Membenci

2218 Kata

Ketika Adel melangkah masuk ke dalam kelas, suasana sudah terasa tegang. Beberapa mahasiswa menoleh dengan ekspresi tertarik—ada yang berbisik satu sama lain, ada yang malah menyaksikan dengan terang-terangan. Dari tengah ruangan, suara Beta yang khas sudah terdengar melengking, memotong keheningan pagi dengan nada ketusnya yang sangat familiar. Adel menghela napas dalam hati. Lagi-lagi Beta. Ia menoleh ke sumber suara dan, tentu saja, Beta sedang berhadapan dengan seseorang yang juga sangat dikenalnya—Nami. Dua orang yang dari dulu tidak pernah akur. Dan dari cara Beta menatap tajam ke arah Nami dengan tangan terlipat di d**a, sementara Nami mendelik dengan ekspresi sinis, jelas ini bukan sekadar adu argumen biasa. "Kenapa? Gak bisa kayak Adel?" suara Beta terdengar tajam, pen

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN