"Awww!” pekikku ketika tubuh ini tiba-tiba terseret ke pinggir jalan dengan cepat. Seperti sebuah dejavu, kini dia menyemalatkanku lagi untuk kedua kalinya. Kami seolah sedang saling berpelukan meski tidak terjatuh. Beberapa menit kami saling terdiam dan mengumpulkan kesadaran. Tiba-tiba sebuah hantaman keras dari belakang membuat lelaki yang tadi menolongku terhuyung. Dia terjerembab ke sebelah samping. “Kurang ajar!!!” Sebuah hantaman melayang kembali tepat di pelipisnya. Aku terkesima, sejenak tidak mengerti harus berbuat apa. “Berani-beraninya mengganggu wanitaku malam-malam!” pekik orang itu lagi sambil melayangkan kembali sebuah pukulan tetapi kali ini kesadaran Si Abang ketoprak itu sudah pulih. Pukulan itu ditangkisnya. Abang ketoprak, aku memanggilnya demikian karena sa

