Bab 2. Pertemuan

1010 Kata
Rumah Besar keluarga Abraham hanya ditinggali mama Belia dan Dhaneo beserta istrinya Vella claurin. Papa Dhaneo sudah meninggal 1 tahun yang lalu akibat serangan jantung, Dan Felix beserta istri dan anaknya memilih Tinggal dikediamannya sendiri. Terdengar suara langkah kaki dari tangga, Dhaneo menggandeng istri manjanya turun karna waktunya makan malam bersama. Diruang makan sudah ada mama Belia menunggu anak dan menantunya, mereka bertiga pun segera melahap Hidangan yang disiapkan di atas meja. Sudah menjadi tradisi keluarga Abraham untuk tidak ada obrolan saat mereka sedang makan, setelah selesai makan Dhaneo memuji masakan mama tercintanya. "Memang tidak ada duanya masakan mama." Ucap Dhaneo terkesan. "Mama mewarisi resep turun temurun dari nenek buyut mu, dan kelak mama akan menurunkan resep untuk Vella agar bisa membuat rendang kesukaanmu sayang." Balas mama Belia yang sedari tadi memandang kedua orang didepan dan disampingnya, ia sangat bangga mempunyai anak tampan yang sukses dan menantu cantik yang kariernya sangat bagus. Menambah nama keluarga Abraham semakin terpandang ketika berkumpul dengan teman sosialitanya, seperti biasa mama Belia selalu memamerkan anak dan menantunya tersebut. Mama Belia yang sedari dulu ingin menimang cucu dari Anak kesayangannya, karena Felix putra pertama yang tidak tinggal serumah dengan ya membuat mama Belia kesepian jauh dari cucunya . "Sayang, kapan kamu kasih mama cucu-cucu yang lucu mewarnai isi rumah dengan tangis dan Tingkah nakalnya,? Sembari memegang tangan menantu disampingnya, mama Bellia sering memilih berkumpul dengan teman sosialitanya karena merasa kesepian dirumah sendirian. Sebab anak dan mantunya itu sibuk dengan kariernya masing-masing. "Ma, mana mungkin Vella hamil untuk saat ini ma, karier Vella lagi naik naiknya. Vella nggk mau ma badan Vella rusak hanya untuk mengandung seorang anak!" Kekeh Vella yang lebih fokus untuk kariernya ketimbang memiliki momongan. Dalam obrolan mama Belia dan Vella Dhaneo hanya diam, ia ingin membicarakan masalah ini nanti berdua saja dengan istrinya saat mengobrol santai sebelum tidur. Setelah selesai makan malam Dhaneo memilih pergi ke Ruang kerjanya yang berada disebelah Kamar tidurnya. Ada sedikit pekerjaan yang belum ia selesaikan, dan menyuruh pak Ujang masuk kedalam ruangannya. Dhaneo segera menyelesaikan tugas yang belum beres dan buru buru ingin sekali menyusul ke kamar membicarakan masalah keinginannya yang bertolak belakang dengan Vella sang istri. Di lantai bawah, mama belia sedang menelfon cucunya ia sangat rindu karena jarang berjumpa. Anak dari Felix dan Bella berusia 3 Tahun sangat lucu dan menggemaskan. Saat selesai dan keluar dari ruang kerjanya Dhaneo sedikit menguping mama belia yang sedang asyik bercanda dengan cucunya melalui Vidio call. "Kasihan mama,! Batin Dhaneo. Dengan mengendap-endap Dhaneo masuk ke kamar tidurnya, dan sedikit menggoda Vella dengan beberapa sentuhan agar istrinya itu terbangun "Sayang," Panggil Dhaneo manja. Setelah sang istri terbangun, perlahan ia mulai memaggut Bibir sexy istrinya itu sebagai salah satu cara merayunya. Dhaneo membuka obrolan hangat untuk mencari jalan keluar permasalahan dengan istri soal keinginannya memiliki anak. Namun berbeda dengan Vella, ia sangat kesal harus mendengar persoalan anak lagi dan lagi. "Sayang, apa yang membuatmu belum siap melahirkan anakku,! Apakah Fasilitas dan uang belanja yang aku berikan selama ini masih belum cukup,? "Aku sudah bilang, aku tidak ingin meninggalkan dunia karierku yang dari kecil sudah menjadi impianku sayang, lagi pula suara bayi itu berisik belum lagi kalau badanku nanti membesar karna mengandung," Vella menjawab dengan raut wajah cemberut. Akhirnya pertengkaran hebat terjadi diantara mereka. Dhaneo membuang nafas kasar. Ia tidak mau mengalah dan tetap ingin segera memiliki keturunan. Hal ini membuat Vella semakin kesal dan memutuskan pergi dari rumah untuk menenangkan diri di Apartement yang di belikan suaminya sebelum mereka menikah dulu. Dhaneo yang juga merasa kesal membiarkan istrinya pergi begitu saja. Ini pertama kalinya bagi mereka bertengkar, keduanya masih saling mempertahankan egonya masing masing. Mama belia yang mendengar suara keributan di atas syok dan gugup melihat menantunya pergi dengan terburu buru. "Sayang, ada apa?" tanya mama Belia heran. Vella menghentikan langkahnya, lalu berbalik menghadap mama Belia. "Ma Vella malam ini tidur di Apartemen Vella aja ma! Lalu mempercepat langkahnya untuk pergi. Tidak seperti pagi-pagi yang sebelumnya, sikap Dhaneo menjadi lebih dingin dari kemarin. Dan kali ini, ia meminta sang sopir mengantarnya. Kring kring kring… "Tuan hari ini ada beberapa schedule meeting penting yang harus Tuan sendiri yang menghadirinya!" "Klien dari Tur- belum sempat ia berbicara, namun telfonnya sudah dimatikan oleh sang empu." Azka hanya bisa pasrah, tanpa membantah sedikitpun. "Ada yang tidak beres ini," Ujar Azka dalam hati, Karna bisanya bosnya yang gila kerja itu tidak malas-malasan seperti ini. Bunyi ponsel Azka berdering lagi, namun ternyata itu adalah nomor yang sama yang ia hubungi 5 menit Tadi. "Azka saya akan menghadiri meeting dengan klien Turki". Dhaneo yang berubah pikiran tidak jadi mewakilkan Azka sebagai penggantinya. Segera Azka menyusul bosnya menuju restoran tempat perjanjian meeting dengan klien Turki tersebut. Selang 30 menit Dhaneo sampai di restoran kakaknya, Felix. Yang akan menjadi tempat pertemuan dengan klien untuk membicarakan proyek besar yang akan digarap perusahaanya. Selesai berdiskusi Dhaneo izin untuk pergi ke toilet. Bruk!! "Aduh maaf Tuan." ucap Aninda dengan nada yang gugup dan gemetar. "Beraninya kamu,! Dhaneo sangat marah, saat seorang Waiters tidak sengaja menumpahkan kopi di Jas mahalnya. "Maaf, Tuan Sanya Tidak sengaja" ujar Aninda yang ketakutan. Mata Dhaneo sempat melirik wajah cantik waiters di depannya. "Siapa Namamu,? Dhaneo bertanya dengan nada yang dingin. " Anu Tuan, ee," Aninda sangat gugup, ia cemas dan takut jika kesalahannya ini akan membuat ia di pecat dari pekerjaannya. Dhaneo hanya mengernyit, keheranan dengan sikap aneh wanita didepannya ini. Dengan tatapan tajam dan sikap dingin CEO perusahaan Abraham ini mampu membuat Aninda yang hanya seorang waiters ini takut dan hanya menundukkan kepalanya. Aninda adalah waiters yang baru seminggu ini bekerja di Restoran kakaknya Dhaneo. Felix yang kebetulan berada di sana melihat dari kejauhan lalu mendatangi adiknya. Sedikit kecewa dengan kecerobohan Aninda, Namun Kakak Dhaneo ini adalah laki laki bijak dan pemaaf. "Sudah kamu kembali bekerja, dan jangan ulangi lagi kesalahanmu ini," Ucap Felix menegur bawahannya. Felix kembali memerintahkan bawahannya yang lain agar memberikan jas baru milik Felix di dalam ruangannya untuk dipakai Dhaneo, yang kebetulan ukuran mereka hampir sama. Pertemuan besar Dhaneo dan klien Turki berjalan dengan lancar, Dan kedua belah pihak sepakat untuk bekerja sama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN