“Maksud bapak saya dipecat dari perusahaan ini?” pekik Bianca kaget tidak menyangka akan mendengar kabar buruk di pagi hari ini. Semalam mimpi apa sih sampai bisa dipecat dadakan begini?
“Tidak, bukan begitu maksud saya. Jujur saja, saya pribadi juga tidak ingin melepas karyawan sebaik kamu, tapi masalahnya saya juga tidak mungkin menolak permintaan Liam. Jadi saya tidak memiliki pilihan lain, tapi kamu jangan khawatir, saya sudah memastikan pada Liam kalau kamu akan mendapatkan gaji yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan ini dan lagi kamu hanya harus menangani laporan keuangan perusahaan dan pribadi milik Liam,” jelas Steven merasa sedikit bersalah karena seperti menjual salah satu karyawan andalannya sendiri.
Tapi mau bagaimana lagi? Lebih baik kehilangan satu karyawan daripada kehilangan seluruh kliennya bukan? Salahkah jika Steven bertindak egois sebagai seorang pengusaha? Tidak kan? Bukankah wajar jika seorang pengusaha ingin melindungi perusahaannya sebaik mungkin?
Bianca mengepalkan tangannya dengan erat, merasa emosinya kian memuncak. Dasar pria gila! Bagaimana bisa Liam melakukan ini padanya? Bekerja di perusahaan milik Liam dengan resiko bertemu dengan pria gila itu setiap hari? Bianca tidak berani! Sekali bertemu saja sudah trauma apalagi kalau harus bertemu setiap hari!
‘Liam breng-sek! Kalau begini kejadiannya, dulu aku tidak akan mau hadir ke acara farewell party Jessy meski dipaksa oleh Retha!’ batin Bianca menyesali keputusan bodohnya hingga mengakibatkan dirinya harus bertemu dengan pria gila macam Liam.
Pria gila yang nekat menghalalkan segala cara untuk membuat Bianca bekerja di perusahaannya! Kurang ajar! Bianca tidak bisa terima diperlakukan seperti ini! Apalagi bagaimanapun juga status Bianca adalah dipecat dari perusahaan Steven. Memalukan!
“Saya tidak mau bekerja di perusahaan bapak Liam!” jawab Bianca kesal membuat Steven bingung apalagi saat melihat raut wajah Bianca yang tampak begitu marah.
Sebegitu marahnya kah Bianca akan keputusan Steven? Tentu saja! Pertanyaan bodoh! Pasti saat ini Bianca merasa seperti dibuang oleh perusahaan dan rasa bersalah Steven kian menjadi-jadi.
“Bianca maafkan saya, tapi saya tidak memiliki kuasa untuk menolak keinginan beliau,” sesal Steven.
Bianca menatap atasannya antara kesal dan kasihan. Kesal karena dirinya menjadi korban dari keegoisan Liam dan kasihan karena sadar kalau Steven memang tidak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan CEO breng-sek itu!
“Saya tidak akan mempersulit bapak tapi saya juga tidak akan bekerja di perusahaan beliau. Project bapak Liam bisa bapak serahkan kepada konsultan lain yang masih akan terus bekerja di perusahaan ini, bukan konsultan yang akan dipecat seperti saya!” ketus Bianca semakin kesal.
Dan ucapan Bianca membuat Steven terlonjak kaget. Gawat! Bukan begini rencananya! Jika Bianca nekat melepaskan tugasnya sebagai konsultan dari perusahaan Liam pasti dirinya akan kena masalah lagi! Apalagi kemarin Liam sudah menegaskan pada Steven kalau pria itu hanya ingin Bianca yang menangani masalah keuangannya!
“Bianca, saya mohon sama kamu. Tolong jangan persulit saya, beliau bisa menuntut perusahaan ini jika kamu melepaskan tugas kamu begitu saja.”
Ucapan Steven membuat Bianca semakin marah. Bianca baru sadar kalau atasannya begitu egois. Sudah memecat Bianca seenak perutnya dan sekarang dirinya masih harus menuruti keinginan Steven hanya agar perusahaan ini tidak dituntut oleh Liam? Bianca tidak sebaik itu!
Bianca tidak peduli jika perusahaan ini akan dituntut oleh Liam dan yang terpenting Bianca tidak memiliki kewajiban untuk berpikir mengenai kesejahteraan perusahaan ini karena Steven saja menjual Bianca tanpa berkompromi dulu padanya. Menjual Bianca pada perusahaan Liam tanpa persetujuan dirinya! Sungguh, sekarang Bianca sedang mati-matian menahan diri agar tidak mengucapkan sumpah serapah pada Steven!
“Saat bapak memutuskan untuk memecat saya, maka saya sudah tidak memiliki tugas apapun lagi di perusahaan ini! Dan juga saya memiliki hak untuk menolak bekerja di perusahaan bapak Liam! Saya bebas memutuskan ingin bekerja dimana dan sayangnya bekerja di perusahaan bapak Liam tidak pernah ada dalam rencana saya!” elak Bianca.
“Bianca…”
“Lagian mana ada karyawan yang sudah dipecat masih memiliki tanggung jawab pekerjaan?” sindir Bianca tepat sasaran, sadar kalau Steven masih ingin membujuknya.
Saking serunya mereka berdebat, baik Steven maupun Bianca tidak menyadari kalau Liam sudah berada di belakang mereka dan mendengar dengan jelas setiap ucapan Bianca, termasuk penolakan wanita itu yang menolak masuk ke dalam perusahaannya.
“Jadi kamu menolak masuk ke dalam perusahaan saya?”
Bianca menoleh kaget saat mendengar suara dari pria yang selalu membuat emosinya memuncak. Apalagi ekspresi wajah Liam sekarang tampak begitu angkuh dan menyebalkan!
“Ya, saya tidak ingin bekerja di perusahaan anda!” tegas Bianca.
“Kenapa?”
“Saya tidak sudi bekerja dengan boss me-sum seperti anda!” jawab Bianca tanpa rasa takut. Berbeda jauh dengan Steven yang sudah memucat saat mendengar jawaban Bianca. Jawaban yang mungkin saja bisa membuat perusahaannya gulung tikar!
Tapi anehnya Liam tidak marah dan malah terbahak kencang, tidak menduga akan mendengar jawaban seperti itu dari bibir Bianca, apalagi wanita itu tampak begitu kesal membuat wajah cantiknya terlihat semakin menggemaskan di mata Liam! Membuat keinginan Liam untuk menaklukkan Bianca semakin kuat!
Untung saat ini mereka sedang berada di dalam ruangan kantor Steven, andaikan mereka berada di ruangan kantor miliknya, pasti Liam sudah menyeret masuk Bianca ke dalam kamar rahasianya dan menggeluti wanita itu sepuasnya! Hingga membuat wanita angkuh itu takluk di atas ranjang!
Jujur, melihat kemarahan Bianca saat ini malah membuat Liam semakin merasa tertantang. Baginya Bianca malah terlihat semakin menggairahkan. Liam ingin mendengar seberapa berisik wanita itu jika sedang bergumul diatas ranjang? Apakah akan berapi-api seperti sekarang atau malah menjadi lebih garang?
Pemikiran itu membuat ju-ni-or Liam berdenyut, tidak sabar ingin segera membuktikan rasa penasarannya. Liam berdeham dan berusaha kembali fokus pada tujuannya datang ke kantor Steven.
“Kenapa kamu bisa bilang saya boss me-sum? Memangnya saya pernah melakukan apa sama kamu?” tanya Liam dengan wajah polos membuat Bianca menggertakkan giginya dengan kesal, tidak mungkin menjawab pertanyaan lak-nat itu!
Bianca tidak ingin ada orang lain yang tau mengenai kejadian yang hampir menimpa dirinya beberapa malam yang lalu. Cukup Bianca, Liam dan Tuhan saja yang tau mengenai kejadian itu. Kejadian menyebalkan nan memalukan yang membuat Bianca begitu membenci Liam seperti sekarang!
“Saya tidak ingin menjawabnya!”
“Saya sudah menduga kalau kamu akan menjawab seperti itu. Tapi sayangnya mau tidak mau kamu tetap harus bekerja di perusahaan saya!”
“Anda tidak memiliki hak untuk memaksa saya!”
“Oh tentu saja saya punya hak! Saya tidak ingin konsultan keuangan saya lepas tangan begitu saja! Jadi jika kamu tetap bersikeras untuk menolak masuk ke dalam perusahaan saya, saya bisa menuntut kamu dan juga perusahaan ini karena sudah melalaikan tugas kamu sebagai konsultan keuangan saya!” tegas Liam membuat wajah Bianca memucat, apalagi Steven!
“Konsultan lain masih bisa menangani project anda. Lagipula saya belum mengerjakan laporan apapun, jadi itu tidak akan membuat konsultan pengganti saya kesulitan!” elak Bianca menjelaskan hal yang memang biasa terjadi jika ada pergantian konsultan, tapi Liam mana peduli dengan penjelasan itu.
“Saya tidak peduli! Kamu tetap harus menjadi konsultan pribadi dan perusahaan saya atau saya akan menuntut kamu dan perusahaan ini! Saya tidak pernah main-main dengan ucapan saya!” ancam Liam dengan wajah menakutkan hingga membuat tubuh Steven bergetar takut dan langsung memohon, membujuk Bianca agar mengubah keputusannya.
“Dasar pria licik!” umpat Bianca kesal, tidak peduli lagi dengan sopan santun.
Bianca memang merasa begitu marah dan tidak ingin bekerja dengan Liam, tapi beda masalahnya jika harus menghadapi tuntutan hukum! Kalau Liam serius untuk menuntutnya bisa tamat riwayat Bianca sebagai konsultan keuangan selamanya! Apalagi tugas konsultan keuangan berkaitan erat dengan rasa kepercayaan klien!
“Bagaimana?” tanya Liam dengan wajah licik yang membuat Bianca semakin muak.
Sungguh, rasanya Bianca sangat ingin mencakar wajah Liam saat ini. Bianca mengepalkan kedua tangannya dengan erat hingga kuku jarinya memutih bahkan menyisakan tanda di telapak tangannya!
“Saya termasuk orang yang tidak sabar, Nona Bianca. Jadi anda harus memberitahu saya keputusan anda secepatnya!” tegas Liam bersikap formal, pria itu tidak ingin mengulur waktu dan tidak memberi kesempatan untuk Bianca memikirkannya terlalu lama.
Bianca memejamkan mata, tidak memiliki pilihan lain lagi selain menuruti keinginan pria lak-nat nan breng-sek yang sedang menatapnya begitu intens!
“Baiklah, saya akan bekerja di perusahaan anda, tapi dengan satu syarat!”
Liam baru akan tersenyum saat mendengar ucapan Bianca.
“Syarat apa?”
“Jika saya tidak betah bekerja di perusahaan anda, jangan pernah menghalangi niat saya untuk resign!”
Kening Liam mengernyit heran, bagaimana bisa seseorang yang berstatus sebagai karyawan sudah memikirkan soal resign disaat belum bekerja sama sekali? Ternyata Bianca memang out of the box, tidak heran bisa langsung mencuri perhatiannya sejak pertama kali bertemu!
“Kita bisa liat soal itu nanti, lagipula kamu pasti tau kalau setiap perusahaan memiliki peraturannya sendiri dan HRD yang mengurus mengenai masalah itu. Bukan saya!” balas Liam angkuh, ingin menegaskan statusnya sebagai seorang CEO bukan sebagai karyawan HRD yang menangani hal kecil dan tidak penting!
Bianca baru hendak menjawab ucapan Liam saat Steven dengan cepat menyelanya. Tidak ingin ada pertumpahan darah di dalam ruangannya.
“Baiklah berarti sudah diputuskan kalau mulai besok kamu akan bekerja di perusahaan bapak Liam, saya berdoa yang terbaik untuk kamu, Bianca!”
Bianca menatap Steven yang berstatus sebagai mantan atasannya dan mendengus kesal.
“Saya tidak yakin dengan doa bapak!” balas Bianca ketus dan keluar dari ruangan Steven begitu saja.
Dengan kekesalan yang memuncak Bianca menuju ruang kerjanya hanya untuk mengambil tas miliknya dan pergi meninggalkan kantor begitu saja. Lagipula untuk apalagi bekerja? Bukankah dirinya sudah dipecat secara paksa? Lebih baik menenangkan diri sejenak!
Sebenarnya Bianca bukan tipe orang yang bisa bersikap kurang ajar seperti tadi, tapi sungguh Bianca tidak bisa lagi menahan rasa kesal dan marahnya karena dipaksa melakukan hal yang tidak diinginkannya. Dan lebih marah lagi saat membayangkan akan sering bertemu dengan boss mesumnya!
Bianca merogoh tas kerjanya dan mengeluarkan ponsel barunya. Tanpa pikir panjang Bianca mencari nomor Evan, pria yang selalu bisa diandalkan setiap waktu. Dan panggilan telepon Bianca diangkat pada dering kedua.
“Kenapa, Bi? Tumben kamu telepon di jam kerja? Lagi nggak sibuk?” tanya Evan dengan suara teduhnya, membuat hati Bianca menghangat.
“Aku dipecat!” balas Bianca singkat namun menimbulkan efek yang berbeda untuk Evan.
“Dipecat? Kok bisa? Bukannya kamu baik-baik aja kerja disana?” tanya Evan keheranan.
“Ahh! Ceritanya panjang!” keluh Bianca.
“Kamu bisa cerita ke aku nanti sore pas aku udah pulang kerja, gimana?” tanya Evan yang langsung disetujui Bianca tanpa ragu.
Bahkan tanpa disadari kalau Bianca sudah menampilkan senyum sumringah sekarang, berbeda jauh dengan beberapa menit yang lalu. Rasanya berbicara dengan Evan selalu bisa membuat perasaan Bianca menjadi membaik dalam keadaan apapun!
Bianca tidak menyadari kalau sedari tadi gerak geriknya diperhatikan oleh Liam yang keheranan dengan perubahan suasana hati Bianca, tidak urung hal itu membuat Liam bertanya-tanya.
‘Siapa yang dihubungi oleh Bianca hingga membuat wanita itu tampak bahagia? Bukannya tadi wanita itu begitu kesal padaku?’
Pertanyaan yang tanpa jawaban, Liam sadar kalau dirinya baru akan mendapatkan jawabannya jika bertanya langsung pada Bianca, namun Liam sadar kalau ini bukan saat yang tepat!
‘Aku pasti akan mencari tau siapa orang yang sudah membuat kamu bisa tersenyum selebar itu!’ tekad Liam.