BAB 16: 3D-nya Rosaline

1074 Kata
Di rumah lain di kota yang sama, Darren sedang menatap cermin di kamar mandinya dan memperhatikan bibirnya yang ternyata luka, pantas saja tadi dia merasa agak perih. Dia menghitung dan menemukan ada tiga luka di bibir bawahnya. Dia tersenyum miring sambil terus melihat tanda cinta dari dosennya itu. Jika ciumannya aja segalak itu, apalagi di atas ranjang? Senyumannnya berubah m***m saat membayangkan adegan panas di ranjang yang membuat juniornya bereaksi. “Saya harap itu sudah memuaskan rasa ingin tahumu. Mulai sekarang menjauhlah dari saya dan jangan pernah mencium saya lagi. Sebentar lagi saya akan menikah!” Tiba tiba kalimat kejam itu melintas di benaknya dan menghancurkan semua bayangan mesumnya dengan Bu El, karena itu berarti yang menjadi pemain prianya bukanlah dia tapi calon suami dosennya itu. Tanpa dia inginkan, bayangan pria tanpa wajahlah sekarang yang sedang bermesraan dengan Bu El. KRAK!! Darren meninju cermin di depannya hingga pecah berserakan. Wajahnya memerah tanda emosinya sudah diluar batasnya. Dia masih terus menekan kepalan tangannya yang sudah mengeluarkan banyak darah itu ke tembok, tangannya terluka akibat terkena pecahan kaca cermin itu. Pecahan cermin yang hancur sudah berserakan di lantai kamar mandi. Suara itu mengejutkan Rosaline yang sedang menyiapkan bahan untuk membuat makan malam, dia bergegas mencari asal suara itu. Rosaline mengetuk pintu kamar mandi dan memanggil putranya. Tidak lama Darren membuka pintu kamar mandi itu. “Ya ampun, Darren. Tanganmu kenapa?” tanya Rosaline panik saat melihat darah yang masih mengucur deras dari tangan putranya. “Tadi ada lalat di kaca, maaf kacanya pecah karena Darren memukulnya terlalu keras.” jawab Darren, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun walau darah di tangannya sekarang membasahi lantai. Rosaline memperhatikan tangan putranya dan tahu kalau putranya berbohong. Masa memukul lalat menggunakan buku jari? Dia melirik putranya yang masih diam tanpa ekspresi dan tidak mau menatap wajahnya. Dia melepaskan celemeknya dan membungkus tangan putra bungsunya itu. “Ayo kita obati dulu lukamu,” kata Rosaline dan Darren berjalan mengekori ibunya. Mereka masih sama-sama diam saat Rosaline mengobati luka Darren. Dia bahkan membutuhkan pinset untuk mencabut beberapa serpihan halus kaca yang menancap di buku jari putranya, baru setelahnya dia memberi obat dan membalut luka itu. Memiliki dan merawat tiga putra membuatnya cukup ahli mengobati luka. “Lain kali memukul lalatnya di samsak saja, jangan bertingkah bodoh dengan menyakiti diri sendiri!” tegur Rosaline setelahnya. “Maafkan aku, Ma.” jawab Darren. Dia lalu berdiri setelah ibunya selesai membalut lukanya. “Kamu mau kemana?” tanya Rosaline. “Membersihkan kamar mandi.” jawab Darren. “Tidak perlu. Jangan menggunakan tanganmu dulu. Biar mama yang bereskan,” kata Rosaline. Dia lalu bangkit dari duduknya dan menepuk pelan pundak putranya saat melewatinya. Rosaline berpikir kalau Darren marah karena hukuman yang diberikan suaminya, namun dia jugalah yang berkontribusi dalam memberikan saran itu pada suaminya. Awalnya dia berpikir kalau Darius dan Donny yang akan lebih dulu masuk ke dalam perusahaan, tapi ternyata sekarang Darren yang akan masuk lebih dulu ke Volle. Hal itu mendorongnya untuk lebih keras pada Darren agar putra bungsunya itu lebih mandiri dan bertanggung jawab. Dia mengenal jelas perangai ketiga putranya. Darren si bungsu adalah anak yang selalu mengekspresikan keinginannya dan ingin bebas dalam melakukan apapun, termasuk dalam hal pekerjaan, karena itulah dia suka menjadi model freelance. Rosaline berharap, jika Darren menjadi asisten Darius, anak itu bisa menumbuhkan rasa tanggung jawab, agar nanti bisa memimpin perusahaannya sendiri. Begitu juga dengan perangai kedua putranya yang lain. Dia membiarkan Donny untuk mencoba berusaha dengan kemampuannya sendiri di Jakarta, agar putranya itu bisa mengerti perilaku para pebisnis di Jakarta. Namun jadinya sekarang dia yang pusing dengan putra keduanya itu yang sampai sekarang masih tidak mau bekerja di Volle, padahal sudah empat tahun Donny berada di Jakarta. Untung saja Aksa tidak mengeluh saat dia meminta tambahan waktu sampai ketiga putranya itu menikah. Dan terakhir putranya yang pertama, yang seharusnya sekarang sudah memegang salah satu perusahaan Volle Group, namun tidak jadi karena Darius gagal menikah dengan Fiona. Untung saja belang wanita itu ketahuan sebelum Darius menikahinya. Namun akibatnya, sekarang Darius berniat untuk melanjutkan kuliah S3 di Inggris, yang membuat Rosaline semakin sakit kepala. Sebenarnya dalam hatinya dia tidak yakin kalau Darius benar benar mencintai Fiona, tapi mengapa putranya itu seakan ingin segera pergi dari sini? Melihat perangai putra pertamanya yang mirip suaminya, membuatnya tidak yakin Darius akan bisa mencari wanita lagi, mereka terlalu kaku dan sangat tidak sensitif. Karena itulah dia memutuskan untuk mencoba menjodohkan Darius dengan anak temannya yang juga pernah gagal menikah. Dia pernah bertemu gadis itu, sebenarnya anaknya agak pendiam, tapi Darius juga tidak menyukai wanita cerewet. Dia berharap kedua orang itu bisa saling mengobati luka di hati mereka. Semoga kali ini dia mengambil tindakan yang tepat. Tidak apa Darius melanjutkan S3 di Inggris setelah putranya itu menikah nanti, jadi Darius dan istrinya nanti bisa membantu Aksa mengurus Volle Group cabang Inggris. **** “Apakah kita terlalu keras pada anak itu?” tanya Rosaline pada suaminya saat mereka sudah di kamar dan bersiap tidur. “Dia laki laki. Dia memang harus kuat dan bisa bertanggung jawab. Bagaimana dia mengurus keluarganya nanti jika kita terus memanjakannya? Kita tidak hidup selamanya.” jawab Adianto. Sebenarnya dia juga agak terkejut saat makan malam tadi. Bukan karena luka di tangan putranya, tetapi karena ekspresi wajah putranya. Darren tidak marah ataupun membanting barang, dia makan dengan tenang tapi ekspresi wajahnya dingin. Putra ketiganya itu anak yang ekspresif, jadi saat melihatnya menahan amarah sebesar itu membuatnya merasa agak bersalah juga. Tapi dia juga harus tegas karena putranya sudah hampir lulus kuliah, sebentar lagi Darren akan masuk ke Volle dan dunia bisnis itu kejam. Lebih baik mereka tegas sekarang agar putranya itu bisa bijaksana dalam mengambil keputusan di masa depan. **** Untuk pertama kalinya Darren tidak bisa tidur karena memikirkan wanita. Dia sekarang sedang berpikir apakah lebih baik dia mencoba merebut Bu Eloisa dari calon suaminya? Tapi melihat wanita itu begitu galak padanya membuatnya tidak yakin kalau wanita itu mau dengannya. Tiap kali mereka bertemu, pasti Bu El sibuk mengusirnya. Darren menghela nafas, koq sekalinya dia jatuh cinta malah rumit seperti ini ya? Mana orangnya udah mau nikah lagi! Kenapa waktunya mepet bener, padahal dia sendiri belum yakin apakah perasaannya ini adalah cinta sejati atau hanya cinta monyet belaka! Belum lagi kalau akhirnya dia berhasil membuat Bu El jatuh cinta padanya, apakah dia yakin mau menikahi wanita itu? Bagaimana kalau ternyata nanti dia bosan pada wanita itu seperti dengan wanita lain selama ini? Padahal wanita itu sudah rela meninggalkan calon suaminya karena dirinya. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN