini masih di area parkiran, jadi Karin tidak mengemudikan mobilnya terlalu kencang, naun berhasil membuat nafas Kiran tersenggal-senggal saat mengejarnya.   Hari ini tumbenan Kiran dan Karin bangun rada pagi. Pasalnya semaleman Kiran gak bisa tidur gara gara bolak balik ke wc. Dan terakhir Kiran ke wc pas jam setengah lima. Pengen banget rasanya tidur lagi di kasur yang empuk. Matanya juga pengen banget merem karena semaleman tidurnya ke ganggu sama rasa mules di perutnya. Tapi kayaknya gak mungkin, kalo tidur jam segini mau bangun jam berapa? Bisa bisa Kiran telat ke sekolah. Karena gak mau bangun pagi sendirian, suara cempreng Kiran udah teriak teriak aja dari jam setengah lima. Tangannya gak berhenti mengguncang tubuh Karin yang masih terlelap dalam tidurnya. Dan pastinya Karin pun langsung emosi karena tidurnya di ganggu. Omelan dari Karin pun menjadi sarapa untuk Kiran. Jam masih menunjukan setengah enam. Mereka gak betah juga kalo berangkat ke sekolah pagi banget. Menurut Kiran, lebih baik telat dari pada harus datang lebih awal. Pedoman gak bener yang jadi acuan hidup Kiran itu emang udah dari smp Kiran terapin. Jadi pagi ini mereka menyempatkan diri untuk sarapan di rumah. "Enak banget idup lo, Rin! Gue mah repot disini masak mie. Ehh elo malah nonton sepongebob. Inget umur!" Teriak Kiran dari dapur, sambil tangannya kerepotan mengangkat mie instan yang di masaknya untuk sarapan. "Jadi adek tuh harus ngalah sama Kakak! Yee hak gue dong, ada gitu larangan nonton spongebob? Seenggaknya rada mendingan dari pada elo nonton kartun monyet itu." Balas Karin. Matanya sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari televisi. Meski episod cerita spongebob yang di ulang-ulang setiap harinya, namun tetap saja Karin fokus nontonnya. "Goerge (dibaca jors, ituloh kartun monyet yang di Antv) namanya! Tapi lucu tau monyetnya." "Iyalah lo bilang lucu. Secara mirip sama elo!" Kiran tak membalas. Kini ia hanya sibuk dengan mie instan nya. Karin pun mengambil mie instan yang sudah di buatkan Kiran. Mereka pun hanya saling fokus dengan makanannya. Tanpa berbicara apapun. Setelah selesai makan, Kiran melirik jam dinding yang tergantung pada tembok belakang tv. Ternyata sudah jam enam. Keduanya pun bergegas mengambil tas yang tergeletak di atas kaaur di kamarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN