Wanita itupun pergi, sambil tersenyum ramah pada Arbis. Tanpa mengucapkan kata apapun lagi. Wanita Itu berhasil mengunci pandangan Arbis, Arbis terus menatap punggung wanita itu yang mulai jauh dari
pandagannya. Arbis terdiam, ia mematung di tempatnya.
Suara bel masuk menggema di seluruh area sekolah, namun Arbis seakan tak memperdulikannya. Arbis masih terdiam pada posisinya. Memikirkan tentang kejadian beberapa menit yang lalu.
"Jadi lo gak kenal sama gue?" gumam Arbis. Tatapannya menerawang jauh pada sosok wanita tadi. Arbis tak mungkin salah lihat,
Arbis begitu mengenalinya, sangat
mengenalinya. Namun satu kenyataan barusan di alaminya. Apa yang salah? Mengapa wanita itu seolah tak mengenali Arbis? Apa wajah Arbis berubah? Ataukah memang dia yang melupakan Arbis? Tidak mungkin!
Sejahat itukan Tisya, wanita yang selama ini di nantinya. Benar apa yang pernah di katakannya. Dia kembali, dia telah menepati janjinya. Namun mengapa Tisya seolah tak mengenali Arbis?
***
Mata Kiran berbinar, ketika mendapati seorang lelaki chines celingukan di koridor sekolahnya. Lelaki itu tak memakai seragam yang sama sepertinya, ia hanya memakai
kaos berwarna putih dengan celana jeans yang senada. Kali ini mata sipitnya tidak tertutup kaca mata. Wajahnya tampak kebingungan.
"Kakak Cina!!" Kiran berteriak, sambil berlari kecil menghampiri Rafa. Mimpi apa Kiran semalam? Di sekolahnya ia melihat Rafa. Rafa menoleh, mendapati Kiran
tengah berlari menghampirinya. Gadis SMA ini memang lucu, wajahnya masih begitu lugu, rambut panjangnya yang di biarkan terurai bertebaran kesana kemari. Namun yang paling Rafa sukai, mata Kiran yang agak belo. Ngiri kali Rafa, abis matanya merem.
"Ahh lo lagi! Bosen gue liatnya.." desis Rafa, menatap Kiran datar. Kiran memanyunkan bibirnya, saat mendapati jawaba Rafa yang seperti itu. Kiran mengerti ini hanyalah basa-basi kalo ketemu gak sengaja, woo udah basi keles! Batin Kiran. "Yeee, gue kan manis, jadi gak ngebosenin. Gue tau Kak sebenernya lo seneng kan ngeliat gue, seenggaknua lo gak keliatan b**o banget gitu celingukan
disini. Gue tuh baik hati, cuma mau menawari bantuan ke elo. Whats wrong?" dengan gaya sok-nya, Kiran bertanya pada Rafa. Meskipun awalnya memuji diri sendiri, sebenarnya Kiran peduli saat melihat Rafa kebingungan seperti ini.
"Kampus gue ada acara ngasih penyuluhan gitu di SMA ini, tadi gue kesini bareng temen gue 5 orang. Tapi mereka pada ke kantin, gue abis dari toilet. Yang gue bingung kantinnya dimana?" ungkap Rafa jujur. Dasar Rafa, ngeles aja bosen ketemu Kiran, padahal kan butuh juga tuh.
"Lo udah keliling nyari kantin?"
"Mata gue udah keliling tapi gak keliatan." Rafa menjawab seolah tak punya dosa. Huh, ingin sekali Kiran menjitak kepalanya, yaiyalah kagak ketemu! Orang kantin dilantai 2, dan Rafa sekarang di lantai 1, cuma keliling mata doang mah mana ketemu.
"Kantinnya di atas, Kak! Ayolah gue anter." Kiran pun menawarkan dirinya untuk mengantarkan Rafa.
"Yaudah ayok.." ajak Rafa. Namun tiba-tiba saja tangannya mrangkul pundak Kiran dengan akrabnya, sontak membuat Kiran terkejut. Hatinya berdetak tak karuan, saat tangan itu mulai merangkulnya sambil berjalan, mengajaknya mengantarkan ke
kantin. Detak jantung Kiran semakin tak
beraturan, saat Kiran mendongkak ke
sampingnya, menatap Rafa yang wajahnya biasa saja, menatap jalanan.
Kiran berusaha menetralisir detak jantungnya. Apa maksudnya ini? Dari sekian banyak lelaki yang dekat dengan Kiran, Kiran tak pernah merasakan getaran ini. Getaran yang dahulu memang pernah di rasakannya, namun saat masih bocah. Cinta monyet ituloh. Tapi kali ini rasa itu hadir
kembali. Saat Kiran bersama Rafa.
"Naik tangga ini kan?" Rafa menoleh pada Kiran, sambil menunjuk tangga yang berada di hadapannya. Terlihat jelas bahwa saat itu Kiran masih terus memperhatikan wajah
Rafa. Membuat Rafa sedikit terkekeh. "Lo ngeliatin gue yaa?" Skak mati! Kiran tertangkap basah sedang memandang wajah Rafa yang berada di sampingnya itu.
"Ahh.. aa.. apaan deh? Siapa juga yang liatin lo. Emm itu, di muka lo ada nyamuk tau!" Plakk!! saking saltingnya Kiran, ia menjawab asal. Tangannya malah menampar pipi Rafa yang kata Kiran ada nyamuk. Ya ampun Kiran, ini masih siang keles, masa iya
ada nyamuk? Lagian inikan di sekolahan, sekolah Kiran kan lumayan elite, jelek banget kalo ada nyamuknya. Bohongnya gak rapih nih. Kan kasian tuh gara-gara salting
Rafa malah di tabok.
"Aww sakit! s***p lo yaa?" Rafa melepaskan tangannya yang tadi merangkul Kiran, ia mengelus pipinya yang di tabok Kiran.
"Ehh sorry, kan tadi gue bilang ada nyamuk.."
"Yaudahlag cepetan anter gue ke kantin itu!" kini Rafa hanya menarik tangan Kiran, untuk segera menaiki tangga sekolahnya. Kiran merutuki dirinya sendiri, ah! Bodoh sekali Kiran, kok jadi salting gitu yaa? Pake nabok Rafa segala lagi. Kan kasian, lagian kok bisa kepergok lagi ngeliatin sih. Segitu terpesonanya kah melihat aura ketampanan Rafa?
Beberapa siswa menatap pemandangan yang tak biasanya itu. Kiran yang emang gak terlalu tenar, tapi cukup terkenal lah, terkenal gara-gara Klover yang heboh dan
rame. Apalagi disitu ada Arbis yang bikin cewek pada penasaran, terus Ilham yang demen tebar pesona sama orang. Di sekolah ini korban Ilham lumayan banyak loh. Nah kalo Kiran, dia juga terkenal PHP sih, tapi yang bikin mereka terkejut, kali ini Kiran
jalan di sekolahan bareng lelaki yang tak mengenakan seragam seperti yang lainnya.
Anak kampus! Mana keren abis gayanya, mukanya juga lebih dari sekedar ganteng. Cewek mana yang gak ngiri sama Kiran? Koleksi cowok Kiran kan udah banyak, bagi-bagi kek! Batin beberapa siswa yang memperhatikan Kiran dan Rafa.
***
Beberapa anak sekelas Karin keluar dari kelasnya, termasuk Karin. Sekitar lima orang berjalan keluar kelasnya, sambil menenteng buku dan alat tulis lainnya. Mereka berjalan mengikutin seorang guru yang memimpin jalan mereka.
"Kita presentasi di kelas mana ya, Rin?" Angga, teman sekelas sekaligus kelompok belajarn Karin berjalan sejajar dengan Karin. Sambil berjalan mengikutin guru, Angga berusaha mengajak ngobrol Karin.
"Nggak tau deh, mudah-mudahan jangan di XI IPS 4." saut Karin, sambil berharap semoga kelompoknya tak harus presentasi di kelas Klover. Dan juga disitu ada Rizky, terus kelas itukan paling bawah banget, pasti rusuh dan ribet.
"Lah? Emang kenapa di XI IPS 4?"
"Males aja, kelasnya rame banget. Ohh iya, Ngga. Cewek yang tadi ngobrol ama lo, cewek lo yaa?" obrolan mereka berlanjut, kini Karin malah bertanya tentang wanita yang
istirahat sempat mengobrol akrab dengan Angga di depan kelas. Tumben banget Karin kepo gini.
"Iya, kenapa emang?" Angga tersenyum, sambil sedikit mengingat tentang kekasihnya yang tadi mengurus kepindahan ke sekolah ini.
Angga tidak sabar akan satu sekolah dengan kekasihnya itu. Akhirnya Long Distance Relationship nya kini berbuah
menyenangkan, Angga yang selama ini menjalin hubunga jarak jauh dengan kekasihnya akan kembali dekat seperti semula.
"Gapapa sih, cantik tau.." puji Karin tulus. Tuhkan, sekarang Karin muji orang. Jarang-jarang loh Karin bilang orang itu cantik, Kiran aja yang segitu gak pernah di puji Karin. Yang ada di bully mulu, jahat banget deh ama sodara -_- berati pacar Angga itu cantik bangt kali yaa, ampe Karin aja ngakuin gitu.
"Haha, bisa aja, Rin. Iya dia cantik, selalu cantik di mata gue." Angga tertawa kecil, mendapati Karin yang memuji kekasihnya.
Tanpa di sadari keduanya, karens keasyikan mengobrol, mereka tidak sadar bahwa guru yang membimbingnya kini mulai menghentikan langkahnya. Tepat di kelas XI IPS 4. Sangat berbalik dengan doa Karin.
"Yaahh, Rin. Doa lo gak manjur, kita presentasi disini." Angga meledek Karin, saat mulai menyadari gurunya sudah memasuki XI IPS 4. Karin pun hanya tersenyum kecut, sambil mendengus sebal dan mengikuti yang lainnya memasuki kelas XI IPS 4.