Seandainya orang - orang tahu apa sesungguhnya yang dirasakan dan dipikirkan oleh Asmara. Ia hanya terlihat sebagai sosok kuat yang selalu ceria dan pantang menyerah. Salah Asmara memang yang tak pernah menunjukkan sisi lemah tak berdayanya pada mereka.
Asmara bahkan pernah akan melakukan ....
Asmara menggeleng. Rasanya aneh mengingat hari itu. Sementara saat ini ia berada di sini.
Asmara memandang langit malam bertabur bintang di atas sana. Seseorang menghampirinya dengan menggunakan kursi rodanya.
"Tidur bang. Udah malem, ngapain di luar?"
"Gerah, Sam. Bentar aja, habis ini masuk." Asmara berbohong tentu saja. Karena ia berada di luar bukan karrna itu.
"Gerah? Jangan Ngada - Ngada deh, Bang. Lagi dingin banget gini. Udah ayo masuk Sekarang. Ntar Ibuk pulang pasti nggak suka lihat bang Mara ada di sini.
"Oke." Asmara hanya segera menurut.
Setelah menjenguk Rori tadi, jiwa melankolis nya kembali berkuasa. Namun ia pura - pura tak terjadi apa - apa karena tak ingin membuat Samara dan Samran khawatir.
Asmara pun benci dengan suasana hatinya sendiri yang seperti ini. Ia harusnya bisa menjadi lebih kuat. Tidak lemah seperti ini.
Asmara hanya memikirkan semua terlalu jauh. Membayangkan ia jatuh koka seperti Rori, namun ia sendirian. Kemudian saat dijemput Izrail pun ia sendirian. Bukankah itu sangat miris?
Kadang sisi positifnya mengajak berpikir dengan baik. Masih ada Samara dan Samran. Orang baik yang dikirim Tuhan untuk menemaninya. Tapi Rafi pasti akan melakukan segala cara untuk menyingkirkan mereka. Apalagi Asmara dalam kondisi tidak sadar, tidak akan bisa melindungi mereka. Tidak akan bisa menyelamatkan mereka dari kemarahan ayahnya.
Teringat tadi siang selepas menjenguk Rori. Ketika mereka mengambil tas berisi kanula dan tabung oksigen di toko buku. Asmara susah payah menahan diri untuk tetap kuat dan tetap sadar. Juga susah payah berusaha nampak baik - baik saja meskipun ia sebenarnya sudah sangat kesulitan bernapas.
Keringatnya begitu banyak, memenuhi sekujur tubuhnya. Memacu kekhawatiran Asmara dan Samran.
"Tuh kan Bang Mara jadi sesek napas gitu. Kan tadi udah dibilangin jangan dilepas kanula sama tabung oksigennya." Samran yang langsung panik.
Asmara segera mencubit lengan adiknya, menyiratkan larangan darinya untuk Samran bicara seperti itu. "Udah, kita udah selesai menjenguk Rori, dan kita sudah sampai di sini, udah dapet kanula dama tabung oksigennya. Tinggal dipakai aja, habis ini Asmara pasti baik - baik aja. Iya, kan, Mara?"
Samara berusaha tersenyum pada Asmara. Asmara hanya mengangguk dalam diam sembari memakai kanula dan mengaktifkan oksigen. Ia tahu Samara sebenarnya merasakan khawatir dan panik yang sana dengan Samran. Namun gadis itu sengaja tak menunjukkan itu karena tak ingin kondisi Asmara semakin buruk.
Asmara menghirup udara dari kanula dengan napas panjang, ia embuskan lewat mulut. Begitu terus beberapa kali sampai napasnya kembali membaik, meski belum 100 %.
"Udah enakan, Mara?" tanya Samara kemudian.
Asmara mengangguk. "Maaf ya Sam. Bikin panik."
"Nggak apa - apa, Mara. Jangan minta maaf. Justru kamu hebat banget karena udah berhasil lama nggak pakai oksigen, tapi baik - baik aja." Samara mengacungkan jempolnya.
Asmara terkikik. Samran masih menunjukkan kepanikan yang sama.
Dua orang ini. Mereka bahkan tak memiliki hubungan darah. Tapi mereka begitu baik. Begitu mengkhawatirkan dan menyayanginya dengan tulus.
Seandainya Asmara terpaksa kembali ke rumah sakit kelak karena kondisinya semakin parah, ia bersumpah tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti mereka. Asmara akan memastikan keduanya tetap berada di sisinya meskipun ia berada dalam keadaan tak sadar sekali pun.
~~~~~ Asmara Samara ~~~~~
"Kamu udah nemuin di mana Mara?" Wanita itu bertanya dengan dinginnya pada Rafi sang suami.
Rafi menggeleng. "Bukannya belum ketemu. Aku tahu kok di mana Asmara berada. Tapi kalau dijemput Sekarang, dia pasti akan menolak. Kita biarin aja di sana sementara. Nanti kalau kondisi Mata udah menurun, mereka akan balik ke rumah sakit sendiri. Dan saat itu adalah saat yang paling tepat buat nyalahin kedua temennya itu. Biar tahu rasa, berani - beraninya bikin Mara kabur."
Wanita bernama Emma itu mengernyit. "Kamu mempertaruhkan keselamatan anak kita hanya karena ingin menyalahkan kakak beradik miskin itu?"
"Aku tentu mengawasi mereka, Emma. Aku nggak mempertaruhkan keselamatan Asmara kok. Dia kondisinya lagi cukup fit saat ini. Kalau kondisinya nggak baik ya langsung aku jemput."
"Emangnya mereka itu siapa sih? Maksud nya kayak gimana orangnya. Kenapa Asmara langsung lengket sama mereka padahal baru kenal."
"Makanya kamu sekali - sekali ke rumah sakit dong. Biar tahu. Mereka kakak beradik biasa sih. Bedanya Asmara naksir sama sosok si kakak. Jadinya dia langsung nempel."
"Aku juga pengin ke rumah sakit, Rafi. Tapi kamu kan tahu sendiri aku sibuk. Kamu yang ada waktu harusnya lebih sering nengokin Asmara."
"Aku ada waktu juga kan nggak setiap hari. Sesempatnya aja aku ke sana. Itu juga kan karena Asmara sakit. Padahal harusnya dia ada di kantor bantuin kerjaan aku."
"Makanya kita harus fokus sama kesembuhan Asmara. Dia harapan kita satu - satunya. Siapa yang akan meneruskan perusahaan yang kita bangun kalau bukan dia?"
"Makanya itu aku larang Asmara Deket - Deket sama dua kakak beradik itu. Karena mereka bakal menghalangi kesembuhan Asmara."
"Nah, itu kamu tahu. Jadi kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan? Segera jemput Asmara dari sana, kembalikan ke rumah sakit."
Rafi memikirkan perkataan istrinya. Menganggap ucapan Emma ada benarnya. "Sepertinya aku memang harus segera jemput Asmara."
"Ya memang seharusnya begitu." Emma kembali menyesal teh hijaunya.
Rafi pun mengangguk, sembari meminum kopi hitamnya.
~~~~~ Asmara Samara ~~~~~
Duh ternyata orang tuanya Asmara super kompak gaes. Kebayang nggak sih kehidupan Asmara selama ini dengan orang tua kolot dan sakit kayak mereka?
Duh duh duh ......
Hai hai, Jadi selain cerita Asmara Samara aku juga punya banyak cerita lain di akunku ini.
Semuanya sudah lengkap, sudah tamat, bisa kamu baca sepuasnya
Mereka di antaranya:
1. LUA Lounge
2. Behind That Face (dulu judulnya Adik Suamiku / My Husband's Twin Brother)
3. Nami and the Gangsters (dulu judulnya Tahu Bulat Sayaaaaang Kang Cilok) ini sequel LUA Lounge
4. My Sick Partner
5. The Gone Twin (dulu judulnya NARES)
6. Tokyo Banana
7. Melahirkan Anak Setan
8. Youtuber Sekarat, Author Gila
9. Asmara Samara (on-going)
Sip, sekian pengumuman ini aku tulis
Aku ucapkan selamat membaca
Jangan lupa tekan tanda love warna ungu sampai berubah warna jadi putih
Cukup sekali aja tekannya ya (satu kali untuk satu judul cerita)
Makasih
Sincerely
Sheila
-- T B C --