Aku berbalik hendak menuju kontrakan yang belum genap satu kali dua puluh empat jam kutempati. Namun cukup terkejut ketika kulihat dua orang tengah berdiri di depan gerbang dengan tangan bersilang di d**a. Tidak salah lagi mereka itu Elha dan Ira. Apakah mereka sedang menungguku? “Din, bukannya kamu pulang duluan tadi?” Elha menyapaku dengan wajah tak ramah ketika jarak kami hanya tersisa beberapa langkah. “Iya, kenapa?” tanyaku sambil menghentikan langkah. Ira yang perawakannya terlihat tomboy maju melangkah mendekat. Wajahnya yang tadi terlihat halus dan ramah kini sama-sama berubah. “Kenapa kamu pulang bareng Bang Danes?” Gadis itu mendorong bahuku. Aku yang tanpa persiapan mundur beberapa langkah ke belakang. “Mana kutahu … tanya saja dia!” Aku menjawab sekenanya. “Eh, kamu

