“Halo. Assalammu’alaikum?” Pandjie masuk ke dalam ruangan ganti. Suara di seberang tak begitu jelas, terlalu ramai, terdengar banyak tapak kaki melangkah dan fakta yang paling buruk—sinyal ponselnya jadi hilang timbul. Tetapi dengan sabar dia bilang, “Ya, benar ini dengan Kharisma Pandjie.” “Watashi no musuko.” Pandjie langsung menegakkan tubuhnya, seumur hidup hanya dua kali dia pernah mendengar jenis suara yang lembut itu. Minggu lalu, dan hari ini. Tubuhnya bereuforia saat Yukira memanggilnya—putraku. Ini bukan mimpi, kan? Pandjie sekali lagi memandang layar ponselnya—takjub. Dengan ragu-ragu menyahut, “Mum?” “Mama—wa, Indoneshia ni tochaku shimashita.” Balas suara di kejauhan sana, pelan dan penuh haru. Pernikahan, resepsi, dan juga tamu-tamu menguap dari kepala Pandjie. Yukira ad

