Bab 2

663 Kata
" Kenapa Zio bisa ada disini ? " " Ini nggak bisa dibiarin ! " kesal Vanya sambil melipat lengan bajunya, tampil layaknya orang mau ngajak ribut. " Eh eh, Nya lo mau ngapain ? nggak takut diamuk massa lo ? " Tanya Putri dengan menarik tangan Vanya kuat, agar kembali duduk. " Emang kenapa sih Nya, lo kalau ketemu Zio bawaannya mau ngamuk ? " Tanya Linda " Kalian pada nggak tahu sih, waktu awal Vanya Ngampus, dan waktu itu matkulnya Bahasa Arab, tiba tiba dia main nunjuk Vanya." Cerca Vanya menggebu-gebu. Bayangin aja sih, waktu itu Vanya bener-bener nggak tahu Bahasa Arab, awam banget. Eh ini, main tunjuk-tunjuk aja. " Alah ini mah lo aja yang nggak bisa.Jangan salahin bebeb Zio gue. " sarkas Caca membuat Vanya merengut tak suka dengan perkataan temannya ini. Sesungguhnya Caca itu temannya atau temannya Zio sih ? " Ih belain aja terus, sekalian temenan aja sana sama Zio !" bentak Vanya " Kok lo marah sih Nya ? emang lo aja kan yang nggak bisa ?" Balas Caca emosi " Van udah deh, lo juga nggak usah memperkeruh Ca. Gue tahu lo suka Zio kan ? " kata Putri Tanpa kata Vanya pergi meninggalkan kantin, ia kesal sangat kesal dengan Caca. Walau mungkin ini salah Vanya yang terlalu baperan. Ditaman kampus, Vanya duduk termenung, apa mungkin ia yang salah ? batin Vanya, tapi bagaimana pun juga Vanya hanya ingin didengar. " Lo nggak papa kan Nya ? " Tanya Putri, Putri ini adalah teman yang paling dekat dengan Vanya. " Nggak. " acuh Vanya " Elah, udah nggak usah diambil hati, Caca emang kayak gitu kan kalau berhubungan sama Zio ." Jelas Putri memberi pengertian. " Em.. mungkin ini juga salah Vanya kok ." Jawab Vanya sambil tersenyum paksa. " Udah deh, itu ada Kak Dika, samperin sana. Katanya suka " Ucap Putri sambil mengerlingkan mata. membuat pipi Vanya panas. Tapi tak dipungkiri Vanya memang menyukai Dika, Katingnya dikampus sejak awal masuk kampus. " KAK DIKA, VANYA PADAMU ! " Teriak Putri tak tahu malu Langsung saja Vanya menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya. Malu, itulah yang ia rasakan. Memang sahabatnya ini selalu membuatnya malu dan mati kutu. Tak selang lama Kak Dika menghampiri Vanya. Vanya yang melihatnya pun tambah grogi. " Hai Vanya, apa kabar ? " Tanya Kak Dika ramah Sedangkan Putri sudah meninggalkan Vanya seorang diri. " Hai Kak, kabar Vanya sangat baik hari ini. " Jawab Vanya dengan menundukkan kepala, tak berani menatap kedua bola mata Kak Dika " Hem, Kakak mau tanya sama Vanya boleh ? " Kata Kak Dika meminta izin. " Apa yang mau Kak Dika bilang, jangan jangan mau nembak Vanya ? AAAHH senangnya " Batin Vanya kegirangan, jangan tanya kenapa Vanya begitu berharap, hal itu karena selama ini Kak Dika dan Vanya sangat dekat. Bagai sepasang kekasih. " Kamu suka kakak ? " Tanya Kak Dika sambil menatap mata Vanya, seakan mencari sesuatu. " Emm itu I.." " Kakak harap Vanya nggak suka sama Kakak." Tukas Kak Dika Secara reflek Vanya mendongakkan wajah. Memastikan apa yang diucapkan Kak Dika padanya. " Tapi kenapa ? bukannya selama ini kita dekat Kak ? Kakak nggak suka Vanya ?" Kata Vanya bingung " Maaf, tapi Kakak menyukai orang lain, untuk selama ini, niat kakak murni hanya untuk nemenin Vanya. Tanpa sadar memberi harapan pada Vanya ya? " Tanya Kak Dika dengan mata menatap kearah pancuran. Tak berani menatap sorot kecewa dari lawan bicaranya ini. Ya sejak awal memang ini salah Dika, dia terlalu baik dengan siapapun tanpa memandang cewak atau cowok. Jadinya gini, seperti memberi harapan yang nyatanya itu palsu. Kalau waktu bisa diulang mungkin Dika tidak akan menghampiri Vanya yang waktu itu duduk seorang diri di halte bus. " Sss..s.siapa yang Kak Dika suka ?" tanya Vanya terbata berusaha menahan air mata yang hampir menetes. Dika melihat Vanya sekilas, seolah bibirnya tak mau terbuka untuk sekadar menjawab pertanyaan Vanya. " Siapa KAK ? APA VANYA KENAL ?" Teriak Vanya dengan mata memerah. " Itu seseorang yang kamu kenal Vanya ." batin Kak Dika
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN