Trapped | Chapter 4

2136 Kata
    “Kau gila!” Anna tertawa bahagia mengikuti Daniel yang masih menggenggam tangannya berlari kecil menuju halaman parkir. “Kau lihat wajah Seunghyun?”     Daniel ikut tertawa mendengar alunan merdu tawa Anna yang menyegarkan gendang telinganya.     “Sudah ku bilang bahwa aku ahlinya, kau hanya perlu percaya padaku”     Seketika Anna kehilangan tawanya, wajahnya berubah datar dalam hitungan detik, ia tak seharusnya tertawa bahagia setelah bibirnya menyentuh bibir pria yang baru ia kenal, meskipun kenyataannya Anna yang memulai terlebih dahulu.     “Masuklah!”     Anna masih dengan wajah bodohnya bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang mungkin akan Daniel lakukan saat pria itu meminta Anna untuk masuk ke dalam mobil. Daniel menunggu Anna yang kini sudah duduk manis di sampingnya, tapi Anna terlalu tegang sampai tak mampu mengartikan tatapan intens Daniel.     “Apa lagi?”     Daniel mengendus kesal, melepas sabuk pengamannya dan mulai mendekatkan tubuhnya kepada Anna yang seketika mematung tegang.     Entah perasaan menggelitik apa yang ia rasakan saat jantungnya terus berdebar, deruan nafasnya ikut tersekat tak kala aroma maskulin pria itu mulai melekat di dalam ingatan Anna, harum itu adalah milik Daniel dan ia terbuai. Hanya sesaat saja sampai Anna merasa sesuatu menempel tepat di dadanya.     “Dasar pria m***m!” Anna mendaratkan pukulan tepat di hidung Daniel dengan cukup keras sampai membuat pria itu memegangi hidungnya kesakitan..     “Oh s**t! Apa yang kau lakukan?”     “Kau menyentuhku”     “Aku hanya memasangkan sabuk pengamanmu, hal pertama yang harus kau lakukan saat masuk ke dalam mobil ini adalah memasang sabuk pengaman Anna” Anna merasa tak enak.     “Damn it! Bahkan aku harus menerima pukulan saat membantumu”     “Daniel” Anna menunjuk hidung Daniel yang memerah, darah mengalir begitu saja dari hidung kokoh Daniel dan keduanya mulai panik.     “Maafkan aku, aku memukulmu karena kau menyentuh dadaku dan sepertinya aku memukulmu terlalu keras”     “What? Kau memukulku dengan keras hanya karena itu?”     “Karena itu?”     “Aku hanya membantumu”     “Maafkan aku” Anna yang tak enak segera menawarkan beberapa lembar tisu untuk Daniel gunakan.     “Nice punch by the way” Daniel tersenyum kepada Anna seolah menunjukan bahwa pria itu baik-baik saja. “Tak apa, aku sudah sering menerimanya”     Pengakuan itu membuat Anna ingin tersenyum tapi ia berusaha menahannya, apalagi saat pria bernama Daniel itu menyumpal salah satu lubang hidungnya dengan gulungan tisu. Sangat menggemaskan, batin Anna.     “Kita akan ke mana?”     “Ke apartemenku” spontan Anna segera menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi tubuhnya panik.     “Lagi-lagi sikapmu berlebihan, memang seburuk apa aku di matamu sampai kau selalu berpikir buruk tentangku?”     “Daniel, aku belum siap melakukan yang lebih jauh dari sekedar menciummu” Daniel tertawa mendengar kata-kata lugu Anna, membuat pandangan Daniel berubah tak jelas karena kedua matanya yang berair.     “Belum siap untuk apa Anna? Berkencan? Atau Tidur denganku?” Daniel lagi-lagi tertawa pada dirinya sendiri.     “Aku akan mengantarmu pulang, tempat tinggalmu di mana?”     “Cheongdamdong” Anna mulai merasa aman dan tak lagi memegangi tubuhnya karena niat baik Daniel yang mengantarnya pulang.     “Lagi pula aku tidak akan memaksamu untuk melakukan sesuatu yang tidak kau inginkan Anna”     “Tapi kau memaksaku keluar dari club tadi”     “Lalu kau mau tetap di sana melihat mantan kekasihmu setelah kita berciuman”     “…”     “Ayolah Anna kau harus bersikap cool di depan mantan kekasihmu, kau harus menunjukkan bahwa kau baik-baik saja setelah meninggalkannya. Setidaknya itu cara terbaik untuk membuat seorang mantan menyesal”     Anna tahu betul tentang hal itu, tapi masalah terbesar yang ia rasakan adalah ia tak ingin orang lain melihat betapa merona kedua pipinya yang bersemu saat Daniel menciumnya dengan panas seperti tadi.      *****        “Terima kasih atas tumpangannya” Anna melepas sabuk pengamannya tergesa-gesa, kedua matanya berusaha keras untuk menghindari tatapan Daniel yang sibuk menanatapnya sejak tadi.     “Anna!” Seru Daniel menghentikan Anna.     “Ada apa? Kau mau mampir?”     “Apa aku boleh?” sebenarnya Anna tak sungguh-sungguh menawari.     “Huh?”     “Mampir, sesuai tawaranmu”     “Ya?”     “Ok, ku anggap itu sebagai jawaban iya”     Tak perlu basa basi, Daniel segera memakaikan kembali sabuk pengaman Anna dan mengendarai mobilnya menuju basement. Suatu kesalahan terbesar yang Anna lakukan dan pelajari tentang Daniel adalah bahwa pria itu bukanlah orang yang suka basa basi.     Daniel terus mengekori Anna yang merasa tak nyaman berjalan menuju unit apartemennya, ia menekan beberapa digit angka dan mempersilakan Daniel masuk ke dalam saat pintu terbuka. Daniel tersenyum, menyusuri foyer yang berisikan beberapa foto dan bunga hidup yang menggiring jalanya menuju ruang utama.     Semua menarik perhatian Daniel, bagaimana Anna terlihat begitu rapi menata tempat tinggalnya termasuk dengan d******i warna putih yang dipadu padankan dengan warna merah muda dan hijau pastel.     “Kau seorang Designer pakaian?” tanya Daniel menunjuk beberapa manaquien di salah satu sudut ruangan yang memang khusus Anna jadikan tempatnya untuk bekerja.     “Iya”     “Di mana?” tanya Daniel yang mulai sibuk menyusuri setiap sudut tempat tinggal Anna.     “Kau tahu Aiori?” Daniel menggeleng. “Aku bekerja di salah satu brand fashion milik Aiori.”     Senyuman polos Daniel membuat Anna yakin bahwa pria itu tak mengerti apapun tentang apa yang ia bicarakan.     “Aiori adalah satu anak perusahaan milik Ongsung Group yang saat ini sedang mengembangkan bisnis fashion, kau tahu The Aplus?”     “Tidak”     “The Aplus adalah salah satu fashion market place terbesar di Korea dan itu adalah milik Aiori yang merupakan anak perusahaan Ongsung Group, atau jangan-jangan kau tidak tahu Ongsung Group?”     “Sepertinya aku pernah mendengarnya”     “Apa?”     “Ongsung”     “Mustahil jika seluruh penduduk Korea tak tahu tentang Ongsung Group”     Daniel terdiam, tak bereaksi apapun atas penjelasan Anna, sudah lama ia tak mendengar nama itu dan entah mengapa ia mulai kesal saat mendengarnya kembali.     “Aku tidak punya beer dan semacamnya, aku hanya punya juice dan s**u. Kau mau yang mana?"     “Aku tidak terlalu menyukai s**u, air mineral saja”     Anna meletakkan satu botol air mineral di meja ruang tamu dan menatap Daniel yang saat itu sibuk menatap foto-foto yang Anna pajang di ruang tamu, termasuk foto kedua adiknya yang terlihat tidak ramah menatap kamera.     “Ini adikmu?”     “Ya, mereka kembar” jawab Anna singkat.     “Tidak mirip”     Anna tersenyum singkat.     “Kau merawat tempat tinggalmu dengan baik”     Daniel duduk di samping Anna yang langsung bergerak menjauh untuk membangun jarak dan benteng pertahanan.     “Daniel, aku ingin bertanya padamu”     “Tentang apa?”     “Waktu aku mabuk, apa saja yang kukatakan padamu?”     “Kau yakin ingin mendengarnya?”     “…”     “Tapi aku yakin kau akan sangat malu jika mengingatnya”     “Aku tidak melakukan hal bodohkan?”     “Awalnya kau minum dua gelas cocktail, kemudian kau mulai tersenyum dan pipimu memerah, sangat memerah. Setelah itu kau mulai berbicara seperti orang ngawur dan-"     “dan apa?”     "—dan kau bernyanyi sambil menangis, memarahiku karena tertawa, kemudian bercerita tentang kekasihmu yang akan mencampakanmu tapi kau mencampakanya terlebih dahulu karena kau tidak mau tidur denganya"     “Aku mengatakkanya?” Daniel mengangguk sembari melepas sumpalan tisu di salah satu lubang hidungnya. Anna tak menyangka bahwa ia mengatakan semua itu kepada pria yang baru saja ia kenal.     “Mengapa kau tidak mau melakukkanya? Padahal kau bilang ingin melakukkanya karena usiamu sudah dua puluh tujuh tahun” pertanyaan itu terlalu frontal bagi Anna, baginya semua itu adalah hal pribadi yang tidak harus Daniel tahu.     “katakan saja, lagi pula aku sudah mengetahui garis bersarnya”     “Kurasa kau tidak perlu tahu, kita baru mengenal dan kau sudah sangat cukup tahu tentang kehidupan personalku, ku rasa informasi itu sudah lebih dari cukup untukmu Daniel”     “Tidak masalah, Aku mengerti, lagi pula kita masih punya banyak kesempatan untuk bertemu bukan?” Daniel tersenyum tanpa rasa kecewa, sedikit heran karena bukan reaksi itu yang seharusnya Anna terima dari pria yang menerima sikap dingin bahkan pukulan darinya.  *****       Hari-hari Anna terasa sepi karena sosok Seunghyun yang kini telah hilang dari kehidupannya, empat tahun bukanlah waktu yang sebentar dan empat tahun itu hari-harinya selalu terisi oleh Seunghyun. Lagi-lagi ia berusaha mengingat kejadian di club malam dengan harapan ia makin membenci pria itu dan tak lagi menyimpan rindu untuk pria yang telah melepaskan harapan Anna tentang pernikahan.     Tapi entah mengapa bayangan pria bertubuh tegap dan tinggi bernama Kim Daniel itu kini berada di dalam memorinya, bagaimana pria itu menciumnya, bagaimana pria itu menatapnya, bagaimana senyuman manisnya, dan bagaimana pria itu mengucapkan kata-kata menyentuh yang membuat Anna merasa seperti satu-satunya wanita beruntung di dunia. Tapi bukankah dia terlalu gegabah merasa sebahagia itu atas sikap Daniel sementara ia baru saja dicampakan.     Anna merasa tak beres dengan akal sehatnya, bukankah seharusnya ia bersedih karena Seunghyun tapi mengapa ia malah memikirkan pria bernama Kim Daniel. Anna merasa frustasi karena sosok pria bernama Kim Daniel itu terus membayangi meskipun ia tak ingin.     “Bertemu Daniel adalah sebuah kesalahan bukan?” Anna mendesah kesal, “Ya, itu adalah sebuah kesalahan, kesalahan besar Anna”     Anna kembali menarik selimutnya namun bel apartemennya mulai berbunyi. Anna tak pernah membayangkan sama sekali siapa sosok yang hadir di depan pintu apartemennya sepagi itu. Sampai pada akhirnya ia menemukan sosok tak asing yang membuat kedua mata Anna membulat hebat saat menatap siapa sosok yang berdiri di depan pintunya dengan senyuman manis yang begitu khas.     “Good Morning”     “Apa yang kau lakukan di sini?” Daniel mengangkat dua kantong plastik dikedua tangannya seperti anak kecil yang menggemaskan.     “Aku boleh masuk?”     “…”     “Baiklah, ku anggap itu sebagai jawaban ‘ya’.”     Anna masih mematung pada posisinya menatap Daniel yang kini masuk ke dalam apartemnnya tanpa beban.     “Daniel, apa yang kau lakukan?”     “Aku memikirkanmu pagi ini dan aku membeli makanan untuk kita”     Kedua tangan Daniel sibuk meyiapkan makanan di meja makan termasuk alat makan yang ia tata rapi di dekat Anna, sejujurnya Anna merasa terganggu dengan semua sikap Daniel.     “Kita? Daniel!”     “Tenang saja, aku tidak memasukan apapun ke dalam makananmu, cepat makan!”     “Daniel, kupikir sikapmu ini sudah melampaui batas”     “Melampaui batas? Batas apa maksudmu?” tanya Daniel yang masih terlihat asyik memakan sarapannya.     “Daniel kita baru saling mengenal, kurasa kau terlalu lancang untuk datang ke tempat tinggalku seperti pagi ini”     “Aku tahu, tapi kita sudah berciuman, aku rasa perkenalan singkat itu bukan tolak ukur keintiman dalam sebuah hubungan”     “Keintiman dalam sebuah hubungan?”     Daniel lagi-lagi tersenyum menenggelamkan kedua mata indahnya padahal Anna sudah menahan amarahnya untuk Daniel. Senyuman Daniel nyatanya membuat hati Anna luluh.     “Ku rasa kita bisa berteman lebih dekat lagi setelah berciuman, itu yang aku pelajari selama berada di Kanada”     Daniel tersenyum santai sembari menyantap makanannya, hingga berakhir membuat pria itu terbatuk dan berlari ke dapur untuk mengambil air mineral tanpa seizin Anna.     “Daniel maafkan aku, tapi ini tempat tinggalku, bisa kau sedikit menjaga sikapmu”     “Aku tahu, maafkan aku tapi makannya tersangkut di tenggorokanku”     Siapa yang bodoh saat ini, Daniel yang dengan santainya meminum air mineral tanpa rasa sungkan, atau Anna yang malah terpaku menatap pria sok akrab yang nampak begitu seksi saat meminum air mineralnya.     “Kau tidak bekerja?”     “Jika aku bekerja, tidak mungkin aku masih berada di sini dan meladenimu” Daniel menatap Anna serius sebelum akhirnya duduk di samping wanita itu untuk memperhatikan lekat wajah Anna.     Daniel menarik kursi Anna untuk mendekat dan menghadap kepadanya, menyentuh pipi Anna perlahan dengan begitu lembut sampai membuat Anna mematung dan merasa tersipu. rasanya ia akan terbuai kedalam perangkap pria itu, tapi tidak, ia tidak ingin kejadian semalam terulang.     “Mengapa kau nampak tegang sekali”     “…”     “Aku tidak akan menagih hutangmu hari ini dengan cara menciumu seperti waktu itu”     “Lalu?” Anna mendorong Daniel menjauh, namun pria itu malah menarik plester di wajah Anna.     “Ini!” ucapnya menujukan plester itu di depan mata Anna, “Hanya karena ini Anna, kumohon berhentilah berpikir yang macam-macam tentangku”     “Bagaimana bisa aku tidak berpikir macam-macam jika semalam kau menciumku seperti itu” Daniel tersenyum menggoda Anna. “Aku bahkan tidak tahu hal m***m apa yang ada di dalam kepalamu saat ini”     “Kau terlalu berprasangka buruk padaku”     “…”     “Kau lupa? Kau yang menciumku terlebih dahulu. Apa perlu kuingatkan lagi? Bahwa kau memintaku untuk membalas ciumanmu, seharusnya aku yang berpikir macam-macam tentangmu, mungkin saja kau berpikir melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar menciumku”     Apa yang ada dipikiran Daniel saat ini Anna rasa ia ingin tahu, bagaimana mungkin pria itu dengan santai mengungkit kejadian memalukan itu sementara Anna sendiri merasa terganggu dengan topik itu.     “Sudahlah, silakan pergi jika sudah menyelesaikan sarapanmu”     “Diam! Aku hanya ingin mengganti plestermu”     Entah apa yang Daniel miliki sehingga semudah itu Anna menurut dengan semua kata-kata Daniel, hatinya bergejolak karena ia ingin menghindar namun rasanya akan sulit jika harus menolak semua perlakuan manis Daniel.     “Kutebak dengan wanita itu” Daniel mengambil obat dan plester dari kantong plastik yang ia simpan di saku jaketnya.     “Kau menyiapkan semuanya” ucap Anna ketus, namun Daniel malah mengumbar senyumnya untuk Anna.     “Aku sengaja membelinya karena plester ini mengganggu wajah yang cantikmu”     Anna menjauhkan wajahnya dari Daniel yang meniup ringan wajahnya saat mengoleskan obat di pipinya.     “Boleh aku mengatakan sesuatu Anna?” Anna menganguk dan Daniel menatapnya lekat.     “Sejujurnya kau sangat menarik, dan aku tertarik padamu”     “Daniel, kita baru-”     “Baru saling mengenal maksudmu? Tapi aku belum pernah merasa setertarik ini dengan perempuan manapun” Anna menghela nafasnya kesal, pria dihadapanya sekarang sepertinya sedang bercanda dan membuat lelucon untuknya.     “Maksudmu wanita-wanita di luar sana yang tertarik padamu terlebih dahulu? Begitu? Wah!! Sepertinya kau perlu menemui seorang Psikolog Daniel” Daniel mengangguk dan tak menunjukkan kekecewaan sedikitpun atas ucapan Anna.     “Aku serius”     “Jika begitu, bukankah lebih mudah? Kau hanya perlu memilih wanita-wanita yang mengejarmu"     “Aku sudah bilang, tidak ada yang menarik bagiku, mereka hanya membutuhkan teman tidur dan uang” Daniel tersenyum dengan bangga atas ucapanya.     Anna setuju jika teman tidur, karena memang tubuh dan wajah Daniel sangat mendukung. Tapi untuk uang? Anna memikirkannya lebih dalam lagi, pria ini hanyalah seorang bartender di sebuah bar dan club malam, jelas Daniel sedang berbong jika banyak wanita yang mengejar uangnya.     “Tapi maaf Daniel, sepertinya aku sedang tidak tertarik dengan sebuah hubungan, kau tahu sendiri aku baru saja dicampakkan dan aku belum membuka hatiku untuk pria lain”     “Bagus, Setidaknya kita sama-sama tidak tertarik dengan hubungan yang serius” Daniel merasa puas dengan jawaban Anna hingga membuatnya menatap hangat Anna dengan sedikit senyuman di wajah tampannya. Anna mulai salah tingkah karena tatapan intens yang ia terima, sebisa mungkin ia menyingkir setelah Daniel mengobati luka di wajahnya.     “Jangan menutupnya dengan plester, biarkan seperti ini ok” Entah apa yang Daniel miliki dikedua mata dan bibirnya, semua terasa mengintimidasi dan membuat Anna berakhir tanpa perlawanan. Hanya kata-kata sederhana namun membuat Anna patuh dan menuruti pria itu selayaknya gadis penurut.     *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN