Dina penasaran. Pasalnya, sudah hampir jam lima begini, kakak sepupunya itu tak kunjung kembali. Sementara ia sudah berberes-beres hendak pulang. Dina melirik jam di dinding kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi Ardan. Cowok itu satu-satunya yang bisa ia andalkan untuk menjemputnya. Berhubung ia sedang berhemat. Maklum lah, ia kan baru bekerja. Belum punya uang. Dan lagi, Mamanya tidak memberikan kendaraan apapun. Ditambah pula sopirnya sering sakit beberapa hari terakhir jadi tak ada yang bisa mengantar. Tersisa Ardan yang bisa ia rekrut sebagai tumbal dari kerja paksa. Hihihi. "Di mana lo?" tanyanya dengan nada galak begitu Ardan mengangkat teleponnya. Sudah dari tadi ia menelepon Ardan tapi tak diangkat. Dikirimin pesan apalagi. Hanya ceklis satu. Mau tak mau kan harus menelepo

