1. ELORA

1611 Kata
Pagi-pagi sekali Delon sudah dikejutkan dengan sebuah tangan mungil yang melingkari tubuhnya. Seketika tubuh Delon membeku seraya menatap tangan mungil tersebut. Mencoba mengingat kepingan-kepingan memori selama sehari penuh sebelum ia tertidur bersama seorang wanita. Kepingan yang tadinya berhamburan perlahan menyatu menjadi ingatan 100%. Fix, dirinya kemarin sibuk bekerja dan sudah lama ia juga tidak mengunjungi night club. Lantas siapa wanita yang dengan beraninya naik ke atas ranjangnya? Hembusan hangat napas yang menyapa kulit punggung telanjangnya semakin membuat Delon bingung. Dalam keremangan cahaya Delon mencoba mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kamar, memastikan ia sedang berada di kamar siapa. Tak lama terdengar hembusan napas lega lolos dari bibir Delon kala mengenali jika kamar itu adalah kamar miliknya. Dengan jantung yang mulai berdegup kencang Delon memegang tangan mungil itu lalu mengangkat dari atas tubuhnya dengan hati-hati. Masih dalam perasaan penasaran Delon perlahan menggeser tubuhnya agar terbebas dari tubuh wanita yang memeluknya lalu mengambil posisi untuk duduk. Sekilas ia menatap tubuh seseorang dari balik selimut yang hanya menampakkan rambut panjang berwarna hitam kecoklatan. Tangannya segera mencari saklar lampu tidur di nakas sebelahnya. "Ya Allah, Elora!" Pekik Delon setelah sedikit menyibak selimut yang menutupi wajah gadis itu, tentu saja Delon seketika mengenali siapa gadis yang berani masuk ke dalam kamarnya tanpa izin tersebut. Putri dari sahabatnya Aira dan Deanova. Delon benar-benar lupa jika mulai kemarin siang hingga empat hari mendatang gadis cantik dengan netra hazel itu akan tinggal bersamanya untuk sementara waktu. Tapi yang membuat Delon tidak habis pikir adalah, mengapa gadis itu pindah ke kamarnya? Padahal kamar tamu sudah Delon siapkan khusus untuk gadis tersebut agar selama tinggal bersamanya gadis itu merasa betah dan nyaman. Delon lega karena ternyata wanita yang berada di ranjangnya adalah Elora, gadis yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. Mungkin Elora takut di kamar sendiri atau memang belum terbiasa tidur di tempat asing. Delon sangat mengenal Elora, gadis itu memang sedikit penakut dan manja. "Kamu pasti mengira Om Delon adalah daddy kamu ya?" Ujar Delon dalam sunyi seraya tersenyum lembut menatap wajah terlelap Elora. Delon segera turun dari atas ranjang setelah membenahi selimut di tubuh Elora. Pria itu menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Delon memakai baju koko beserta sarung yang baru saja ia keluarkan dari dalam lemari. Tak ketinggalan ia meraih sajadah beserta peci hitam yang langsung dikenakan di atas kepalanya. Seperti biasa, sebisa mungkin pria itu akan mengikuti jamaah salat fardu di masjid yang berada tak jauh dari rumahnya. Dengan sedikit tergesa-gesa Delon menuruni anak tangga karena tidak ingin Nick menunggunya terlalu lama. Dengan senyuman terkembang Delon mendekati Nick yang sudah berdiri di bawah tangga. "Ayo kita berangkat!" Ajak Delon seraya merangkul putra si mata wayangnya. Menyadari Nick tidak bergerak dari posisinya membuat Delon menoleh dan menatap lekat penuh tanya pada sang putra. "El nggak dibangunin Pa?" Tanya Nick dengan polos sembari masih menatap ke arah pintu kamar tak jauh dari kamar Nick berada. Seketika Delon terkesiap dengan pertanyaan Nick yang tak disangkanya. "Emmm... El. Ah ayo kita berangkat. El biar Papa bangunin nanti sepulang kita berjamaah," jawab Delon dengan sedikit ragu. Tentu saja bukan waktu yang tepat untuk Delon mengatakan pada Nick jika Elora tengah bergelung dalam selimut di atas ranjang miliknya. "Ok," balas Nick lalu melingkarkan tangan di pinggang Delon. Mereka berjalan bersama ke luar dari rumah menuju masjid. ****** Sepulang dari masjid Nick langsung masuk ke dalam kamarnya begitupun dengan Delon. Langkah pria itu terhenti tatkala melihat salah satu asisten rumah tangganya bernama Lastri yang tengah membersihkan dapur. "Mbak Lastri, Si El sudah bangun?" tanya Delon yang langsung di balas wanita itu. "Belum Pak Delon, saya belum melihat Nona Elora ke luar dari kamarnya." "Oh.. Ya udah terima kasih Mbak," balas Delon lalu segera naik menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Delon masih mendapati Elora yang masih terlelap. Pria itu menggelengkan kepala dengan terkekeh. Setahunya El terbiasa bangun pagi dan salat subuh berjamaah bersama keluarganya. Andai kedua orang tua El tahu jika Delon membiarkan El melewatkan salat lima waktunya pasti mereka marah. Jadi Delon segera menyalakan lampu utama kamar agar gadis itu terbangun. Dan benar saja tak lama gadis itu menggeliatkan tubuh seraya menutupi kedua netranya dengan tangan. Menghalau cahaya yang mencoba menabrak retina miliknya. Lantas diikuti suara erangan Elora seraya menarik selimut, menenggelamkan tubuhnya di sana. "Ayo bangun El, sholat subuh dulu. Klo Mommy dan Daddy kamu tahu gini pasti mereka marah sama Om," ucap Delon lalu menarik selimut yang menutupi tubuh gadis itu. "Ih Om Delon rese deh. Masih petang juga!" Protes Elora dengan kedua tangan mengucek netranya yang masih terasa sangat lengket. . "Bangun. Perawan nggak boleh bangun siang!" tegur Delon lagi. "Iya ya Om bawel!" El mengambil posisi duduk seraya membuka netra secara perlahan. Samar ia mulai bisa melihat pria tampan dengan koko dan sarung yang membungkus tubuh atletisnya. Dengan mendengus kesal El mulai menjulurkan kakinya ke lantai lalu berusaha berdiri dengan tegap. "Besok kamu nggak boleh pakai baju tidur seperti ini lagi," tegur Delon saat melihat pakaian minim yang dikenakan Elora. Gadis itu hanya mengenakan celana super pendek dipadu kaos tanpa lengan yang memperlihatkan lekukan tubuhnya. "Oya, kamu juga tidak boleh masuk ke dalam kamar Om lagi tanpa izin dari Om," sambung Delon dengan lembut tapi jelas terdengar tegas. "Siap Om, maaf semalam El nggak bisa tidur. Kangen Daddy," aku El dengan suara lirih lalu segera menekan kenop pintu yang sudah dipegangnya. Setelah pintu kembali tertutup rapat Delon menghembuskan napas kasar. Delon baru menyadari jika El bukan lagi gadis kecil yang dulu sering bermain dengannya. Gadis itu kini sudah tumbuh menjadi gadis dewasa dengan wajah cantik bak boneka. Jika dilihat dari body, El lebih pantas menjadi seorang model seperti mamanya semasa muda. Hanya saja secara fisik gen Deanova lebih dominan. Rambut gadis itu berwarna hitam kecokelatan dipadu dengan sepasang iris cantik berwarna hazel yang semakin membuat gadis itu mirip dengan artis-artis Turkey dalam telenovela negara berjuluk Kota Para Nabi. Delon sudah paham bagaimana cara El berdandan dan berpakaian sehari-hari selama ini. Biasa, seperti remaja pada umumnya. Tapi melihat El dengan pakaian tidur minim seperti tadi jelas mengganggu ketenangan dirinya dan Nick. Apalagi Nick yang mulai beranjak remaja. Delon hanya ingin menjaga keduanya dengan baik. Bukankah lebih baik sedia payung sebelum hujan? Menjaga sesuatu yang kita miliki dengan baik agar tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi perkembangan teknologi yang serba canggih seperti saat ini. Delon sangat menyadari jika dirinya bukanlah seorang ayah yang sempurna bagi Nick. Ia tidak bisa mengawasi Nick selama 24 jam penuh setiap harinya karena ia juga harus bekerja. Tapi Delon yakin apa yang telah ia ajarkan pada putranya selama ini adalah ikhtiar terbaik yang telah ia lakukan. Di bawah tangga Nick terkejut saat melihat Elora turun dari lantai atas. Tempat kamar dan ruang kerja papanya berada. "Ngapain kamu dari kamar atas?" ucap Nick penuh rasa penasaran seraya menatap Elora dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Jangan bilang kamu menyusup ke kamar Papa semalam?" cecar Nick tanpa memberikan kesempatan pada Elora untuk menjawab. "Berisik, aku mau salat dulu!" balas El santai lantas segera memasuki kamarnya. Rahang Nick mengeras mengikuti arah langkah Elora hingga gadis itu menghilang di balik pintu. Mendadak Nick merasa tidak nyaman dengan kehadiran Elora di rumahnya. Nick mengangkat wajahnya, menatap ke arah kamar papanya dengan perasaan tak menentu. Remaja laki-laki itu segera menggelengkan kepala. Mengusir bisikan halus dari dasar hatinya. Tapi ternyata tak semudah itu Nick mengenyahkan bisikan negatif yang sedikit demi sedikit memenuhi benaknya. Remaja itu tanpa sadar melangkah menuju anak tangga. Ia berhenti sejenak setelah melewati lima anak tangga dengan tak lepas menatap ke arah pintu kamar papanya. Antara ragu dan takut. Masih mencoba mendamaikan hati dan otaknya yang tengah berperang dahsyat Nick lantas membalikkan tubuhnya dan kembali turun lalu menuju kamarnya untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah. ****** Kini mereka bertiga tengah duduk di ruang makan. Delon dengan pakaian rapinya dan Elora serta Nick dengan pakaian seragam sekolah mereka. Delon menghentikan tangannya yang hendak menyuapkan makanan ke dalam mulutnya kala melihat Nick yang hanya memainkan makanan di hadapannya. "Nick, kamu kenapa? Sakit?" cecar Delon dengan rasa khawatir. Tak biasanya ia melihat wajah muram Nick seperti saat ini. Tampak remaja itu hanya mengaduk-aduk makanan di hadapannya tanpa minat padahal menu sarapan pagi ini adalah menu favoritnya. "Nggak Papa. Nick baik-baik saja Pa!" Nick menatap Delon sekilas seraya menggelengkan kepala pelan lalu segera menyendok makanan dan mengunyahnya dengan cepat. Sedangkan Elora hanya terdiam dan menyimak obrolan sepasang ayah dan anak di hadapannya dengan penuh perhatian. Setelah menyelesaikan sarapannya Nick segera bangkit dan hendak meraih tangan Delon untuk bersalaman. "Papa antar kalian ke sekolah," ucap Delon yang seketika membuat mata Nick melebar sempurna. Bukan hal yang aneh bagi Nick karena setiap hari Delon sendiri yang mengantarkan dirinya berangkat ke sekolah. Untuk pulang biasanya Nick dijemput oleh supir keluarga mereka. Tapi pagi ini Nick merasa kesal karena ia harus berada satu mobil bersama Elora. "Om nggak perlu repot-repot mengantar El ke sekolah, Daddy udah nyiapin supir yang akan antar jemput El sekolah setiap hari," terang El dengan santai. Gadis itu memasangkan tas ransel dikedua bahunya lantas berdiri untuk berpamitan juga. "Tidak El, Om sudah bilang Daddy kamu selama tinggal di sini Om yang akan antar jemput kamu sekolah," tegas Delon tanpa ingin dibantah oleh kedua remaja di hadapannya. "Ok, terserah." El menanggapi lalu merangkul bahu Nick yang langsung disingkirkan oleh remaja laki-laki tersebut. Nick menatap nyalang ke arah El yang hanya tersenyum. El sih biasa saja, memang selama ini Nick lebih akrab dengan adiknya, Ivand dan Viero daripada dengannya. "Ayo berangkat!" Delon segera meneguk sisa kopinya lalu segera meraih kunci mobil di atas meja makan. Lalu El menyusul langkah Delon tanpa menghiraukan Nick yang masih menatapnya tajam. "Dasar cewek aneh!" gumam Nick dengan lirih seraya menyusul langkah Delon dan Elora menuju pintu ke luar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN