Bab 1
Jakarta
SMK Garuda
Di kelas Titah..
"Elu ngapa sih tah, gak biasanya kaya begini, ada apa, cerita dong ?", tanya Ridwan.
"Gue putus wan", jawab Titah.
"Apa!!, putus..!!", seru Ridwan.
"Iya, ternyata yang elu bilang ke gue itu benar wan", kata Titah.
"Tuh kan apa gue bilang tah, elu itu cuma di manfaatkan saja sama itu orang dan dia juga selingkuh, makannya kalau di bilang jangan dablek ngapa ya, dah rasain sendiri kan sekarang", keluh Ridwan.
"Ya kan elu tahu sendiri wan, gue orangnya gimana", kata Titah lagi.
"Iya gue tahu kok elu itu gimana orangnya, satu keras kepala, dua gak pernah mau percaya dengan perkataan atau nasihat dari teman, elu lebih percaya ke cowok yang sekarang jadi mantan lu itu, yang ketiga dan terakhir nih ya, kalau sudah patah hati ataupun punya masalah elu pendam sendiri, lebih memilih untuk menyendiri daripada berbagi ke teman lu", sambung Ridwan.
"Kok elu tahu sih wan, tahu darimana, tahu dari sepupu gue ya ?", tanya Titah.
"Eh Titah Kesumawardani, dengar ya gue itu kenal elu sudah lama, dari TK, bukan sehari, dua hari, dan setahun, jadi gue tahu lah sifat elu", jawab Ridwan.
"Iya deh..", kata Titah lagi.
"Terus sekarang gimana, elu jomblo dulu atau elu cari lagi yang baru ?", tanya Ridwan lagi.
"Eh Ridwan Kamil, gue baru putus elu sudah tanya jomblo dulu atau cari pacar lagi, ya istirahat dulu lah dari yang namanya percintaan, dan kayanya juga gue enggan wan", jawab Titah lagi.
"Haa.., enggan, maksud lu, tah ?", tanya Ridwan lagi.
"Iya maksudnya gue, gue enggan untuk cari pacar lagi dan gue mau menutup hati saja wan, capek kali gue nya sakit hati mulu, ya sudah yuk balik", jawab Titah lagi.
Purwokerto
Di rumah pak Putra,
Di depan rumah pak Putra..
"Pah, papa yakin ingin pindah ke jakarta ?", tanya Arfani.
"Iya Arfani, papa kan dipindah tugaskan di jakarta dan kalian berdua pindah sekolah", jawab pak Putra.
"Pur, jalan", pinta bu Chintya.
"Inggih bu"
(Iya bu), Purnomo melaksanakan perintah dari bu Chintya.
Jakarta
Di rumah pak Suyanto,
Di ruang tengah..
"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada pak Suyanto, mbah Sakiman, dan mbah Jumirah.
"Wa'alaikumussalam nduk", pak Suyanto, mbah Sakiman, dan mbah Jumirah menjawab salam dari Titah.
"Kamu kenapa nduk ?", tanya mbah Jumirah.
"Mboten punapa-punapa kok mbah, namung kesel kamawon, nggih sampun Titah dhateng kamar nggih"
(Tidak kenapa-kenapa kok mbah, hanya capek saja, ya sudah Titah ke kamar ya), jawab Titah.
"Inggih nduk"
(Iya nduk), kata pak Suyanto, mbah Sakiman, & mbah Jumirah.
"Kenapa diajeng ?", tanya mbah Sakiman.
"Mencurigakan kang mas", jawab mbah Jumirah.
"Mencurigakan bagaimana bu ?", tanya pak Suyanto.
"Nggih mencurigakan, masa wau Titah namung ngomong kesel, mboten kados biasane kados niki, mesti enten menapa-menapa ne niki, tengga sekedhap kang mas, nano"
(Ya mencurigakan, masa tadi Titah hanya bilang capek, tidak seperti biasanya seperti ini, pasti ada apa-apa nya ini, tunggu sebentar kang mas, Nano), jawab mbah Jumirah.
"Kersa ngapain diajeng ?"
(Mau ngapain diajeng ?), tanya mbah Sakiman lagi.
"Kersa telepon kanca ne, Ridwan, kang mas"
(Mau telepon temannya, Ridwan, kang mas), jawab mbah Jumirah lagi.
"Oh..", kata mbah Sakiman.
"Di suruh ke rumah saja bu", sambung pak Suyanto.
"Benar juga kamu, no", sambung mbah Jumirah juga.
Di rumah Ridwan,
Di kamar Ridwan..
"Hp bunyi, siapa yang telepon ya, oh mbah Jumirah, neneknya Titah, kenapa ya tumben telepon, eh tunggu deh biasanya kalau telepon saya pasti mau tanya Titah kenapa deh, hadeh.., lagi gue punya teman kalau sedang ada masalah manyun mulu, bibirnya sampai nutupin hidung, pantes hidungnya tambah gak ada alias pesek gitu, hehe..", kata Ridwan.
**
Percakapan mbah Jumirah & Ridwan lewat telepon..
"Assalamu'alaikum mbah", Ridwan memberikan salam pada mbah Jumirah.
"Wa'alaikumussalam leh..", mbah Jumirah menjawab salam dari Ridwan.
"Leh, wan..", kata mbah Jumirah.
"Inggih mbah, enten menapa ?"
(Iya mbah, ada apa ?), tanya Ridwan.
"Panjenengan sanguh dhateng griya sekedhap mboten, enten ingkang karep mbah Jumirah tanyakan padamu ?"
(Kamu bisa ke rumah sebentar tidak, ada yang ingin mbah Jumirah tanyakan padamu), tanya mbah Jumirah juga.
"Sanguh mbah, mangke Ridwan dhateng griya nggih, kersa siap-siap riyen"
(Bisa mbah, nanti Ridwan ke rumah ya, mau siap-siap dulu), jawab Ridwan.
"Oke, mbah Jumirah tengga ing griya sakmenika nggih"
(Oke, mbah Jumirah tunggu di rumah sekarang ya), kata mbah Jumirah lagi.
"Inggih mbah.."
(Iya mbah..), sambung Ridwan.
"Sampun riyen nggih leh"
(Sudah dulu ya leh), kata mbah Jumirah lagi.
"Inggih mbah"
(Iya mbah), sambung Ridwan lagi.
"Assalamu'alaikum leh", mbah Jumirah memberikan salam pada Ridwan.
"Wa'alaikumussalam mbah", Ridwan menjawab salam dari mbah Jumirah.
**
Masih di kamar Ridwan..
"Tuh kan benar, hemm pesek, pesek, eh salah maksudnya Titah, Titah, hehe..", keluh Ridwan.
Di rumah pak Suyanto,
Di ruang tengah lagi..
"Bagaimana diajeng ?", tanya mbah Sakiman.
"Iya bu, bagaimana ?", tanya pak Suyanto juga.
"Rebes, beres, no, kang mas", jawab mbah Jumirah.
Di kamar Titah..
"Ih benar-benar jahat kamu, kamu jahat aku yang sayang kamu, percaya kamu, dan lebih mementingkan kamu daripada temanku, ternyata kamu malah jahat padaku", kata Titah yang membereskan kamarnya dari barang mantannya.
Di dapur..
"Ngek, kopi ya, emm si Dede kopi terus, ngopi sudah berapa kali kamu, de ?", tanya Paijo.
"Muhun mas jo"
(Iya mas jo), kata Cengek.
"Saya ngopi baru sekali jo", jawab Dede.
"Lik jo", kata Titah.
"Inggih mbak, enten menapa ?"
(Iya mbak, ada apa ?), tanya Paijo.
"Tolong ambilkan kardus ya di gudang ya lik jo", jawab Titah.
"Inggih mbak"
(Iya mbak) kata Paijo.
"Bi Cengek", kata Titah lagi.
"Muhun mbak Titah"
(Iya mbak Titah), sambung Cengek.
"Lemon tea, pake es ya", pinta Titah.
"Muhun mbak Titah"
(Iya mbak Titah), kata Cengek lagi.
"Jo, ngek..", kata Dede.
"Nggih de"
(Ya de), sambung Paijo.
"Muhun"
(Iya), sambung Cengek juga.
"Coba perhatikan mbak Titah deh, gak biasanya seperti itu, biasanya dia ceria, ada apa ya ?", tanya Dede.
"Iya ya benar", jawab Paijo & Cengek.
Di depan rumah pak Suyanto..
"Assalamu'alaikum", Ridwan memberikan salam pada pak Suyanto, mbah Sakiman, dan mbah Jumirah.
Di ruang tengah lagi..
"Wa'alaikumussalam", pak Suyanto, mbah Sakiman, dan mbah Jumirah menjawab salam dari Ridwan.
"Sinten nggih kang mas ?"
(Siapa ya kang mas ?), tanya mbah Jumirah.
"Mboten mangertos diajeng, no cek gih"
(Tidak mengerti diajeng, no cek gih), jawab mbah Sakiman.
"Inggih pak"
(Iya pak), kata pak Suyanto.
Di depan rumah pak Suyanto lagi..
"Assalamu'alaikum", Ridwan memberikan salam pada pak Suyanto.
"Wa'alaikumussalam", pak Suyanto menjawab salam dari Ridwan.
"Oh Ridwan, masuk yuk, sudah di tunggu mbah Sakiman dan mbah Jumirah", kata pak Suyanto.
"Iya om", sambung Ridwan.
Di ruang tengah lagi..
"Sinten no ?"
(Siapa no ?), tanya mbah Sakiman.
"Ridwan, pak", jawab pak Suyanto.
"Oh, duduk leh", kata mbah Sakiman.
"Inggih mbah"
(Iya mbah), sambung Ridwan.
"Wan, ada yang ingin mbah tanyakan, kamu tahu Titah kenapa tidak ?", tanya mbah Sakiman.
"Saya tahu mbah Sakiman", jawab Ridwan.