Bab 3

1029 Kata
" Itu seseorang yang kamu kenal Vanya ." batin Kak Dika Terpancar sorot keingintahuan di mata Vanya, namun apa daya hatinya seakan menolak tahu. " sekali lagi maafin kakak." Kata Kak Dika sambil memalingkan wajah, ia sungguh tak tega dengan sorot kekecewaan yang ditunjukkan untuk dirinya. Dengan kekecewaan yang mendalam, Vanya pun berlalu pergi tanpa mengatakan apapun. Bahkan Vanya tak peduli akan matkul yang ia lewatkan. hatinya terlalu lelah. " Loh, non Vanya sudah pulang ? Tumben " kata Bi Iyem rewang dirumahnya. " Iya Bi, Vanya lelah, mau kekamar. " Didalam kamar Vanya kembali menangis, ia sangat menyesal telah lancang menyukai Kak Dika. Hingga kini, hatinya yang sakit.Ingin mengadu namun rasanya tak pantas. Keesokan paginya, Vanya pergi ke kampus dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. ia malu memperlihatkan matanya yang seperti habis tersengat lebah. " VANYA ! " teriak Putri sambil berlari menghampiri Vanya. " Ngapain lo pakai kacamata hitam segala ? mau gerhana matahari ya?" tanya Putri heran " Hm " jawab Vanya bad mood. " Eh iya, gimana kemarin ? lo udah ngungkapin perasaan lo kan? gimana hasilnya ?" Tanya Putri bertubi - tubi. Sungguh pertanyaan Putri itu mengingatkan Vanya akan Kak Dika. Kenapa ia sungguh tidak beruntung ? mengungkapkan perasaan saja belum, tapi langsung ditolak. ah kesal kesal kesal. Harga dirinya sebagai cewek hancur Batin Vanya " Huh, jangan tanya, minggir aku mau lewat." " Gue tahu, pasti lo ditolakkan ? " Kata Dio yang tiba - tiba muncul " Apa sih, sok tahu banget. " Kesal Vanya sambil melirik Putri tajam. ia tahu bahwa Putri menceritakan masalah kemarin ke Dio. AAAAAGGH, rasanya Vanya ingin menghilang saja saking malunya Batin Vanya Tanpa kata, Vanya berlalu meninggalkan pasangan menyebalkan itu. Sungguh keterlaluan, orang lagi patah hati bukannya disemangati, ini malah ditanyaain pertanyaan unfaedah yang bikin hati cenut - cenut, kesal plus malu. Dikelas, Vanya banyak melamun. memikirkan bagaimana awal mulanya ia suka dengan Kak Dika. FLASHBACK ON Vanya terduduk lemas di bangku rumah sakit, ia takut kehilangan kakaknya yang sangat ia sayangi. dan itu terjadi setiap Vanya menjenguk sang kakak. Sungguh waktu itu adalah masa - masa sulit bagi Vanya. Namun, ditengah kesendiriannya Vanya di hampiri seorang cowok. " Siapa namamu ? Kenapa sendirian disini ? " Tanya cowok itu penuh perhatian " Namaku Vanya, Vanya lagi nenggok Kakak Vanya." jawab Vanya dengan sendu " Eh, apakah kakakmu itu Via ? Jadi kamu adiknya." Ucap cowok itu sambil duduk disamping Vanya " Perkenalkan nama kakak, Kak Dika." sambung cowok itu lagi. semenjak itu pertemanan mereka dimulai. Hingga perhatian Kak Dika di salah artikan oleh Vanya. Yah cewek memang begitu, sedikit perhatian saja sudah membuat baper selangit. FLASHBACK OFF Tukk.. " Aw.." Jerit Vanya. Kepalanya berdenyut sakit ketika bola kertas itu mencium dahi Vanya. Dengan perasaan dongkol seratus persen, Vanya pun berdiri dengan sorot mata tajam, ia mencoba mencari tahu siapa yang melemparinya.Tak lama matanya menemukan Zio yang tersenyum miring, seakan mengejeknya. Fix ini pasti Zio. Kenapa sih itu orang, selalu saja mencari masalah dengan Vanya ? Batin Vanya kesal, ia hendak menghamipir Zio, tapi belum sempat melangkah, suara menggelegar mencegahnya. " Mau kemana kamu Vanya ? Kenapa kamu melamun di kelas saya ? Sudah merasa bisakah ? " Tanya Bu Tiwi sambil menghampiri Vanya. " Sekarang juga kamu keluar dari kelas saya, buat pidato berbahasa Arab, kumpulkan sore ini juga. Dan ingat kalau sampai saya menemukan pidatomu copas. Kamu The End. " Kata Bu Tiwi sadis Entah mengapa sekilas di mata Vanya, Bu Tiwi seperti mengeluarkan hawa dingin serta hawa ancaman yang sangat besar. Ah kenapa juga disaat begini otak Vanya malah memikirkan hal - hal konyol. " Vanya kamu masih berani melamun ? Apa tugasnya kurang ?" " Eh enggak Bu, terimakasih tugasnya. Saya permisi keluar. " Dengan cepat Vanya mengambil tasnya lalu bergegas keluar. Di perpustakaan, Vanya mengacak rambutnya kesal. Ia bingung harus mulai darimana. Sudah satu jam berlalu, namun Vanya belum menulis apapun. Ahh, Kenapa sesulit ini Ya Allah, Vanya nggak tahu harus apa. Walaupun sudah berkali kali Vanya lihat. Tapi ini benar - benar sulit..Hiks .. Bahkan Vanya nggak bisa bacanya karena ini arab gundul.. Ratap Vanya dalam batin " Arrgghh, Vanya lelah " Ucap Vanya keras, tak sadar diri bahwa ia sedang berada didalam perpustakaan Semua mata menatap dirinya tajam. Menyadari itu, Vanya pun bergegas minta maaf dan segera keluar. Bila tidak, ia tidak yakin akan ketenangan didalam perpus. " Kemana aja lo ? Tumben baru datang " Tanya Putri ketika Vanya baru datang ke kantin. " Nya, gue minta maaf ya sama lo. Gue nggak bermaksud gitu kok. " Kata Caca penuh penyesalan, ia sadar bahwa Zio bukan siapa - siapanya. serta sadar bahwa persahabatan lebih penting. " Nggak papa kali Ca, sans aja kalau sama Vanya mah." Jawab Vanya, tidak dipungkiri bahwa Vanya sangat merindukan Caca salah satu sahabatnya. " Tadi dengar - dengar, lo disuruh keluar ya Nya ? " tanya Caca, ya memang saat itu Vanya, Putri, dan Caca berbeda kelas. " Iya nih, disuruh buat pidato berbahasa Arab ." Sahut Vanya lemas, ia benar - benar lemah dibidang bahasa Arab. " Tapi ini juga salah Zio " Tambah Vanya berapi - api " Hm ? " " Kenapa jadi sahabat gue yang lo salahin Van, ini kan murni kesalahan lo, lagian yang lempar bola kertas Bu Tiwi bukan Zio. " Sahut Dio yang baru datang " Kan Dio nggak sekelas sama Vanya ? Gimana bisa seyakin itu ? " Kata Vanya kesal, ia bahkan tidak menyadari bahwa orang yang dibicarakan ada diantara mereka. " Heh, gue sekelas sama lo pagi ini. Makanya fokus lo tuh nggak cuma sama Zio, jadi ginikan ." Kesal Dio, memang dirinya makhluk astral apa, sampai tidak terlihat oleh Vanya, apa lagi pagi tadi Dio duduk disamping Zio. " Nggak nggak, Vanya nggak lihat tuh." Acuh Vanya. Sekilas mata Vanya menatap kearah Zio. Sedetik kemudian ia baru menyadari bahwa Zio ada diantara mereka. " ZIO, Ngapain kamu disini ? " Tanya Vanya ngegas " Sudah selesai bicarain orangnya ? Dari pada ngomongin orang, lebih baik kerjain tugas dari Bu Tiwi. Ingat sore ini harus dikumpul" Tegas Zio penuh ancaman, Setelah mengatakan itu, Zio bergegas pergi. AARRGGGHHH, Awas aja.. kalau ketemu lagi, bakal Vanya buat bergedel Batin Vanya kesal
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN