Lavanya "Sepertinya aku tahu kenapa kamu menolaknya?" Mas Darren kembali meraih pinggangku dan memeluk dari belakang. "Tenang saja, Sinta akan cuti. Jadi aku butuh pengganti yang kompeten dan bisa membuatku tenang. Hanya kamu yang bisa." Mas Darren berbicara sambil setengah berbisik hingga membuatku kehilangan kata-kata. "Kenapa dia cuti?" tanyaku ketika teringat dia hamil besar dan sudah pasti membutuhkan biaya untuk melahirkan juga membesarkan anaknya, tetapi kenapa wanita itu malah cuti di saat seperti ini? "Sayang, suaminya juga bukan orang biasa. Jadi, dia tidak perlu susah-susah bekerja untuk memberikan kebahagiaan kepada anaknya," lirihnya membuatku lagi-lagi terdiam. "Tetapi dia tidak berbohong seperti dirimu, bukan?" tanyaku membuat kedua tangannya seketika terlepas dari ping

