Chapter 2: Meeting You

1285 Kata
Happy Reading ----- Phoenix, Arizona-USA. 9.10 AM Suhu udara yang panas nan lembap segera menyergap Grayden ketika ia baru saja turun dari Mercedes Benz G-Wagon hitam miliknya. Kulit putih dengan bagian lengan atas yang terbungkus kaus polos V neck berwarna biru itu segera terpapar terik matahari, meski ini belum cukup siang. Ia yakin saat sesi pemotretan nanti kulitnya akan terbakar, karena mereka akan melakukan foto di luar dengan mengambil atmosfer gurun yang dikelilingi tebing dan pegunungan batu di sini. Grayden menjauhi mobil yang tadi ia kendarai seorang diri dari bandara. Aktivitas yang padat antara berlatih balap dan mengemban tugas menjadi pemimpin perusahaan sering kali membuat ia harus mencari sela waktu untuk dapat beristirahat, sehingga ia lebih sering menggunakan sopir pribadi demi mendapatkan sedikit waktu bersantai di tengah jalanan. Namun, khusus hari ini ia memiliki rencana tersendiri. Apa lagi kalau bukan menawarkan tumpangan pada Gwen? Kesempatan emas menggaet model seksi jangan sampai lepas! Grayden melangkah begitu santai, tetapi ia selalu berhasil untuk terlihat memesona walau dalam balutan kaus dan celana jins seperti saat ini. Justru hal itu selalu menambahkan kesan liarnya yang khas dari energi muda nan menantang. “Mr. Ryver.” Seorang pria paruh baya berambut putih yang Grayden kenal sebagai art director segera melangkah menghampiri dengan senyum penuh rasa hormat. Grayden pun turut mengembangkan senyum ringan khasnya ketika mereka berjabat tangan. Seorang pria yang menjadi fotografer untuk hari ini juga menyusul datang, menyambut. Tumbuhan kaktus setinggi manusia dan tanah berdebu berwarna kemerahan mengiringi langkah mereka. Grayden melihat mobil balapnya telah terparkir tak jauh dari lokasi photoshoot sebagai properti foto nanti. Mereka bertiga kemudian memasuki sebuah rumah kayu yang khusus hari ini dijadikan tempat untuk fitting dan makeup. Art director dan fotografer silih berganti membahas kembali kesiapan dan konsep yang akan mereka usung hari ini sesuai hasil rapat beberapa bulan lalu. Grayden beberapa kali mengangguk kecil di tengah langkahnya. Gwen dan Grayden akan melakukan interview singkat terkait campaign product ini dan mereka juga akan direkam untuk keperluan behind the scenes. Masing-masing kru pun dengan segan silih berganti untuk menyapa ketika sang CEO Glow’s sekaligus model mereka justru lebih dahulu menghampiri. “Dia benar-benar pria muda yang tampan. Aku tak menyangka ia seramah ini pada kita,” bisik salah satu kru wanita pada kawannya. “Ya, kau benar. Pantas saja banyak wanita yang tak bisa berpaling darinya,” timpal yang lain. Tampan? Ramah? Wanita tak bisa berpaling? Oh sudah jelas! Grayden tersenyum pongah dalam hati mendengar pembicaraan kru itu. Sangat berbeda dengan raut wajah ramah bersahabat yang Grayden tampilkan. Mata para kru wanita terus mengikuti pergerakan Grayden yang menyapa masing-masing dari kru dengan melempar beberapa tawa ramah nan santai, seolah pria itu bagian dari mereka tanpa sekat jabatan. Para wanita di sana mengembangkan senyum mereka atas keterpesonaan dan kekaguman. Mereka telah sering bekerja sama dengan berbagai kalangan dan mendapati pria tampan berusia dua puluh empat tahun dengan segudang prestasi balap serta jabatan CEO, membuat Grayden terlihat semakin istimewa dalam pembawaan diri pria itu ketika berinteraksi. “Lihatlah cara dia bergerak dan tersenyum.” Bisik-bisik itu kian membuat Grayden menjadi. Ia sengaja menyusurkan rambut cokelat gelap bergelombangnya ke arah belakang dengan gerakan perlahan seperti iklan sampo yang pernah ia bintangi. Sontak pandangan para wanita itu semakin terpanah. Grayden kemudian kembali tertawa di tengah garis dagunya yang tegas dan mulus tanpa jambang yang membingkai. Pria itu lalu memasukkan salah satu tangan ke saku celana yang membuat lekuk otot lengan Grayden terlihat begitu jantan, terlebih dengan tato yang terukir di sana. “Bagaimana ladies? Menikmati tontonan kalian?” tanya Grayden dalam hati dengan kepercayaan dirinya yang akut. “Sial! Andai aku bisa bercinta dengannya. Tak apa jika ia tak mengingat namaku nanti,” kata salah seorang kru dengan matanya yang terpaku, seolah tersihir. “Oh kau harus mengantre, Sayang,” jawab Grayden dalam hati lagi. Beberapa kru yang mendengar celetukan kawannya pun tertawa. “Yeah, mari kita bermimpi, kawan!” “Oke, Ladies. Nikmati mimpi kalian sebelum pertunjukan tiba beberapa saat lagi. Bersiaplah,” gumam Grayden lagi membatin narsistik seraya menoleh pada para kru itu dengan melempar senyum khas andalannya. Seketika wanita-wanita itu membeku melihat senyuman yang terlempar untuk mereka. Jiwa mereka meleleh di dalam sana. Sayangnya, pemandangan sang CEO sekaligus pembalap tampan itu pun sirna ketika Grayden memasuki ruang fitting. Mereka mendesah lesu. “Mr. Ryver.” Kru di bagian stylist dan makeup artist langsung menyapa kedatangan Grayden di ruangan penuh gantungan baju yang akan pria itu kenakan. “Halo.” Grayden menyalami mereka, tetapi matanya kemudian berhenti pada sosok wanita yang duduk di kursi rias berbingkai lampu. Gwen tengah duduk dengan menumpukan satu kaki di atas paha. Bathrobe sutra berwarna champagne membungkus tubuh itu, tetapi tak berhasil menyembunyikan paha halus berwarna cokelat eksotis dari celah bathrobe yang tersingkap. Grayden rasanya ingin bersiul melihat kaki jenjang eksotis itu. Satu tangan Grayden yang berada di dalam saku celana rasanya ingin membelai kulit yang pasti sangat halus itu. Ia menarik napas, memaksa diri bersabar karena ia pasti dapat menyentuh Gwen ketika sesi photoshoot. Mengambil kesempatan? Oh sudah pasti. Harus! Rambut brunette Gwen yang panjang saat ini terlilit oleh beberapa roll dan jepit untuk membuat penampilan rambut indah itu menjadi kian memesona di lensa kamera nanti. Wajah percampuran Amerika dan Italia itu masih tampak begitu bersih, belum terlapisi makeup dan hal itu memerangkap mata Grayden atas kecantikan natural yang baru saja ia lihat. Ini adalah pemandangan langka ketika Grayden selama ini menikmati wajah Gwen yang bertebaran di majalah dan billboard dengan polesan makeup. Sialan! Bagaimana bisa wanita ini masih begitu cantik sekaligus sensual meski tanpa makeup seperti ini? Otak Grayden seketika membayangkan bagaimana jika Gwen terbangun di pagi hari dengan wajah natural seperti ini di ranjang kamarnya. Rambut brunette yang sedikit berantakan, bulu mata lentik yang mengerjap, dan senyum dari bibir padat sensual di sana jelas mampu menjeratnya lebih lama di atas ranjang. Belum lagi lekuk tubuh indah nan seksi yang akan membuat jemarinya terus bekerja memuja sekaligus dahaga untuk membuat wanita itu setia menempel di kulitnya. Grayden menggeram dalam hati. Darahnya berdesir panas sampai bagian dirinya mengeras. Pandangan mata honey chesnut Grayden dan lingkaran cokelat Gwen bertemu untuk beberapa saat yang terasa hening, sampai akhirnya Gwen harus berdeham untuk membuyarkan pandangan Grayden. Kening Gwen berkerut sesaat, lalu dalam hati ia tertawa remeh. Apakah bocah itu baru saja membayangkan tentang dirinya? Wajah terpanah Grayden jelas menyiratkan sebuah tulisan ‘aku sangat ingin menidurimu’ tepat di kening dengan tinta tak kasat mata. “Perkenalkan Gwen Carola, partner Anda untuk beberapa waktu ini,” kata sang art director, memecahkan kesunyian di antara Gwen dan Grayden. Grayden menoleh pada pria itu sekilas dan mengangguk. “Hai, aku Gwen Carola.” Gwen mengembangkan senyum, topeng khasnya jika sedang bekerja. Ia mengulurkan tangan dari tempatnya duduk, tanpa berniat beranjak. Menyiratkan Grayden yang harus menemuinya. Tanpa merasa berat hati, Grayden melangkah mendekati kursi Gwen dengan kepercayaan dirinya yang selalu maksimal. Ia menyambut uluran tangan itu dan seketika ia merasakan telapak tangan Gwen yang begitu halus dan kecil. Oh, bagaimana jika telapak tangan ini nanti menggenggam miliknya di bawah sana? Grayden tak pernah bisa mencegah pikiran kotornya yang selalu terhubung otomatis. “G-Grayden Ryver.” Mata Grayden membulat seketika. Mengapa ia mendadak gagap seperti ini? Grayden kemudian berdeham. Tenggorokannya tiba-tiba kering. Oke, Gray. Stay cool. “S-Senang akhirnya d-dapat bekerja sama denganmu.” Sial! Mengapa kau berdebar dan semakin gagap seperti ini? Kau mendadak culun! Di mana perkenalan elegan dan kerenmu selama ini, Gray?! …To Be Continued… Apa komentarmu tentang chapter ini? Btw, makasi banyak udah baca. List karya saltedcaramel: - My Devil Bodyguard (Dexter-Vello) END - Trapped By Obsession (Zerenity-Jake-Scarlet) END - Something Between Us (Zevander-Starley-Julian) END - My Villain Gentleman (Gavriel-Liora-Hunter) On Going Visual, Grup WA dan segala info cek di IG @saltedcaramely_
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN