Bintang dan Ratu

1981 Kata
Kini Bintang dan Matthew terdiam. Keduanya sibuk dengan fikirannya masing-masing. Bintang masih sedikit canggung dengan kejadian barusan. Saat ia selesai menangis, ia langsung menutup wajahnya karna malu. Ia juga tidak berani menatap Matthew. Bintang juga merasa bersalah karna Matthew harus melepas kemejanya yang basah karna air matanya padahal udaranya sedang dingin.   "Udah mendingan?" tanya Matthew sedikit khawatir.   Bintang mengangguk, "maaf kemejanya jadi basah."   "Gak apa-apa."   Bintang hanya menarik dan menghembuskan nafas pelan. Suasana kembali sunyi. Karna tidak tahan dengan fikiran yang berkeliaran dikepalanya, Matthew mencoba untuk bertindak hanya kali ini saja. Hanya kali ini ia tidak diam atas apa yang sudah ia fikirkan.   "Lo boleh cerita soal tadi kalo lo mau cerita. Kali aja, dengan lo cerita, bisa bikin jadi lebih tenang," katanya seraya menatap Bintang.   Bintang menatap Matthew, sedangkan Matthew mendadak salah tingkah, "bukan, maksud gue, gue cuma mau bantu lo supaya lebih tenang aja."   Bintang kembali menatap kearah lain, "apa lo bisa dipercaya?"   Matthew terdiam sebentar lalu ia tertawa kecil, "yah, semua balik ke pandangan lo terhadap gue. Apa gue bisa dipercaya atau enggak."   Bintang kembali menunduk. Ia menatap kotak susunya lalu segera menusuk sedotannya disana. Ia meminum s**u strawberry-nya lebih dulu, lalu ia mengambil nafas, agar lebih tenang sebelum menceritakan semuanya pada Matthew.   "Dia tadinya pacar gue, tapi dia selingkuh sama temen gue sendiri," jelas Bintang.   Lalu ia menceritakan semuanya dimulai bagaimana ia bertemu Han dan Sakura sampai ending menyakitkan yang ia terima. Matthew menatap danau yang cukup tenang saat Bintang sudah selesai bercerita. Ia berfikir sejenak, kalimat apa yang cocok untuk ia katakan pada Bintang. Ia tidak ingin saran yang ia berikan justru malah menyakiti hati Bintang.   Info yang perlu kalian ketahui, Matthew tidak berpengalaman dalam memberi seseorang nasehat.   "Menurut gue, lo udah ambil keputusan yang tepat untuk ngelepas orang toxic yang ada dihidup lo sih," Matthew menatap Bintang, "selagi lo tau dia gak baik dihidup lo, kenapa lo harus ragu sama pilihan lo untuk tinggalin dia?"   Bintang menghela nafas, "gue cuma takut dengan diri gue yang udah terbiasa sama dia, gue jadi sering keinget dia dan balik lagi ke dia. Gue takut malah gue yang kemakan omongan gue sendiri."   "Bin, coba lo fikirin deh. Dia itu selingkuhin lo. Itu udah jadi jawaban lu untuk pergi, kenapa lo masih ragu?"   Bintang terdiam. Ia tidak tau harus mengatakan apa. Ia tau ia perlu waktu untuk terbiasa tanpa Han, tapi yang ia takuti itu, masa dimana ia kalah dengan waktu itu.   Ia takut karena ia sudah terbiasa bersama Han, apapun kondisinya ia tetap akan kembali pada Han. Dan itu membuat Bintang membenci dirinya sendiri.   "Ayo, lo mau bahagia kan? Tinggalin orang kaya dia. Lo gak perlu bahagia dengan cari yang baru, cukup bahagiain diri lo sendiri dulu, nanti dia juga nyesel."   Bintang menghela nafas lagi, entah sudah berapa kali ia menghela nafasnya karna ia sudah sangat lelah.   "Okay, gue coba." Jawab Bintang pada akhirnya.   "Bagus kalo gitu. Lo coba cari-cari kegiatan supaya lo bisa lupa sama dia. Jangan biarin diri lo diem aja dan fokus sama fikiran lo. Kadang fikiran lo sendiri yang makan diri lo."   "Bener sih."   Matthew megangguk, "jangan sedih lagi. Jangan buang-buang waktu lo untuk nangisin orang kaya dia."   Bintang tersenyum, hatinya menghangat, "iyah, Matt."   Matthew ikut tersenyum, "yaudah, yuk, anak-anak yang lain mungkin udah nungguin."   Bintang mengangguk lalu ia berjalan beriringan di samping Matthew. Sambil menikmati pemandangan, keduanya sudah menjadi lebih hangat sekarang. Bintang menjadi sedikit lebih nyaman bicara pada Matthew. Ia tidak menyesali pilihannya untuk duduk di taman.   "Gue kira lo orang yang cuek banget, yang sampe gak mau ngobrol kaya gini,"   "Enggak kok. Gue cuek sama orang yang gak gue kenal aja."   Mendengar hal itu, Bintang dan Matthew tertawa. Tentu saja semua orang akan menjadi sangat cuek saat bicara dengan orang yang mereka tidak kenal dan belum pernah bertemu.   Lalu mereka sampai ditenda dan menghabiskan malam api unggun bersama dengan murid yang lain.   -   Pagi-pagi Bintang sudah duduk ditempat dimana kemarin Han dan Sakura tempati sambil membaca buku. Sesekali ia menatap danau dengan tatapan kosong, lalu membaca buku lagi. Entah kenapa sehabis sarapan ia malah kesini. Ia mendengarkan apa yang Matthew katakana, untuk jangan tenggelam dalam fikirannya sendiri. Jadi ia hanya akan duduk menikmati pagi hari ditepi danau saja.   Hari ini orang-orang diberi waktu untuk menghabiskan waktu mereka masing-masing. Ada yang berenang di danau dengan balon besar penuh permainan, bermain beberapa wahana, bermain panah dan lain-lain.   Karna Bintang tidak terlalu menyukai keramaian ia memilih duduk seorang diri saja. Ia juga membawa novel yang sedang ia baca, judulnya Americano Coffee, kabarnya novel ini akan difilm-kan dengan aktris dan aktor papan atas di Korea.   "Haa." Bintang menghela nafas lalu bersandar pada punggung kursi seraya memeluk bukunya. Tiba-tiba saja matanya menatap seseorang yang tidak asing sedang berlari kearahnya.   "Bintang kan?" sapa Lucas yang sedang lari pagi.   Bintang salah tingkah, ini kali pertama seseorang menyapanya. "E—Eh? Iya, lo olahraga pagi?"   Lucas mengangguk lalu duduk disamping Bintang. Ia nampak kelelahan, lalu ia meminum air mineral yang ia bawa. Bintang semakin salah tingkah saja saat Lucas duduk disebelahnya. Kepalanya langsung memikirkan kalimat apa yang harus ia jadikan bahan obrolan supaya suasana tidak canggung. Karna sebelumnya ia memiliki teman yang sedikit, ia jadi sering gugup bertemu dengan orang baru. Ia berfikir keras apa yang harus ia lakukan agar Lucas merasa tidak canggung didekatnya.   "Ah, sebentar," kata Bintang seraya mengambil sapu tangannya, "nih, buat lap keringet lo."   Lucas terdiam sebentar sebelum akhirnya ia mengambil sapu tangan Bintang, "makasih, nanti gue balikin."   "Disimpen juga gak apa-apa," jawab Bintang dengan terbata.   Lucas tersenyum melihat perilaku Bintang yang unik, lalu ia menghapus keringatnya.   "Yang lain kemana?" tanya Bintang sekedar basa-basi. Tentu saja lagi-lagi karna ia tidak ingin Lucas menganggapnya dingin atau tidak bisa bergaul. Ia harus terlihat baik dan dinilai baik oleh orang lain.   "Yang lain sibuk main. Lo gak mau main?"   Bintang menggeleng, "gue gak terlalu suka keramaian."   "Kenapa?"   Bintang menautkan kedua tangannya seraya memainkan jemarinya, tanda kalau ia sedang gugup, "cuma gak suka aja."   "Jangan gitu dong. Kita dateng kesini kan buat seneng-seneng sebelum kuliah dimulai. Masa lo mau buang waktu lo jadi sia-sia cuma duduk disini?"   Bintang agak ragu, tapi ia menggeleng lagi, "enggak deh. Disini aja."   "Gak boleh bilang enggak kalo sama Lucas. Ayo kita main!" kata Lucas seraya menarik tangan Bintang.   "E—eh?"   Bintang berusaha menolak, tapi kekuatan Lucas melebihi kekuatannya, jadinya mau tidak mau ia mengikuti kemana Lucas akan membawanya pergi.   -   Lucas dan Bintang sedang mengantri untuk naik jetski. Bintang semakin gugup begitu melihat orang-orang yang kebut-kebutan di air. Bahkan beberapa pasang mata menatapnya sinis. Ia tau, sejak awal pasti orang-orang sudah meyukai Lucas. Ini karena Lucas paling menonjol diantara yang lain.   Bintang menatap orang-orang yang bermain di danau yang cukup luas ini. Walaupun semua orang terlihat senang, ia malah semakin takut karena ia tidak bisa berenang. Lucas hanya tersenyum saat melihat tangan Bintang saling bertaut dengan jemari yang tidak bisa diam. Ia menggenggam tangan Bintang sampai Bintang menatapnya terkejut.   "Biar lo gak gugup," ucap Lucas dengan santainya. Tanpa ia tau kalau jantung Bintang sudah berdegup cepat.   "O—okay." Jawab Bintang yang langsung mengalihkan pandangannya. Tentu saja untuk menutupi pipinya yang memerah.   "Antrian selanjutnya untuk dua orang!" seru penjaga.   Lucas langsung mengangkat tangannya, "saya mau!"   Lucas dan Bintang pun mendekat kepada penjaga untuk memakai pelampung dan pengaman lainnya. Salah satu penjaga menjelaskan bagaimana cara mengendarai jetski pada Lucas sedangkan Bintang mencoba mengatur nafasnya.   "Ayo!" seru Lucas dengan wajah tidak sabarnya. Ia langsung naik dan tangannya terulur untuk membantu Bintang duduk dibelakangnya.   "Aduh, kayaknya gue gak usah ikut deh," ucap Bintang yang ketakutan saat ia duduk dibelakang Lucas.   "Pegangan yang erat!" kata Lucas yang tidak menghiraukan Bintang. Bintang hanya menurut lalu Lucas menarik gas jetski.   "Kyaa!" Jetski melaju lumayan cepat sampai angin kencang berhembus meniup rambut Lucas dan Bintang.   "Wohooo!" seru Lucas.   Bintang yang tadinya memeluk Lucas dengan erat seraya memejamkan matanya, kini memberanikan diri untuk membuka matanya. Ia terkejut begitu melihat mereka sudah ada ditengah danau. Ia melihat orang lain yang juga sedang bermain jetski, ia juga melihat beberapa kapal kecil dan beberapa wahana air lainnya.   Ternyata tidak semenyeramkan yang ada dibayangannya.   Mendadak Bintang tersenyum, "seru banget!"   Lucas terdiam, ia melirik kearah Bintang sebentar lalu ia tersenyum. Ia kembali menarik gas dan melaju sedikit lebih cepat.   "Seru kan?!" seru Lucas.   "Iyah!"   Lucas tersenyum lebar, ia menarik tangan Bintang agar berpegangan dengan erat lalu tanpa sadar mereka menghabiskan waktu mereka bersama dengan nyaman sampai lupa waktu.   -   Matthew keluar dari tendanya. Ia mengucak matanya karna suara orang-orang diluar membuatnya terbangun. Ternyata hari sudah sore.   "Matt! Sini!" seru Ratu seraya melambaikan tangannya.   Matthew segera mendekati Ratu dan segera duduk di kursi dan meja makan yang sudah disediakan untuk tiap grup.Di depannya sudah ada banyak makanan. Ada ramen, tteokpoki, dan daging panggang yang baru saja Ratu masak. Tak lamanya bagas dan Lion datang membawa sayuran. Tadi Ratu menyuruhnya untuk minta sayuran pada panitia sebagai pengganti nasi.   Ratu sedang menjalani diet.   "Lucas dimana?" tanya Matthew pada Ratu.   Tapi saat Ratu ingin menjawabnya, Lion langsung memotongnya.   "Tadi gue liat dia lari pagi tapi setelah itu gue gak liat lagi."   "Gue liat dia naik beberapa wahana sama Bintang. Terakhir sih, tadi gue lagi liat mereka suap-suapan es krim di taman," sahut Bagas dengan wajah penuh arti bersama Lion.   Matthew melirik kearah Ratu yang langsung terdiam. Ia bisa merasakan perubahan suasana hati Ratu. Ratu menyukai Lucas sejak mereka kecil.   Ia segera menarik tangan Ratu untuk pergi. Bagas dan Lion yang sudah tau apa yang mau Matthew lakukan hanya terdiam. Mereka memilih untuk makan saja dan membiarkan Matthew menyelesaikan urusannya.   "Mau kemana, Matt?" tanya Ratu yang tidak Matthew gubris.   Matthew melepas genggaman tangannya begitu mereka sampai ditaman, "lo duduk sini."   Ratu hanya nurut dan membiarkan Matthew pergi. Ia mengayunkan kedua kakinya dan menatap dedaunan yang bergesek karena angin yang cukup kencang. Tak lamanya Matthew kembali. Ia membawa dua es krim ditangannya yang membuat Ratu terdiam menatapnya.   "Ini, makan," kata Matthew.   "Dapet darimana?"   "Minta panitia."   Ratu tersenyum lalu mengambil es krim-nya, "gue kan lagi diet tau."   "Ngapain diet. Jadi lo yang apa adanya juga udah cantik kok."   Ratu tertawa kecil lalu ia segera memakannya. Keduanya hanya diam menikmati es krim masing-masing. Suara dedauan dan angin yang cukup kencang membuat Ratu beberapa kali memejamkan matanya untuk menikmati suasana yang mungkin kedepannya sulit ia nikmati.   "Lo inget gak. Dari dulu kita kecil, yang paling perhatian itu Lucas," ucap Ratu tiba-tiba.   Matthew hanya menatap Ratu dalam diam.   "Waktu rumah gue kebakaran, Lucas yang masih 7 tahun waktu itu berani masuk kedalem rumah gue cuma buat nolong gue. Walaupun orangtua gue gak selamat waktu itu."   Matthew mengalihkan pandangan. Waktu itu keluarga Ratu mengalami kecelakaan yang sulit dilupakan Ratu. Nyawa Ratu hampir saja terenggut kalau saja Lucas tidak datang menolongnya. Ratu hidup seorang diri sejak saat itu. Orangtua Lucas yang merupakan tetangga Ratu ikut membantu Ratu. Dimulai dari masalah keuangan dan lainnya.   Orangtua Ratu memiliki sedikit masalah dengan keluarganya, maka dari itu tidak ada yang mengambil Ratu dalam kecelakaan itu. Ya, tidak ada yang datang.Kini Ratu sering kerja sambilan untuk mencukupi biaya hidupnya. Ratu sudah berjanji akan membantu keluarga Lucas dalam hal apapun itu karna selain Lucas yang menyelamatkan nyawanya, Ibu dan Ayah Lucas mau merawatnya hingga sekarang.   Ia memilih bekerja saat ia baru lulus SMA. Ia tidak mau menyusahkan keluarga Lucas dan Lucas sendiri.   "Waktu lo jatoh dari sepeda dan diejek temen-temen SD, Lucas yang maju duluan, bahkan dia sampe pukul-pukulan sama orang yang nge-bully lo," kata Ratu dengan tawanya.   Matthew jadi ikut tersenyum saat mengingat hal itu.   "Dia terlalu baik sama oranglain dan gue takut oranglain akan salah paham sama kebaikan dia," kata Ratu.   Matthew menatap Ratu, "kaya perasaan lo ke dia?"   Ratu tersenyum lalu ia mengangguk.   Matthew menundukan kepalanya. Ia mengusap wajahnya sebentar sebelum menghela nafas, "ada satu hal yang mau gue bilang ke lo."   "Apa?"   "Gue takut semuanya terlambat, tapi lo mau gak jadi pacar gue? Daripada nunggu Lucas yang gak pasti, kenapa lo gak mau coba sama gue aja?"  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN