Keputusan yang diambil Rafi dan Emma adalah, mereka membawa Asmara pulang ke Kediri. Mereka ingin fokus merawat Asmara di rumah mereka sendiri, sehingga proses pemulihan akan lebih maksimal.
Bahkan ketika dibawa dari Malang ke Kediri, Asmara masih belum sadarkan diri. Ia begitu lemah. Kemo terapi itu telah melemahkan nya sedemikian rupa. Ia yang notabene sudah lemah sejak lahir, menjadi semakin memarah.
Sempat terbesit di pikiran mereka untuk membawa Asmara ke rumah sakit di luar negeri. Tapi mereka mendengarkan nasihat dari dokter Nicholas untuk sementara merawat Asmara di sini dulu, setidaknya sampai kondisi anak itu membaik. Karena akan berisiko juga membawa Asmara perjalanan jauh untuk saat ini.
Dalam keadaannya yang belum sadarkan diri, Asmara menjalani serangkaian proses pemeriksaan lengkap untuk mengetahui sejauh mana penyakit yang menggerogoti paru - paru Asmara berkembang. Proses itu tidak lah sebentar. Namun Asmara urung jua sadar.
Dalam menangani Asmara, dokter Nicholas didampingi oleh dokter Ahkam. Dokter muda yang juga sedang berjuang kuliah dokter spesialis sama seperti dokter Nicholas. Dokter Ahkam selain praktik di rumah sakit, juga praktik di sekolah SMA Asmara dulu. Tapi sekarang sudah tidak.
"Jadi bagaimana Dok? Sudah seberapa jauh penyakitnya berkembang?" Rafi segera menanyakan hasil pemeriksaan.
"Kankernya sudah hampir memenuhi paru - paru sebelah kanannya. Untuk Asmara, tentu jalan yang paling baik adalah pembedahan. Karena organ paru - paru adalah organ vital, apalagi paru - paru kanan dan kiri memiliki fungsi yang berbeda, kita tidak bisa serta merta melakukan pengangkatan organ seperti yang kita lakukan pada penyembuhan kanker sebelumnya. Kita harus membedah da mengeluarkan tumor itu dari paru - parunya."
"Tapi tadi anda bilang tumor itu sudah besar ukurannya. Apa itu tida berisiko?"
"Tentu. Risiko selalu ada. Tapi ini adalah salah satu usaha yang harus kita lakukan. Kemarin anda sempat membicarakan tentang membawa Asmara ke luar negeri. Operasi di sana tentu lebih besar peluang keberhasilan karena peralatan pun lebih canggih. Tapi tetap saja kita harus menunggu sampai kondisi Asmara membaik. Untuk pembedahan di sini pun tidak bisa sekarang. Karena Hb Asmara terlalu rendah. Keputusan ada di tangan Anda dan Bu Emma. Kami aka menghormati apa pun keputusan kalian. Karena apa pun keputusan kalian pasti sudah dipikirkan dengan matang dan pasti yang terbaik. Ya sudah kalau begitu saya permisi."
Dokter Nicholas dan dokter Ahkam melenggang pergi dari kamar Asmara.
Suasana pun menjadi hening. Emma dan Rafi masih sama - sama bungkam. Mereka sama sekali belum tahu harus memilih yang mana. Mereka fokus menatap Asmara Sekarang. Putra mereka satu - satunya telah melewati banyak sekali tempaan hidup berupa kesakitan. Namun ia tak pernah menyerah.
Asmara punya mimpi. Asmara adalah anak yang cerdas. Asmara harusnya memiliki masa depan yang cerah.
Oleh karenanya mereka benar - benar harus membuat keputusan yang tepat.
~~~~~ Asmara Samara ~~~~~
Keputusan yang mereka ambil adalah membawa Asmara ke luar negeri. Mereka melakukan penerbangan tiga hari kemudian. Saat itu Asmara sudah sadar. Kondisinya masih buruk namun sudah sedikit lebih stabil. Mereka sudah melakukan perjanjian dengan salah satu rumah sakit paling baik di Singapura.
Ya seharusnya mereka bisa memilih negara lain yang digadang - gadang memiliki fasilitas kesehatan yang lebih canggih. Tapi segala pertimbangan membuat mereka memilih Singapura, karena letaknya yang tidak jauh dari Indonesia. Sehingga penerbangan pun tidak akan memakan waktu terlalu lama.
Asmara begitu menyesal. Saat ia bangun, ia sudah bersama Emma dan Rafi. Kedua orang tuanya nampak begitu terpukul dengan kondisinya yang sudah parah. Seharusnya ia tak pernah merahasiakan kondisinya. Sehingga ia tidak akan mengambil keputusan yang salah, yang membuat kondisinya semakin parah.
Rafi dan Emma sama sekali tidak menyalahkannya. Di mana hal itu semakin membuat Asmara merasa bersalah.
Ia bertekad untuk berjuang sekali lagi. Pengobatan di Singapura nanti, harus ia jalani dengan sepenuh hati. Ia harus pulang dalam keadaan sembuh.
Emma dan Rafi mendampinginya. Padahal mereka sangat sibuk.
"Kamu lagi mikirin apa sayang? Kok diem aja dari tadi?" Emma akhirnya buka suara. Ia duduk di sebelah kanan Asmara, sementara Rafi duduk di sebelah kirinya.
Emma sebenarnya tahu Asmara memikirkan apa. Tapi ia sengaja bertanya. Bukan untuk menekan. Tapi untuk merilekskan pikiran Asmara.
"Mikirin pacarnya kali. Pasti di Malang pacar kamu banyak, kan, Mara?" Rafi menimpali dengan menggoda seraya terkikik.
Itu dia yang dimaksud Emma dengan merilekskan pikiran Asmara. Sudah tiga hari situasi selalu tegang dan canggung. Ini lah saatnya mencairkan suasana kembali. Membuat atmosfer kembali hangat dan kekeluargaan penuh cinta.
Asmara menggeleng. "Aku fokus kuliah kok. Mana ada waktu mikirin pacaran." Asmara mengelak.
"Halah, papi tuh tahu anak - anak seumuran kamu tuh kayak gimana. Dulu Papi waktu kuliah pacar Papi ada lima. Jurusan beda - beda semua biar nggak ketahuan." Rafi malah mengenang masa - masa kuliahnya.
Ia kemudian tertawa, Emma pun sama. Asmara juga tertawa tapi tidak berani terlalu keras.
"Ngaco papi mah." Asmara malah mengatai ayahnya.
"Lhah, nggak percaya dia, Mi. Serius pacar Papi dulu ada lima. Termasuk mami kamu tuh. Kalau nggak percaya tanya aja sama mami."
Emma mencebik. Ya dulu Rafi memang seorang pencinta wanita. Ia adalah jelmaan crocodile jantan yang tinggal di daratan.
"Kamu jangan kayak papi ya sayang. Pemain hati. Suka banget ganti - ganti dan ngerentengin pacar. Kalau mau pacaran sama satu gadis aja cukup ya. Kasihan anak orang hatinya kamu mainin." Emma malah curhat colongan.
"Jadi bener papi dulu play boy." Asmara benar - benar tak habis pikir dan masih belum bisa percaya sepenuhnya. "Terus kok sekarang udah insaf?"
"Ya iya dong insaf. Papi udah berhasil dapetin hati super model kampus yang terkenal seantero Kediri raya. Ya Papi langsung taubat nasuha."
Asmara dan Rafi tertawa setelahnya. Tersisa Emma yang tersipu - sipu Malu.
~~~~~ Asmara Samara ~~~~~
Hai hai, Jadi selain cerita Asmara Samara aku juga punya banyak cerita lain di akunku ini.
Semuanya sudah lengkap, sudah tamat, bisa kamu baca sepuasnya
Mereka di antaranya:
1. LUA Lounge
2. Behind That Face (dulu judulnya Adik Suamiku / My Husband's Twin Brother)
3. Nami and the Gangsters (dulu judulnya Tahu Bulat Sayaaaaang Kang Cilok) ini sequel LUA Lounge
4. My Sick Partner
5. The Gone Twin (dulu judulnya NARES)
6. Tokyo Banana
7. Melahirkan Anak Setan
8. Youtuber Sekarat, Author Gila
9. Asmara Samara (on-going)
Sip, sekian pengumuman ini aku tulis
Aku ucapkan selamat membaca
Jangan lupa tekan tanda love warna ungu sampai berubah warna jadi putih
Cukup sekali aja tekannya ya (satu kali untuk satu judul cerita)
Makasih
Sincerely
Sheila
-- T B C --