Nino duduk di atas sofa di ruang tengah rumahnya dalam diam. Dia memandangi karpet belundru warna biru di bawah kakinya sambil memegangi kompres dagunya yang terasa amat nyeri akibat dari pukulan-pukulan Dira. Dira dan Nino sudah hampir saling bunuh, seandainya polisi tidak datang dan melerai mereka. Mereka baru diijinkan pulang oleh polisi setelah Bu Irma menjelaskan bahwa yang terjadi di antara mereka hanya pertengkaran antar saudara biasa. Sesekali Nino mengawasi ibunya yang duduk di hadapannya. Wanita itu sedang duduk sembari menerawang. Entah apa yang dipikirkannya. “Besok kamu harus minta maaf pada Dira,” tegas Bu Irma. Nino terperanjat mendengar titah ibunya. “Untuk apa aku minta maaf?” dengusnya sembali membuang muka. “Karena kamu sudah meng

