bc

A Country on the Verge of Twilight

book_age18+
0
IKUTI
1K
BACA
family
HE
brave
stepfather
mafia
gangster
heir/heiress
drama
bxg
serious
campus
city
small town
harem
poor to rich
war
friends with benefits
like
intro-logo
Uraian

Badai Sastrawan, seorang perdana menteri muda yang idealis berhadapan dengan sistem korupsi yang sudah membusuk. Di tengah gemerlap kekuasaan, ia berjuang keras untuk membongkar jaringan kejahatan yang merajalela di pemerintahan.

Setiap langkahnya dipenuhi rintangan dan ancaman, namun semangatnya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat tak pernah padam. Para pejabat negara yang masih berkuasa, karena dibekingi oleh Ketua Partai Oposisi yang berkuasa. Berbagai cara Sanjaya Prawira, berusaha melindungi dan membantu para pejabat korup tersebut.

Bahkan Sanjaya tak segan - segan main tangan besi.

Namun Badai bukan hanya nama semata, perdana menteri itu telah mempersiapkan dirinya untuk berhadapan para penguasa korup.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab. 1 Kejutan di Istana Kotor
Badai Sastrawan, seorang perdana menteri muda yang penuh semangat dan idealisme. Latar belakangnya yang bersih dan reputasi yang baik membuatnya terpilih. Bukan karena Badai seorang politikus ulung sehingga dirinya terpilih menjadi seorang perdana menteri di negaranya. Tapi karena hubungan emosionalnya dengan rakyat kecil yang tertindas oleh pemerintahan yang pernah berkuasa. Hari pertamanya menduduki kursi Perdana Menteri, dia sudah mendapati berbagai kejanggalan - kejanggalan dalam kabinetnya. Ketidakdisiplinan para pegawai yang masuk kantor tidak tepat waktu. “Sialan! Jadi selama ini mereka sudah merampok uang rakyat seenaknya. Mereka tidak punya rasa malu! Aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja. Aku akan bongkar semua kejahatan mereka, biarpun harus mengorbankan segalanya.” “ Apapun itu, walaupun harus kehilangan nyawaku. Aku akan berjuang demi rakyat yang selama ini telah ditindas dan mengalami kehidupan yang melarat karena kerakusan para pejabat korup” “Ini adalah ujian terbesar dalam hidupku. Aku harus mengambil keputusan yang sangat sulit. Jika aku memilih jalan yang mudah, aku bisa mempertahankan posisiku dan hidup nyaman. Tapi jika aku memilih jalan kebenaran, aku harus siap menghadapi konsekuensinya. Aku harus memikirkan baik-baik, demi masa depan negara ini.” Peran batin terjadi pada diri Badai. Dia tidak ingin apa yang pernah dia rasakan di masa kecilnya, akan dialami oleh rakyatnya. Flashback Badai tumbuh di tengah keluarga sederhana yang hidup pas-pasan. Ayahnya, seorang guru honorer, meninggal karena sakit yang tidak tertangani karena keterbatasan biaya. Saat itu, Badai masih duduk di bangku SMP. Kejadian itu membuatnya bertekad untuk mengubah sistem yang menurutnya tidak adil. Tekadnya semakin bulat ketika ia melihat kampung halamannya dirusak oleh proyek pembangunan yang sarat dengan korupsi. Banyak warga yang kehilangan mata pencaharian dan harus mengungsi. Badai berjanji pada dirinya sendiri akan membongkar semua praktik korupsi dan membangun negara yang lebih baik. Suasana rumah Badai kecil, dengan ruang tamu berukuran kecil. Badai belajar dengan tekun. Ayah dan ibunya tampak berbincang saat sebuah ketukan dari luar. Tok Tok Ibu Badai berjalan menuju pintu dan membuka pintu, di ambang pintu 4 orang berdiri dengan tampang yang tidak bersahabat. Keempat laki - laki itu langsung masuk sebelum dipersilahkan masuk oleh tuan rumah. Tiga orang berdiri dengan wajah garang seakan ingin memakan pemilik rumah. “ Hei kamu !” teriak laki - laki yang bertubuh kecil namun pada wajahnya sangat garang dengan hiasan kumis tebal menghiasi bibirnya. “ Kapan kamu bayar tunggakan pinjaman kamu “ suara laki - laki itu dengan nyaring seperti ingin memecahkan gendang telinga Badai yang tengah belajar. Laki - laki berdiri sambil berkacak pinggang pada ayah Badai yang berdiri sedikit membungkuk. “ Maaf tuan, tapi saya belum punya uang untuk membayar “ nada suara bapak Badai agak serak dan seperti takut. “ Kamu sudah jatuh tempo 3 hari, dan hari ini kamu harus melunasi pinjaman kamu pada Bank kami !” bentak laki - laki itu. “ Saya tahu tuan, beri saya kesempatan untuk mencari uang dan akan melunasi pinjaman saya “ bapak Badai hanya tertunduk. “ Apa, kesempatan. Tidak ada lagi kesempatan. Malam ini juga kamu harus melunasi!” suara laki - laki itu semakin besar. Dia memegang kerah baju kemeja bapak Badai yang ketakutan. “ Mohon tuan beri kebijakan, saya akan berjanji melunasi pinjaman saya “ bapak Badai terus memohon. “ Kalau kamu tidak bisa membayar tunggakan kamu, kami akan menyita rumah ini “ hardik laki - laki itu yang ternyata seorang bankir. “ Jangan tuan, kami harus tinggal dimana kalau rumah kami disita!” bapak Badai memelas untuk diberikan kesempatan. “ Bodo amat, kalian mau tinggal dimana, di selokan kek. Itu bukan urusan saya. Pokoknya rumah ini saya sita “ ancam laki - laki itu pada bapak Badai. “ Tolong tuan, jangan sita rumah kami. Saya akan melunasinya besok “ suara bapak Badai terputus - putus di dalam genggaman laki - laki itu. “ Baik malam ini kamu dan keluarga bisa menempati rumah reot ini. Tapi jika sampai besok siang kamu tidak datang melunasi pinjaman kamu. Maka rumah reot ini akan saya sita” kata bankir tersebut. Tanpa berpamitan laki - laki itu bersama ketiga pengawalnya langsung keluar dan menuju ke mobilnya. Sepeninggalan bankir dan ketiga pengawalnya yang datang menagih tunggakan pinjaman pada ayah, ibu Badai, suasana rumah menjadi sepi. Ibu dan ayah Badai duduk berhadapan. Ibu Badai menghela nafas panjang. “ Akhirnya mereka pergi. Tapi, aku tidak yakin ini sudah selesai. “Mereka pasti akan kembali! “ wajah ayah Badai tampak pucat “ Bagaimana kita akan membayar hutang sebanyak itu? “ Ibu Badai lirih. “ Aku tidak tahu. Kita harus mencari jalan keluar. Bagaimanapun caranya” Ayah Badai menggaruk kepala. Badai yang berhenti belajar karena kegaduhan yang terjadi saat bankir dan tiga pengawalnya itu datang hanya mampu terdiam di kursi meja belajarnya. Kenangan pahit itu tidak pernah dilupakan Badai hingga dia meraih gelar sarjananya. Perjuangan kedua orang tuanya untuk menjadikan Badai orang sukses dan berpendidikan tinggi berhasil. Bahkan seorang pemuda jenius, karena kepintarannya dia meraih penghargaan dari dianugerahi sebuah perusahaan oleh CEO Tua yang menyamar menjadi dosen di kampus dimana Badai kuliah untuk mencari pewarisnya. Kepribadian Badai, dan karakternya membuat sang CEO simpati dan merasakan Badai tepat menjadi pewaris dari seluruh perusahaan yang dimilikinya. Setelah acara wisuda usai, CEO Tua, Hartawan menyuruh supir pribadinya menjemput Badai untuk datang ke kantornya. Di perusahaan CEO Tua, Hartawan, Badai langsung menuju ke ruangan yang berada di lantai 5. Disanalah CEO Tua, Pak Hartawan menunggu kedatangan sang pewarisnya. Walaupun Badai bukan anaknya maupun keluarganya, tetapi dia sangat yakin perusahaannya tidak akan jatuh di tangan seorang Badai. Badai masuk ke ruangan, mengetuk pintu pelan. Hartawan mengangkat kepala dari tumpukan berkas. Hartawan mengajak Badai duduk. “ Badai, saya ingin kita bicara terbuka. Saya tahu kamu mungkin bertanya-tanya mengapa saya memilihmu sebagai penerus saya.” Pak Hartawan membuka suara dengan penuh kharisma Badai hanya memandang Pak Hartawan yang duduk di depannya, “ Jujur saja, Pak, saya juga penasaran. “ Saya melihat dalam dirimu semangat yang sama seperti pendiri perusahaan ini. Kamu berani mengambil resiko dan tidak takut pada tantangan.” Ungkap Pak Hartawan pada Badai yang hanya diam mendengarkan. “Terima kasih, Pak.” ucap Badai singkat “ Tapi ingat, menjadi pemimpin itu tidak mudah. Kamu akan menghadapi banyak rintangan dan tekanan.” Pak Hartawan mengingatkan kepada Badai “ Jika bapak menaruh harapan besar dengan tanggung jawab ini. Saya akan berusaha untuk bekerja keras dengan segala resiko yang akan saya hadapi.” “ Tapi sebelumnya saya katakan bapak, saya ini hanya manusia biasa, apakah saya dipercaya atau tidak itu tergantung dari penilaian orang lain terhadap saya.” “Mungkin saja saya katakan, saya orang yang jujur, tetapi jika orang lain mengatakan saya tidak jujur, maka tentunya saya harus berkata apa “ jelas Badai. Pak Hartawan yang memandangnya dengan penuh kekaguman. “ Saya siap menghadapinya,jika bapak memberikan kepercayaan yang bapak berikan kepadaku. Semoga bapak tidak menyesal memilih saya.” “ Karena diantara kita tidak ada ikatan darah, maupun keluarga. Saya orang asing yang mendapatkan amanah yang begitu besar dari bapak. “ tambah Badai dengan suara lembutnya. Hartawan mengangguk, matanya berkaca-kaca. “ Saya percaya padamu, Badai.” ucap Pak Hartawan. “ Saya tahu kamu bukan anak kandung saya, tapi saya melihat potensi besar dalam dirimu. Saya yakin kamu bisa membawa perusahaan ini ke level yang lebih tinggi.” Pak Hartawan berdiri dan mendekati Badai. “ Mulai besok, kamu akan mulai bekerja di sini. Saya akan membantumu beradaptasi.” Pak Hartawan berkata sambil menepuk pundak Badai. “ Baik, Pak. Terima kasih.” ucap Badai yang berdiri di hadapan Pak Hartawan. Badai berdiri, lalu menyalami Hartawan. Keduanya saling berpandangan, seakan memahami satu sama lain.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
311.6K
bc

Too Late for Regret

read
294.3K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.7M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.3M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
138.6K
bc

The Lost Pack

read
410.6K
bc

Revenge, served in a black dress

read
148.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook