Ddrrtt … Ddrrtt … Ddrrtt … Suara dering ponsel di atas nakas membuat Theo terganggu, ia pun meraih ponselnya dan menekan ikon hijau pada layar kecil itu. Sambungan telepon terhubung, dan di seberang sana terdengar suara Aqila yang sedang menyapa anak laki-lakinya. “The, belum bangun?” tanya Aqila. “Ehm, belum, Ma. Ada apa? Tumben pagi-pagi gini telepon Theo?” “The, kamu nolongin anaknya Om Hendra?” “Iya, Ma.” “Astaga, The! Makasih ya, Sayang. Mama sama Papa ketolong sama kamu tau gak.” “Hm? Emang kenapa, Ma?” tanya Theo ingin tahu. “Jadi beberapa hari lalu itu Papa ada bisnis sama Om Hendra, tapi … Papa agak keberatan dengan harga yang diajuin Om Hendra, akhirnya Papa mikir lagi mau kerja sama,” jelas Aqila. “Terus?” “Gara-gara kemarin kamu nolongin anaknya yang bungsu itu, Om

