DENDAM ARWAH TUKANG JAMU GENDONG

"Mak!"Sri berangkat ya!" "Hati-hati ya nduk!", jaga diri di rantau orang!" "Kabari emak ya!", kalau sudah sampai di Jakarta!" Sri menahan haru, selama ini tidak pernah berpisah dengan ibunya. Setelah bapaknya meninggal, Sri jadi tulang punggung keluarga. Di kampungnya, ibu Sri membantu membuat jamu untuk biaya hidupnya dan keluarganya. Sri mempunyai adik laki-laki yang masih kecil. Kehidupanya pas-pas an, Sri ingin merubah nasibnya bekerja ke kota. Kebetulan ada agen yang menawarkan pekerjaan. Dan Sri tergiur akan gaji dan iming-iming lainya. Jualan jamu sudah turun temurun dari leluhurnya. Maka dari itu jamunya enak dan terkenal di daerahnya. Agen yang menjemput Sri namanya bu Asih dari segi penampilan menor dan pelit. Segala sesuatunya diperhitungkan. Berpura-pura manis supaya Sri tergiur dengan tawaranya. Perjalanan dari Solo ke Jakarta dari sore sampai di di Jakarta pagi hari. Sri baru sekali ini pergi ke Jakarta, karena dari kampung, merasa takjup akan gemerlapnya kota Jakarta. "Sri!" kita sudah sampai, ayo turun!" Karena masih kondisi mengantuk Sri hanya menurut saja. Ketika mbak Asih menyuruhnya menempati kamar yang lumayan rapi. Sri merasa tersanjung, bayangan hidup enak di kota besar sudah ada dipelupuk matanya. "Ini kamarmu, besok kamu baru mulai kerja!" Mbak Sri tersenyum penuh kelicikan, berhasil menipu Sri yang lugu. Postur Sri tidak terlalu tinggi dan juga tidak pendek. Berkulit kuning langsat karena sering luluran. Wajah natural gadis desa yang baru mekar. Tubuh Sri untuk seumuranya termasuk ideal dan terawat. Idola di kampungnya, banyak pria jatuh hati padanya . Membuat pria ingin mendekatinya. Berdada montok, dan pinggul yang bulat menantang. Ketika hari sudah mulai malam, mbak Asih masuk kamar Sri dan membawa bungkusan besar. "Besok baju ini kamu pakai ya!" "Loh mbak, katanya saya kerja di mall kok pakai baju sexy begini?" "Sudahlah jangan banyak tanya, yang bisa kerja di mall itu sarjana! kamu cuma SMA!" Perasaan Sri tidak enak, apa yang di bilang mbak Asih waktu di kampung kemaren beda dengan kenyataan. Mbak Sri bilang mau mencarikan kerja ssebagai SPG di mall. Tapi kenyataanya sekarang dia tinggal seperti di asrama perempuan yang penghuninya berpakaian sexy dan menggoda. "Sri ada yang mau bertemu denganmu malam ini, kamu harus dandan yang cantik dan sexy!" "Loh mbak yang mau ketemu saya siapa toh mbak?" "Sudah pokoknya kamu ikuti perintah saya saja!" Sri tidak bisa berbuat banyak, di Jakarta dirinya tidak punya siapa-siapa. Dan Sri harus membayar semua biaya transportasi, makan dan penginapan. Hari begitu cepat berlalu, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 20.00. Mbak Asih sibuk merias dirinya dengan dandanan yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan. Sri kebingungan, dikampungnya tidak pernah memakai baju sebagus ini. "Nanti, kalau tamu datang kamu sambut dengan senyum menggoda ya!" Sri belum pernah pacaran dan termasuk gadis lugu. Melihat wajahnya penuh make up dan baju yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dirinya merasa risih. Mbak Asih membawa Sri naik mobil pergi ke suatu tempat. Apartemen megah dan seumur hidupnya baru kali ini tahu naik lif. "Mbak ini saya mau di bawa kemana?" "Sudah kamu menurut saja!", jangan banyak tanya!" Mbak Sri meninggalkanya sendiri di kamar yang luas dan dingin. Tiba-tiba pintu di dibuka oleh seorang pria bertubuh tinggi tegap, dan berwajah dingin. Pria ini tersenyum sinis, melihat sekujur tubuh Sri dari atas sampai bawah. Sri ketakutan, ketika pria itu mendekatinya dan berusaha menciumnya. Sri mundur dan sekarang baru tahu niat mbak Asih ternyata menjual dirinya dengan laki-laki hidung belang. Tidak bisa ia bayangkan pria ini dengan postur tubuh tinggi besar akan memperkosanya. Sambil mencari cara untuk kabur, berusaha bersikap tenang. "Hei...!"aku sudah bayar kamu mahal untuk merasakan perawanmu! Sri sudah menduga pria keturunan Arab ini pasti penyuka gadis. Tak bisa di bayangkan benda yang sudah mulai menonjol keras di celananya, kalau masuk ke area sensitifnya. Pria Arab sudah membuka bajunya, dan celana panjangnya. Sri sempat melirik d**a berbulu dan kekar itu. Lamunanya melayang antara ketakutan dan terkesima. Pria Arab itu sudah tidak sabar dan mulai memeluk Sri dan mencium kuduk, telinga dan lehernya. Sri sempat mulai terbuai dengan cumbuan pria yang sedang bernafsu ini. Tak bisa dibayangkan pasti ibunya akan marah kalau dirinya menyerahkan keperawananya sebelum menikah resmi. Seketika Sri ingat pesan ibunya untuk bisa menjaga kehormatanya. Entah sugesti, atau memang semua sudah rencana Yang Maha Kuasa memberi kekuatan terhadap dirinya. "Bukkkk...!" Sri menendang s**********n pria Arab itu, dan berlari ke pintu, mujur kunci masih tergantung di lubang pintu. Tanpa sepatu Sri berlari ke luar lorong, mencari jalan. Naas Sri tidak tahu cara menggunakan lif. Tak ada orang yang lewat di sepanjang lorong kamar. Sri bersembunyi di toilet, sampai situasi aman. Pria Arab kesakitan, dan marah besar menelepon Asih dan meminta uangnya kembali. "Gadis sialan! Berani - beraninya kabur dariku awas saja!kalau ketemu akan kuhajar kau Sri!" Tanpa ia sadari Sri masuk toilet laki-laki, karena berusaha kabur tadi. "Heh, siapa kamu?" kok ada di toilet pria? Wajah Sri pucat pasi, ketakutan ketika melihat orang memergokinya sedang bersembunyi di toilet pria. "Maaf pak saya tidak sengaja, saya dikejar penjahat!" Belum sempat banyak bertanya, siapa nama gadis ini. Tiba-tiba Sri syok dan pingsan. Ramon pria blasteran Ibu dari Jawa Jogja dan ayah Belanda ini kaget. Hati nuraninya merasa iba, menolong sesama itu yang sering diajarkan oleh ibunya. Buru-buru Ramon mengangkat Sri dan menggendong ke kamar hotelnya. Tadi ke toilet umum karena sudah kebelet sebelum sampai kamar hotelnya. Diolesnya hidung Sri dengan minyak angin, supaya Sri siuman. sambil menunggu gadis yang ditolongnya siuman. Ramon memesan teh panas dan makanan. Siapa tahu gadis ini lapar, sampai pingsan. Nanti setelah siuman, dirinya akan bertanya kenapa bisa ada di toilet pria. Mata Sri terbuka perlahan, Sri langsung terlonjak dari tidurnya. Ruangan ini mirip kamar hotel semalam, dia dipaksa melayani p****************g. Wajah Sri langsung pias ketika melihat di sudut ruangan ada seorang pria sedang tersenyum padanya. "Jangan mendekat!" "Hei..saya ini yang menolong kamu sewaktu pingsan di toilet!" "Benar kah?"apa kamu sedang tidak berbohong padaku?"tenanglah, siapa namamu?"namaku Sri om!"eh jangan panggil aku om dong!"aku kan punya nama!"wajah Sri langsung berubah merah jambu. "Panggil aku Ramon!" "Iya mas Ramon!" terimakasih banyak sudah menolong saya!" "Coba ceritakan!"kenapa kamu bisa ada di toliet itu!" Sri menceritakan kejadian dari awal sampai akhir. Matanya berkaca-kaca. Sri bingung di Jakarta tidak mempunyai saudara. Bahkan uangpun dirinya tak punya sepersenpun.