“ Menikah sekarang ?” Naya menatap Kakek Neneknya, dia sangat paham mereka berdua serius ,” Kenapa ?”
“ Nenek hanya ingin tenang menjalani operasi, kalau sampai hal buruk terjadi … sudah ada Narend yang menjagamu.”
“ Nek … ngomong apa sih ?”
Nenek mengatur nafasnya, tersenyum lemah.
Naya menggigit bibir. Nenek adalah nenek … yang selalu berbicara terus terang dan tanpa basa basi.
“ Keberatan ?” tanya kakek.
“ Aku belum yakin, Kek.”
“ Pada Narend ?”
“ Lebih pada diriku sendiri.” Naya merebahkan kepala di atas tempat tidur “ Come on … Aku bahkan belum pernah pacaran, bagaimana aku bisa yakin hubungan ini cukup kuat untuk sebuah pernikahan.”
“ Rasa bisa naik turun, tapi selama komitmen kalian pegang semua akan menguat seiring waktu.”
“ Kami dulu juga gak pacaran lama.”
“ Beda jaman, Neneeeeek ….. “ sungut Naya kesal disambut kekehan Kakek dan Neneknya.
“ Justru karena beda jaman, pacaran anak sekarang mengerikan. Mending pacaran setelah nikah.” ujar kakek. Tertawa ketika Naya memukul bahunya.
“ Kompor …"
“ Emang di rumah sakit butuh kompor ?”
“ Opa, oma …" Naya berdiri menyambut Opa dan Oma Raharsya ,” Tante …"
“ Aku ?” tanya Narend sambil mengulurkan tangannya.
Naya cemberut , meraih tangan Narend ,” Ahjusi …. awww.” diusapnya kening yang disentil Narend. Menggaruk tengkuknya ketika menyadari lima orang disekitarnya tengah menatap mereka berdua.
“ Narend sudah mau tuh.” ujar Opa Raharsya tanpa basa basi.
“ Mau apa ?” Kakek duduk diatas tempat tidur bersama Opa, sementara Oma dan Mama Hendry duduk dikuris disamping tempat tidur.
“ Nikah.”
“ Sama Naya ?”
“ Ya iyalah … mau sama siapa lagi ?” Opa tertawa melihat Narend berdiri kikuk disamping Naya ,” Sama perempuan lain gak bergeming, bawaannya curiga mulu.”
Oma tertawa ,” Setiap disebutkan nama perempuan, ngegas dulu, giliran sama naya ngegas ngajak nikah.”
“ Harus sekarang, ya ?” tanya Naya ,” Nenek fokus sehat dulu.”
“ justru nenek mau berangkat operasi kalau kamu sudah ada yang jaga.”
“ Apa gak cukup saat ini dengan Naya punya pacar ?” wajahnya memerah saat mengucapkan kata terakhir.
“ Cieee …. yang punya pacar” goda Mama.
Narend memeluk bahu Naya ,” Katanya mau menemui dokter ? Sudah ?”
Naya menggeleng.
“ Ayo kakak temani. Kami ketemu dokter Minto dulu.”
Kelimanya mengangguk dan membiarkan mereka meninggalkan ruangan.
“ Kalau mereka sudah mau, kamu gak ada alasan menolak ya.” Oma Raharsya menatap Nenek Rahadi dengan pandangan kesal, apalagi ketika melihat mata sahabatnya berkilat jahil ,” Apa lagi ?”
“ Aku gak mau mereka sekedar menikah, hanya sebagai syarat sah. Atur acaranya yang pantas untuk cucuku satu satunya, aku tidak mau menyesal melewatkan moment sekali seumur hidup mereka begitu saja.”
“ Hadeeeh …. rahadi, istrimu ini selalu banyak permintaan.”
Kakek tertawa ,” Sama seperti sahabatnya kalau punya mau.”
Oma tersenyum ,” Sudah baik kondisimu ?”
“ Lumayan …. tinggal berhitung dengan persiapan pernikahan mereka.”
“ Keukeuh.” gerutu Oma ,” Ya sudah istirahatlah … kamu kelihatan sudah lelah.”
Nenek menatap pintu dengan pandangan nanar sebelum memejamkan mata.
Kakek menghembuskan nafas panjang, mencoba tersenyum ketika Opa Raharsya menepuk punggungnya. Dihadapan Naya mereka berharap menyembunyikan kondisi sebenarnya, tapi ia yakin semua akan berubah setelah cucunya itu menemui dokter Minto ,” Aku tidak ingin memaksa mereka.”
“ Tidak ada yang terpaksa, mereka menjalani hubungan sesuai perkiraan kita. Hanya sedikit mempercepat rencana.”
“ Naya masih kecil …"
“ Tapi bahkan lebih dewasa dari Narend.” Opa tersenyum ,” Dia benar benar seperti ibunya. Berpikir sederhana tapi bukan berarti pendek.”