bc

Tawanan Pria Arogan

book_age18+
27
IKUTI
1K
BACA
possessive
scary
icy
others
coming of age
cruel
tricky
selfish
sacrifice
villain
like
intro-logo
Uraian

Berawal dari kesalah pahaman di masa lalu membuat seorang gadis cantik bernama Lily Agnesia Marghareta harus mengalami nasib yang sangat buruk. Ayahnya sudah lama meninggal dunia karena skandal pembunuhan sehingga harus menerima hukuman mati. Namun, gadis cantik itu tidak akan pernah percaya kalau ayahnya seorang pembunuh. Iya tahu kalau sang ayah hanya dijadikan kambing hitam oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Hingga di suatu hari, Lily dipertemukan dengan seorang pria bernama Axelio Christian Abraham—putra dari pria yang dibunuh oleh Ayahnya. Mulai dari situlah hidup Lily kembali menurun drastis . Di saat dia mulai bangkit dari keterpurukan, dia malah didatangi oleh pria yang amat sangat jahat. Sering sekali Axel bersikap jahat, mulai dari penyiksaan, cemoohan dan lebih parah lagi pelecehan. Tidak ada yang bisa dilakukan gadis malang tersebut kecuali menerima. Mau melawan? Kekuatan pria iblis itu tidak bisa ditandingi Lily.

Hidup dengan Axel selalu membuat Lily dalam posisi bahaya. Salah sedikit saja, pria tersebut tidak akan segan-segan memberikan pelajaran pada Lily.

Seiring berjalannya waktu, debaran aneh mulai merasuki diri Axel. Tanpa disadari, ia telah mencintai anak dari seorang pembunuh. Kata benci yang dulu selalu ia gelegarkan, sekarang berubah menjadi kata cinta.

Setelah melalui banyak rintangan untuk meyakinkan kalau Axel mencintai Lily, akhirnya gadis itupun luluh. Jauh-jauh hari, tanpa diduga, rupanya Lily diam-diam mengagumi pria itu melalui berita TV yang ia tonton tentang ke suksesan Axel di usia yang tergolong masih muda. Merekapun sepakat untuk menikah dan memulai hidup yang baru dan melupakan masa lalu.

Saat cinta itu sudah datang, sebuah fakta yang tidak disangka-sangka muncul dan hal itu sampai ke telinga Lily. Marah, sedih dan kecewa beradu menjadi satu di hati wanita tersebut. Ia tidak menyangka rupanya selama ini waktunya terbuang sia-sia bersama pria yang sama sekali tidak pantas untuk dicintai.

Lily memutuskan pergi tanpa sepengetahuan Axel.

Akan kah takdir mempertemukan mereka kembali setelah perjuangan rumit yang mereka tempuh?

chap-preview
Pratinjau gratis
Pertemuan Pertama
Mobil hitam mengilat itu kini tengah melaju cepat membelah keramaian jalan kota. Sesekali Mata tajamnya melirik arloji yang ada di pergelangannya. “Sial!” umpatnya. Pria dengan setelan jas berwarna hitam itu semakin cepat melajukan mobilnya. Menduduki pemimpin di perusahaan ternama di kotanya, pemuda tersebut selalu disiplin akan waktu. Membuang-buang waktu adalah hal yang paling ia benci. Menit kemudian, ia sudah sampai di sebuah perusahaan yang menjulang tinggi di tengah kota yang menjadi pusat perhatian. Pemuda tersebut turun dari mobil, membenarkan jasnya sebentar, lalu masuk ke dalam. Kedatangan pria tampan itu membuat beberapa karyawan perempuan melihat ke arahnya dengan tatapan kagum, seolah tersihir oleh pahatan Tuhan yang nyaris sempurna itu. Hidung mancung, tatapan tajam dan rahang tegas sudah menjadi ciri khasnya. Belum lagi aroma wangi yang maskulin memabukkan. Axelio Christian Abraham adalah namanya, menduduki posisi  sebagai CEO di perusahaan yang bergerak di bidang properti. Axel berjalan dengan tatapan lurus ke depan tanpa memperdulikan karyawannya. Tatapan seperti itu sudah biasa baginya. “Wah! Pak Axel makin hari makin tampan saja,” puji salah satu karyawan yang ada di perusahaan tersebut. “Hooh, kapan ya aku bisa jadi istri, Pak Axel?” “Dih! Gak usah halu deh lu. Standarlisasi Pak Axel bukan main-main. Seperti siapa, ya? Mmmm ... seperti model Victoria Secret. Lah, elu yang kayak centong minyak mana mungkin Pak Axel suka. Dilirik aja kayaknya Pak Axel ogah. Maaf kalau kata-katanya menyakitkan, tapi itulah kebenarannya, Neysa.” Widia meledek teman kantornya sambil terkekeh. Neysa yang mendengar itu menekukkan wajah. Seketika ia langsung bad mood. “Bibir lu kayaknya perlu dirudal!” cetus Neysa, lalu pergi meninggalkan Widia yang masih terkekeh di tempatnya. “Nes ... tapi itulah kenyataannya. Kenyataan memang selalu menyakitkan! Hahaha ... perbanyak dadar diri ke dapur, ya.” “Wid,” panggil Neysa. Wanita tersebut menoleh. Segera Neysa mengacungkan jari tengahnya. Axel sudah berada di lift khusus untuknya, pemuda tersebut langsung menekan angka sebelas karena ruangannya ada di sana.  Dia sudah sampai di tempat tujuan, pria tersebut segera ke ruangannya. Di sana ia mulai membuka laptopnya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum ia siapkan kemarin. Di tengah-tengah pekerjaannya, pintu dibuka seseorang sehingga menghentikan kefokusan Axel. Pria tersebut melirik ke arah pintu, ternyata Luke—temannya yang datang. “Pagi Axel. Maaf mengganggu, aku datang ke sini untuk memberikan informasi hasil penyelidikanku beberapa minggu ini.” “Hmmm ... silakan duduk.” Luke menarik bangku yang ada di hadapan Axel, lalu duduk di sana dan memberikan amplop warna cokelat ke hadapan temannya. Axel menautkan alisnya, lalu mengambil amplop tersebut. “Dia bekerja di bar sebagai pengantar minuman,” Luke bersuara, tetapi tidak digubris oleh Axel. Pemuda tersebut tengah fokus ke kertas putih yang ada di tangannya. Membaca hasil dari informasi yang diberikan Luke. “Lily Agnesia Marghareta. Cihh, cape-cape aku mencarimu ternyata kau jadi jalang di tempat itu. Aku pernah berjanji pada diriku sendiri, jika aku menemukan keturunan dari pembunuh orang tuaku, maka dia akan habis di tanganku sendiri! Lihatlah Margharet, meski kau sudah mati, di sana kau tetap tidak bisa tenang! Lihat apa yang akan kuberikan pada anakmu ini!” Terlihat aura kemarahan dari diri Axel, kertas yang ada di tangannya ia remas. Matanya mulai memerah diikuti oleh rahangnya yang mulai mengeras. Ingatannya akan jeritan orang tuanya di masa lalu membuat aura kemarahan itu semakin membludak. Namun, ia harus bisa menahan diri karena tidak ingin membuat kekacauan di kantornya. “Luke, nanti malam kita harus ke sana! Aku sudah tidak sabar lagi, tanganku sudah gatal untuk meremukkan anak dari pembunuh sialan itu!” Luke mengangguk. “Oh, iya. Axel, Pak Mario ingin bertemu denganmu nanti malam, beliau ingin membahas tentang kerja sama antar perusahaan. Namun, saat aku membaca dokumen-dokumen dari mereka, di sana terdapat beberapa kecurangan yang akan membuat kerugian pada sebelah pihak dan pasti pihak yang akan dirugikan itu adalah kita,” ujar Luke. “Cihh! Si tua bangka itu rupanya. Sepertinya dia ingin melihat taringku hanya karena aku diam beberapa bulan ini, banyak cecunguk yang ingin bermain api denganku rupanya. Oh, oke. Atur pertemuanku dengannya di bar tempat anak pembunuh itu bekerja!” “Baiklah. Kalau begitu, aku pergi dulu, masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan,” kata Luke. Axel mengangguk, lalu Luke segera pergi. Axel mengamati sebuah foto yang ada di amplop cokelat itu. Rupanya foto seorang wanita yang memberikan minuman kepada seorang pria berkepala botak. “Selepas ini, kan kupastikan bibirmu tidak akan bisa lagi tersenyum. Hari-hari selanjutmu adalah hari-hari yang paling mengerikan sehingga kau mengira kematian adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan padamu! Aku pastikan itu, Lily Agnesia Marghareta! Cih! Rasanya lidahku sangat gatal saat menyebut nama menjijikkan itu,” geram Axel sambil meremas-remas foto tersebut, lalu melemparkan kertas itu ke sembarang arah. *** Malam harinya ... seorang wanita dengan pakaian kemeja putih dan rok selutut membungkuk sambil ngos-ngosan ketika sudah sampai di pintu bar. Ini sudah jam delapan malam, seharusnya ia sampai ke tempat itu jam setengah tuju. “Mati aku!” gumam Lily sambil mengatur pernapasannya. “Lily!” panggil seseorang. Lily senyum kecut. Itu bosnya, sudah bisa dia tebak tidak lama lagi ia pasti akan kena Siraman Rohani dari sang bos. Lily kembali berdiri lurus. Dia menghampiri sang bos sambil menunduk lesu. “Benar kata orang kalau hari apes tidak ada di kalender,” gumam Lily. “Ma---malam, Bos. Makin hari Bos makin ganteng saja. Kalau boleh tau, rahasianya apa, ya? Spil--” “Pasti ban sepedamu meledak lagi? Iya?” potong Robert yang menghentikan pujian Lily. Ia tahu maksud dan tujuan gadis tersebut. Lily menggeleng sambil menggaruk tengkuknya. “Sepedaku rusak, Bos.” “Cihh! Sudahlah, kali ini aku memaafkanmu dan tidak akan memotong gajimu. Tapi ...” “Tapi apa?” tanya Lily heran. Tumben, biasanya Robert tidak akan menoleransi pelayan-pelayan yang telat. “Kau harus mengantar bir ini ke ruangan VIV,” ujar Robert memberikan minuman tersebut ke tangan Lily. “Hah? Bos, ingatkan perjanjian awal kita? Aku tidak akan memberikan minuman ke kamar-kamar. Aku takut Bos nanti di nanu-nanu,” lirih Lily. Takut jika masuk ke sana, tiba-tiba om-om hidung belang malah menjebaknya sehingga muncul judul baru di hidup Lily, yaitu One Night love with om-om. Seketika gadis itu langsung merinding, soalnya ia sering menonton drama tentang seorang gadis pelayan bar yang masuk ke kamar, lalu berakhir di ranjang. Sebenarnya Lily tidak ingin bekerja di sini, tetapi ada beberapa faktor yang membuat gadis itu bekerja di tempat tersebut. “Dih! Pede gila lu, Ly. Siapa juga yang mau menidurimu? Layaknya ada aja yang dibanggakan dari tubuh triplekmu itu,” ledek Robert. Lily memanyunkan bibirnya, kesal akan perkataan sang bos. “Udah jelek, body shaming lagi,” gumam Lily pelan. “Cepatlah! Tidak akan terjadi sesuatu padamu, aku bisa menjaminnya.” Robet meyakinkan Lily. Mau tidak mau, gadis itu menurut juga. Dia lantas pergi ke kamar VIV dengan nampan berisi minuman berarkohol. *** “Kau yakin tidak ingin bekerja sama denganku, anak muda? Oh, atau ... rahasiamu yang tidak diketahui publik aku bocorkan.” Semirik membentuk di bibir pria paruh baya itu. Axel diam sambil menatap dingin Mario. Tangannya ia lipat di d**a dan kakinya ia silangkan. “Aku tidak takut dengan ancamamu, Pak Tua.” Axel masih mencoba tenang, meski dia sudah tidak sabar lagi untuk melenyapkan tua bangka yang ada di hadapannya. “Hahahaha … kita lihat saja, dalam hitungan menit kemudian karir yang kau bangun akan sia-sia, Axelio Christian Abraham!” desis Mario. “Sepertinya ingin bermain-main denganku, ya? Kau tidak cukup pintar untuk membodohiku tua bangka! Sebelum rencanamu terlaksanakan, malaikat maut terlebih dahulu menjemputmu!” Axel menyodorkan pistolnya tepat ke hadapan Mario, begitu juga dengan kedua anak buah Mario yang menyodorkan senjata tersebut ke arah Axel. Luke tidak tinggal diam, dia juga melakukan hal yang sama ke arah Mario. “Dan malaikat maut itu adalah aku!” Axel menembak anak buah yang ada di samping kanan Mario, sedangkan Luke menembak yang ada di sisi kiri Mario. Kini tinggal pria setengah baya itu yang hidup. Ia melirik anak buahnya sudah tergeletak tidak bernyawa dengan darah yang bercucuran dari kening masing-masing. *** “Aiss ... semoga tidak terjadi sesuatu padaku. Kenapa sih anak yang cuma lulusan SMP susah mencari kerja yang aman dan nyaman? Hiss ... sudah menjadi takdir, tidak ada yang perlu disesali, yang penting aku masih bisa hidup dan makan,” gumam Lily terus berjalan. “Mario selamat tinggal!” Axel menarik pelatuknya beriringan dengan Lily yang membuka pintu.          

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
57.1K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook