Trapped | Chapter 3

2420 Kata
    Membutuhkan mental baja memang untuk menyiapkan hati Anna untuk bertemu dengan Jung Hanna yang telah menjadi musuh dalam selimut dalam hubunganya dengan Seunghyun. Meskipun selama ini ia tahu apa yang terjadi diantara keduanya dan ia memilih untuk diam, tapi kali ini berbeda karena ia menyaksikan perubahan sikap Hanna yang terlihat acuh selayaknya pemenang dan tak lagi bersandiwara seperti wanita baik-baik.     “Hanna, bisa kita bicara?”     “Ok” Hanna yang sedang sibuk mengobrol dengan teman-teman wanitanya mulai mengikuti Anna menuju pantry.     “Ada apa?” adalah kata pertama Hanna setelah kejadian kemarin. Anna perlu menahan emosinya bahkan saat wanita ular di hadapannya bersikap seolah tak terjadi apa-apa.     “Apa kau tidak merasa bersalah sama sekali padaku atas apa yang terjadi?”     “Apa aku harus meminta maaf? Tapi untuk apa?”     “Jung Hanna! Aku tahu tentang hubunganmu dan Seunghyun”     Hanna tersenyum kecil, terkesan meledek dan sikap itu membuat Anna merasa kian kesal.     “Ok, Maaf! Maafkan aku telah merebut Seunghyun darimu”     Anna hanya perlu menanam sugesti untuk tidak memukul ataupun menunjukkan amarahnya kepada Hanna, mereka berada di tempat umum dan ia sangat sadar dengan hal itu. Meskipun sebenarnya mendengar kata-kata Hanna membuatnya ingin mendaratkan telapak tangannya di wajah itu.     “Aku sudah melakukannya, apa ada lagi? Masih banyak pekerjaan yang harus kukerjakan”     Kedua mata Anna membulat hebat, saat Hanna tiba-tiba melenggang pergi sementara ia belum menyelesaikan kata-katanya.     “Hanna! Tunggu!” Anna menahan pergelangan tangan Hanna, tak erat hanya untuk menghentikan wanita itu. “Aku belum selesai bicara”     “Hey! Apa yang kau lakukan?”     “Hanna, Seharusnya aku yang bertanya padamu! Apa yang kau lakukan padaku? Kau merebut Seunghyun dariku dan kau bersikap seperti ini?”     “Tanyakan semua pertanyaan itu pada dirimu sendiri! Mengapa kekasihmu itu sampai membutuhkan perempuan lain untuk menghangatkan ranjangnya, itu kesalahanku?”     “…”     “Anna, kau penyebab kehancuran kisah cintamu sendiri, seandainya kau menuruti keinginannya semua ini tak akan terjadi” suara Hanna terus meninggi membuat Anna yakin akan lebih banyak orang yang mendengar kisah memalukan itu.     “Hanna kecilkan suaramu!”     Hanna menangkis tagan Anna dan mulai memekik. “Apa? Kecilkan suaraku?”     “Jung Hanna!”     Dalam satu kedipan mata, Hanna mulai menarik rambut panjang Anna yang membuatnya mulai memekik sakit. Niat awal untuk mempertahankan harga diri dengan tidak melawan pun tak mampu ia tahan lagi, yang Anna perlu lakukan saat ini adalah mempertahankan dirinya dengan membalas perbuatan Hanna yang semakin kasar.     “Kau tega sekali padaku Hanna! Kupikir kau temanku” ucap Anna lantang, masa bodoh jika semua orang mendengarnya, ia tak peduli lagi.     “Ini semua kesalahanmu, kau mengenalkan Seunghyun padaku!” balasnya berteriak dan tangan itu tak pernah berhenti menarik rambut ataupun meraih wajah Anna.     “Tapi kau tahu dia kekasihku!”     “Tapi kekasihmu punya kebutuhan lain yang tak bisa kau penuhi!” Anna balik mendorong tubuh Hanna, ia membenci Hanna yang tidak mau mengalah.     “Seharusnya kau turuti saja keinginan Seunghyun untuk tidur dengannya jika kau tak ingin kehilangan dia” tambahnya sambil berteriak lantang kepada Anna yang emosinya kian memuncak.     Beberapa karyawan yang mendengar pertengkaran itu merasa penasaran dan berlarian menuju ke pantry untuk menyaksikan pertengkaran Anna dan Hanna, tanpa terkecuali Kim Jaerim yang nampak terkejut.     “Jung Hanna! Go Anna! Hentikan!” Suara Jaerim yang memperingatkan sepertinya tak melunturkan pertengkaran dua wanita yang terus saling mendorong.     Jaerim tak bisa membiarkan perkelahian itu semakin menjadi, ia berusaha melerai kedua wanita yang masih saling mendorong dan menarik rambut satu sama lain. Anna mendorong Jaerim dan Hanna untuk menjauhinya, namun Hanna malah terjatuh, memekik kesakitan dan mulai menangis.     Anna menatap sekitarnya dan beberapa karyawan menatapnya menghakimi.     “Dia berakting” kata Anna.     “Go Anna! Sudahlah, kumohon hentikan!” Pekik Jaerim dan seketika itu membuat semua orang sibuk bergunjing.     Beberapa karyawan membantu Hanna termasuk teman baiknya Jaerim, sementara Anna hanya mendapat tatapan sinis seolah ia adalah tokoh antagonis yang mendorong Hanna hingga terjatuh. Sialnya Hanna tersenyum penuh kemenangan dibalik tangisnya dan Anna bisa membaca semua itu. Sial! *****     Segala cibiran kini tertuju pada Anna, meskipun ia bersikap tak peduli namun tetap saja ia mampu mendengar semua gunjingan dibalik punggungnya. Hanna masih sibuk menangis, merengek dengan air mata palsu yang mampu membuat banyak orang merasa prihatin.     “Go Anna! Jung Hanna! Manajer ingin bertemu kalian” Jaerim mengatakannya tepat setelah ia keluar dari ruangan sang Manajer.     “Maafkan aku, berteriak padamu tadi” Jaerim menatap sahabatnya menyesal, tapi Anna bersikap tidak peduli.     Wajah acuh berusaha Anna tunjukan saat Hanna menceritakan dengan runtut bagaimana perkelahian itu terjadi, Hanna mengerahkan kemampuan aktingnya untuk membuat sebuah plot sempurna untuk drama yang ia ciptakan, sementara Anna hanya menunduk mendengarkan semua plot menjijikkan itu.     “Go Anna”     “Ya?”     “Apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?”     Anna tak ingin ambil pusing dengan menyangkal semua cerita Hanna, ia malas berdebat dan memilih untuk tidak mengatakan apapun kepada manajernya yang terus menatapnya tajam.     “Tidak ada”     “Sayang sekali, setidaknya aku bisa mempertimbangkan hukuman untukmu”     “…”     “Baik Go Anna, saya anggap anda menyetujui semua kondisi yang Jung Hanna berikan”     Hanna tersenyum penuh kemenangan.     “Hukuman skorsing selama tiga hari untuk Go Anna, aku harap kau dapat merenungkan semua perbuatanmu”     “Terima kasih” Anna membungkuk sebelum akhirnya ia berangsur pergi meninggalkan ruangan kerja yang begitu redup dengan warna hitam dan abu-abu gelap yang mendominasi.     “Rasakan!” Hanna mengumpat.     Anna sepertinya harus lebih bersabar menjalani hidupnya untuk setiap hari bertemu dengan Hanna, setidaknya ia punya tiga hari libur dan tidak bertemu dengan wanita menyebalkan itu.     “Go Anna”     “Ya?”     Anna menghampiri manajernya yang nampak begitu dingin perlahan mulai tersenyum manis, memberikan sebuah plester berwarna kuning dengan gambar bebek yang sama sekali tidak sesuai dengan image manajernya yang terkenal dingin dan menakutkan.     “Plester?”     “Kau pasti akan membutuhkannya”     Manajer bernama Ong Sungwo itu menunjuk pipinya seolah memberi petunjuk pada Anna yang nampak tak mengerti. Anna Segera bercermin begitu kembali ke desk-nya dan benar saja luka cakaran yang ia yakini dari kuku Hanna melukai wajahnya.     “Oh God”     “Pipimu terluka?” Jaerim bersandar pada meja menatap Anna yang berusaha memasangkan plester di wajahnya.     “Maaf bapak Kim Jaerim yang terhormat, Anda berbicara dengan saya?”     “Anna jangan marah padaku, aku hanya membantunya” Anna menatap Jaerim sedih.     “Tapi kau berteriak padaku seperti itu”     “Maaf”     Jaerim menyerah, ia mengenal Anna selama belasan tahun dan tentu ia sudah mengenal Anna dengan baik, bersikap seolah tak terjadi apa-apa saat ini adalah yang harus Jaerim lakukan.     “Nanti malam tim kita akan mengadakan pesta di Octagon. Kau harus ikut, karena semua anggota tim akan datang ke sana. Setidaknya kau menghormati mereka yang mengundangmu” Anna mengangguk singkat dan Jaerim pergi meninggalkan sahabatnya.     “Kau harus datang ok!” pekik Jaerim namun Anna tak peduli. *****       Pesta yang Anna maksud tentu bukan sebuah pesta di Club malam, kenyataan bahwa Octagon adalah sebuah club malampun tak pernah Anna pikirkan. Bersama dengan Jaerim dan teman-teman kantornya Anna melangkahkan kaki ke dalam club mewah itu dengan penyesalan.     “Kau bercanda membawaku ke sini?”     “Bukan aku yang membuat pestanya, jadi jangan salahkan aku Anna”     “Sebenarnya siapa yang mengundang kita ke club semewah ini?”     “Hanna. Ayo!”     “WHAT! KAU GILA! Tadi siang aku menarik rambut Hanna dan sekarang kau membawaku ke acaranya?”     “Semua datang karena dia akan merayakan sesuatu. Ayo!”     “Aku tidak akan memaafkanmu Kim Jaerim!”     Sedikit menyesal ia menerima ajakan Jaerim yang tak mengerti situasi pelik apa yang terjadi diantara dirinya dan Hanna. Semua orang berpesta seolah tak ada hari esok, minuman, tawa, dan suasana yang begitu ramai begitu mengganggu Anna, ia tak terhibur dan memilih untuk menyendiri di meja bar untuk menatap sahabat baiknya Jaerim yang sibuk menari di antara para wanita yang tertawa.     “Hey! Kita bertemu lagi” Suara husky itu meninggalkan kesan dalam pada ingatan Anna.     “Kau! Kau mengikutiku?”     “Aku? Kurasa pertanyaan itu lebih cocok untuk kutanyakan kepadamu Anna”     Anna menggaruk pelipisnya yang tak gatal.     “Maafkan aku, Kim Dan-?”     “Kim Daniel, rupanya kau masih belum mengingat namaku. Aku sedikit kecewa Go Anna”     “Ah, Maafkan aku Daniel” Daniel tersenyum begitu manis. “Apa kau juga bekerja di sini? Luar biasa”     “Aku mencari uang di mana saja. Kau mau minum apa? For your information di sini tak ada orange juice nona”     “Apapun yang sekiranya tidak membuatku mabuk.” Daniel lagi-lagi tersenyum.     “Aku tak tahu apa yang kulakukan saat aku mabuk, tapi kurasa itu cukup memalukan”     Anna tersenyum diakhir-akhir katanya, membuat Daniel membalas senyuman manis wanita itu tanpa berpikir panjang.     “Beer? Wanna try?” Anna mengangguk.     Anna memandang meja teman-teman kantornya dari kejauhan dan lagi-lagi tatapannya tertuju pada pemilik pesta malam itu, dua sosok antagonis dalam hidupnya yang sibuk minum dan bermesraan di tempat umum, berciuman dengan penuh gairah seolah tak peduli dengan siapa di sekitar mereka.         Merasa muak dengan pemandangan itu, tatapan Anna kembali menemukan lagi sahabatnya Kim Jaerim yang sibuk menari di antara wanita-wanita. Melihat pemandangan itu Anna merasa terhibur sekaligus kasihan pada sahabatnya yang selalu mencari perhatian.     “Temanmu?” Daniel datang dengan dua botol beer di kedua tangannya, ia tersenyum kepada Anna dan duduk tepat disamping Anna untuk meneguk minuman itu.     “Sayang sekali dia temanku”     “—dan mantan kekasihmu di arah pukul sebelas” Anna menoleh dan dilihatnya Seunghyun dan Hanna sedang berjalan ke lantai dansa. Anna memandang momen itu sedih, hatinya tertancap ribuan duri yang sepertinya akan susah untuk ia cabut.     “Mereka memesan beberapa minuman malah dan sepertinya mereka akan bersenang-senang”     “…”     “— dan sekarang mereka berciuman”     “Hey, Bagaimana kau tahu dia mantan kekasihku?”     Ingatan Anna seketika kembali saat ia mabuk, membuatnya beranggapan bahwa mungkin saja ia menceritakannya kepada Daniel.     “Apa aku—”     “Kau menceritakan semuanya padaku. Wahh! kau sepertinya benar-benar tidak mengingat kejadian saat mabuk kemarin” Anna masih menatap pria itu seolah menagih jawaban lebih. “Ok, aku melihat fotomu dengan pria itu saat berusaha menghubungi salah satu kontak di ponselmu”     Kedua mata Daniel tak pernah berhenti menatap Anna yang terlihat bersedih, sejujurnya ia tak ingin memikirkan semua hal menyakitkan itu, hingga saat ia memalingkan wajahnya untuk menatap Daniel, ia merasa bahwa tak dapat berpaling menatap kedua mata itu. Tatapan Daniel seperti perangkap yang membuat Anna terjebak dan tak dapat lari. Anna mencoba lari, ia meneguk beernya tergesa, ia merasa tersipu sampai-sampai ia tersedak dan memuntahkan kembali beer-nya.     Daniel tertawa melihat Anna yang terbatuk dan merasa sesak sementara ia sibuk mencari tissue untuk Anna.     “Apakah ini bisa disebut minuman?”     “Ok, aku mengalah, aku akan memberimu orange juice”     “Kim Daniel!” keduanya tertawa bersama karena kebohongan Daniel tentang orange juice.     Daniel kembali ke meja bar menyiapkan orange juice untuk Anna dengan senyuman yang tak kunjung pudar, ia terus mengingat bagaimana reaksi Anna yang sangat lucu dan menggemaskan. Daniel sadar, sejak beberapa hari yang lalu, Anna banyak membuatnya tersenyum.     “Arah pukul satu” Anna berbisik.     “…”     “Ada wanita yang melihatmu sejak tadi”     “Biarkan saja. Aku sedang tidak ingin bermain malam ini” Balas Daniel berbisik.     “Bermain?”     Tanda tanya besar tergambar jelas di wajah Anna, mengikuti ke mana pria itu pergi seolah menagih jawaban. Tentu Daniel tak tahu, namun saat ia menatap wajah bingung Anna, ia mulai tersenyum.     “Orange Juice”     “No Vodka? Beer? Or something like that?”     “Aku tidak sejahil itu Anna”     Anna mengerutkan dahinya curiga sebelum akhirnya merasakan minuman yang bisa ia nikmati, keduanya kini menatap lantai dansa yang terlihat begitu ramai, termasuk Seunghyun dan Hanna rasanya memiliki malam itu.     “Kau mau mencoba sesuatu?”     “Apa?” Pria itu tersenyum manis menyambut Anna dengan manner hand-nya.     “Shall we?”     “Aku tidak bisa menari Daniel”     “Baiklah aku akan memaksamu” pria itu dengan berani meraih jemari Anna untuk membawanya ke lantai dansa.     “Just follow what i did, ok!” kata-kata itu terasa menyegarkan di telinga Anna, pesona pria itu menyelamatkan semua rasa takut Anna.     Musik EDM party yang begitu nyaring di telinga membuat Anna merasa kebingungan, suasana berdesakan membuat Anna merasa risih dan panik mengurusi tubuhnya yang bersentuhan dengan banyak orang. Daniel memegangi tubuh Anna yang panik, meraih kedua tangan Anna untuk mendarat di pundaknya, menyentuh pinggang Anna dan menuntun gadis kaku itu untuk bergerak sesuai irama.     "I'll take the lead” ucap Daniel yang mulai menuntun Anna bergerak sesuai irama tapi tetap tak berhasil.      “Aku sudah bilang tidak bisa”     Daniel tertawa mengetahui betapa kaku tubuh Anna saat ia mencoba memandu geraknya, Anna merasa malu karena ia cukup tahu diri jika kemampuan menarinya sangat buruk. Merasa malu, ia mulai tersenyum menutpi wajahnya, rasanya ia tak mampu menatap Daniel yang nampak begitu terhibur.     “Kau menggemaskan Anna”     Daniel melambai kepada DJ yang bertugas malam itu, memberikan sebuah isyarat yang hanya keduanya tahu, sebuah tanda untuk memainkan musik yang akan selalu Daniel gunakan untuk merayu wanita teman tidurnya.     “Kurasa musik ini sangat pas” Daniel meraih pinggang Anna untuk merapatkan tubuh wanita ini untuk mendekat padanya.     Tatapan intens yang Daniel berikan seolah mengintimidasi Anna yang tak lagi bersikap defensif. Anna bahkan tidak tahu pria itu memiliki tatapan sedalam itu yang mampu menggetarkan hatinya, yang ia tahu Daniel hanyalah pria playfull yang hobi tersenyum.     “Daniel apa yang kau lakukan? Kau menyentuhku terlalu banyak” Anna masih menatap dalam kedua mata indah Daniel dengan ribuan popcorn yang meletup letup di hatinya saat wajah Daniel mulai mendekat untuk berbisik.     “Kau harus mengikutiku jika kau ingin membuatnya kesal”     Anna melirik Seunghyun dan Hanna sedang berciuman di sampingnya. Haruskah Anna melihat hal menjijikkan itu terus menerus di saat ia berusaha melupakan rasa sakitnya.     “Hentikan dan jangan melihat mereka”     “Apa semua ini maksudumu?”     “Ya”     Keduanya masih saling berbisik, mendekatkan wajah mereka bersama sehingga menyisakan jarak yang tipis bagi Anna dan Daniel. Anna mengerti bahwa apa yang keduanya lakukan saat ini tidak lain hanya untuk sebuah sandiwara untuk membalas Seunghyun.      “Kau hanya perlu mengikutiku, serahkan padaku, karena aku ahlinya”     Daniel mengedipkan sebelah matanya menggoda Anna yang mulai menurut, rasanya Anna mulai gila karena menerima tawaran Daniel sebagai jalan terbaik yang bisa Anna pilih. Apalagi saat Hanna mulai mendesaknya berkali-kali, ia berusaha menahan amarahnya saat Hanna terus mendesak tubuhnya.     Hanna mulai mengibaskan rambuntnya hingga mengenai wajah Anna yang rasanya tak bisa menahannya lebih lama lagi jika Hanna kembali berulah.     “Dia sepertinya sudah menemukan penggantimu” ucap Hanna begitu manja.     “Biarkan saja, justru aku merasa kasihan dengan pria itu jika bersama Anna"     Anna tertunduk sedih, seburuk itukah ia di mata Seunghyun yang sudah menghabiskan waktu bersama selama empat tahun.     “Jangan dengarkan mereka, you’re better than her, pria yang memilikimu adalah yang paling beruntung di dunia ini” Daniel mengucapkan kata-kata indah itu sembari menyematkan senyum di wajah tampannya, ia menarik garis bibir Anna untuk tersenyum “Kau sangat cantik, pria itu yang tidak pantas untukmu”     “Apa ini sebagian dari sandiwara kita?”     “Tidak, ini di luar skenario”     Kedua pipi Anna memanas, mungkin saat ini Daniel sudah melihat kedua pipinya yang memerah. Meskipun ia tahu itu hanya permainan balas dendam untuk Seunghyun, tapi kata-kata Daniel terlalu berharga dan indah untuk ia dengar dari seorang pria yang sialnya hanya orang lain.     “Aku menyesal membuang waktu empat tahunku bersamanya”     “Bagus, kau harus memikirkan hal itu”     “— dan aku akan memberinya pelajaran”     “Buat dia menyesal Anna”     Tatapan membara Anna kala itu membuat Daniel bangga, usahanya tidak sia-sia untuk membuat Anna membalas mantan kekasihnya, membuat pria itu merasa marah adalah tujuan sandiwara yang Anna dan Daniel lakukan.     “Daniel, Maafkan aku harus melakukan ini” Anna meraih tengkuk Daniel secara paksa agar wajah keduanya kini sejajar, “Sorry”     Satu tarikan nafas panjang sebelum akhirnya Anna mendaratkan ciuman di bibir plump milik pria itu. Daniel cukup terkejut, seorang wanita yang ia tahu sangat polos menciumnya terlebih dahulu, sesuatu yang bahkan Daniel tak pernah masukan dalam skenario dramanya. Anna memberikan tatapan memerintah, seolah memberi instruksi kepada Daniel untuk segera membalas ciuman mereka.     Salah mencari gara-gara dengan Daniel yang memiliki predikat Great Kisser di kalangan wanita, Daniel membalas ciuman itu tanpa ampun. Anna dibuat terkejut dengan cara pria itu mencium bibirnya, menghisap bibir Anna yang berada di antara bibirnya dan menggigitnya pelan.     Jelas sudah Seunghyun dan Hanna dibuat terperangah, Anna yang terkenal sebagai gadis polos di matanya tentu tak akan berani melakukan ciuman di depan umum. Hal itu membuatnya terganggu.     Daniel melepaskan ciuman panjang itu dan menatap wajah Anna yang masih menikmati sensasi bibir Daniel pada di bibirnya, ia tersenyum sebelum kembali mengecup singkat bibir Anna yang masih mematung.     “Kau berhutang padaku Anna” Anna memandang pria itu tak percaya. Ia menarik tangan Anna menjauh dari semua kerumunan dan mata yang memandang mereka heran, tanpa terkecuali Jaerim yang sedang merangkul seorang wanita tak luput memandang kedua orang yang membuat keributan di tengah lantai dansa. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN