31. Prejudice

2105 Kata

Melihat Luna melengos, langkah Seto langsung terhenti. Senyuman di bibirnya lenyap sudah. Rindu yang tertahan perlahan runtuh. Butuh beberapa detik baginya mencerna sikap Luna. Prasangka dan cemburu yang dalam seminggu terakhir bercokol di kepalanya kembali muncul. Namun, begitu ekor matanya mampir sejenak ke wastafel, tiba-tiba ia menelan ludah. Ekspresinya serba salah. Seto menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dilihatnya Luna menunduk. Ia segera menyingsingkan lengan baju, kemudian memutar keran air, membasahi spons dan memberinya sabun. Mungkin Luna marah melihat rumah mereka berantakan. Bau tidak sedap yang kemarin tercium begitu ia masuk sudah berganti dengan wangi bunga. Pikirnya, Luna sudah mengganti isi penyemprot parfum ruangan otomatis yang tersangkut di dinding. Hening. Hany

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN