Bab 10 : Sepenggal Memoir yang Sempat Terbuka

3239 Kata

Awan bak segumpal kapas yang dicelupkan pada cat abu. Pucat, dingin, bikin siapapun tak mau lepas dari selimut di atas kasur. Beberapa jam ke depan, mungkin bakal turun hujan lebat—menurut prediksi cuaca di handphone sih begitu. Tak tahulah yang mana akan terjadi, jika hujan, bukan masalah. Pernah dengar kan bahwa hujan adalah rahmat Allah untuk manusia di muka bumi? Nah, semacam itulah, jadi hati-hati saja untuk orang-orang yang suka misah-misuh tak bisa keluar rumah karena hujan. Bukannya mensyukuri jatuhnya malah kufur nikmat. Saif muncul dari kamar mandi, memandang sebentar pada jendela yang dihinggapi rintik-rintik kecil. Hujan mulai turun rupanya, dan semakin lama cuaca pasti akan semakin melembab. Pukul 10.21 terasa seperti subuh-subuh. “Kapan mau balik ke Cijantung, bro?” Ada As

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN