Benang Kusut

1167 Kata
Beberapa tahun lalu....... Suasana sekolah tampak ramai, bahkan sejak Adeeva turun dari mobil yang dikendarai supirnya. Pagi itu, udara masih segar, tetapi deretan siswa baru di lapangan utama sudah membuat suasana terasa penuh sesak. Adeeva berdiri di bawah pohon rindang di dekat gerbang sekolah, memandangi bangunan sekolah yang megah. SMA ini adalah salah satu yang terbaik di kota, lengkap dengan lapangan luas, kantin bersih, dan aula besar yang kini dipenuhi kursi untuk para siswa baru. “Deev! Ayo, cepetan. Masih banyak kelas kosong buat ditandai,” suara Tata memecah lamunannya. Tata, sepupunya, menarik lengannya dengan semangat. “Tenang, Ta. Baru juga hari kedua. Apa sih yang lo buru-buruin?” Adeeva mendengus sambil menyeret kakinya. Minggu-minggu pertama di SMA selalu penuh warna. Di lorong-lorong kelas, siswa-siswa baru terlihat sibuk mencari ruangan mereka. Beberapa mengobrol riang, ada yang duduk melamun, dan sebagian lainnya sibuk berkenalan dengan teman baru. Di aula, guru-guru tampak memberikan arahan pada siswa yang masih kebingungan, sementara di halaman, sekumpulan kakak kelas sedang mempersiapkan kegiatan ekskul yang dijadwalkan mulai minggu depan. Adeeva menatap sekeliling, mencoba menyerap suasana. Ada sesuatu yang berbeda dengan SMA ini dibanding SMP mereka dulu. Bangunannya lebih besar, suasananya lebih sibuk, dan orang-orangnya… terlihat jauh lebih dewasa. Adeeva bahkan sempat merasa canggung ketika beberapa kakak kelas melewatinya dengan pandangan sekilas. “Lo tahu nggak, katanya ada dua cowok pindahan di kelas XI yang ganteng banget!” Tata berbisik dengan suara heboh. Adeeva mengangkat alis. “Halah, baru masuk SMA, lo udah ngomongin cowok aja.” Bahkan kakak kelas pula yang dibicarakan. Dari mana si Tata tahu heh? Ia geleng-geleng kepala. “Eh, siapa tahu jodoh gue salah satunya.” Tata tertawa, membuat Adeeva ikut terkikik. Astagaaaaa! Dari kejauhan, seseorang tampak sedang berdiri. Senyum tipis terukir di wajahnya, meski pandangannya sedikit curiga menyapu sekelilingnya. Bahkan mungkin itu bukan senyum. Wajahnya memang tampak dingin. Ini adalah minggu pertama masuk SMA. Ia merasa masih harus beradaptasi dengan lingkungan baru ini. Gerbang sekolah terlihat ramai oleh siswa-siswa baru yang berkerumun, semua tampak sibuk dengan obrolan dan tawa. Athaya melirik sejenak ke arah beberapa anak perempuan di sebelah, yang tiba-tiba menoleh dan memperhatikannya. Ada yang tersipu malu, ada yang berbisik-bisik sambil melemparkan senyum di balik punggung teman-temannya. Athaya hanya mengangkat bahu. Ia terbiasa dengan perhatian seperti ini. Pandangan mata itu, tiba-tiba, terhenti pada seorang gadis yang berdiri di bawah pohon rindang dekat gerbang sekolah. Gadis itu terlihat canggung dan bingung, seolah baru saja tiba. Wajahnya menyimpan kecantikan yang sederhana, tapi cukup membuat hati Athaya tertarik. Rambut panjangnya yang hitam legam terlihat berkilau tertimpa sinar matahari pagi. Dan matanya—oh, matanya. Adeeva, begitu namanya menurut bisik-bisik yang ia dengar dari teman-temannya di kelas sebelah. Hal yang tentu saja membuatnya ikut menoleh. Batinnya bertanya... Dia? Athaya terus memperhatikannya saat Adeeva dihampiri oleh seorang cewek lain. Lalu? Ia melengos lagi. Tak bisa menampik kalau perempuan yang akan dijodohkan dengannya itu ternyata cantik abis. Dari segi fisik, ia jelas gagal mengatainya. Ya memang sejak awal, ia bermaksud buruk. Ia tak ingin melanjutkan perjodohan ini. Ia ingin ini batal, tapi bukan ia yang membatalkan. Ia ingin gadis itu yang membatalkan. Paham? Biar apa? Biar ia tak disalahkan tentunya. Ia tak mau merasa bersalah pada keluarganya. Tapi bagaimana caranya? Cara membuat perempuan itu menolak perjodohan ini? Tapi kemudian, saat Adeeva dan sepupunya mulai berjalan menuju aula, Adeeva tanpa sengaja melirik ke arah Athaya. Pandangan mereka bertemu sejenak. Athaya bisa melihat kilatan bingung dan sedikit canggung di mata gadis itu. Ia? Hanya diam menatap tajam. Tapi kemudian perempuan itu menoleh ke arah lain. Athaya masih memandangi Adeeva dengan tatapan yang sulit didefinisikan. Mungkin penasaran, mungkin sedikit ingin tahu, atau mungkin juga hanya sekedar memperhatikan apa yang ada di sekitarnya. Ia tak pernah benar-benar peduli dengan siapa pun di luar keluarganya, tetapi ada sesuatu tentang Adeeva yang mengusik rasa ingin tahunya. Adeeva yang canggung, Adeeva yang bingung, Adeeva yang tampak seperti bukan bagian dari dunia yang begitu keras ini. Ketika pandangan mereka bertemu, Athaya merasakan getaran aneh di dadanya. Gadis itu terdiam sejenak, hanya beberapa detik, sebelum menoleh ke arah lain, seolah tak peduli. Athaya menggelengkan kepala, merasa takjub dengan sikap gadis itu yang begitu sulit dipahami. Apa yang menarik perhatiannya begitu dalam tentang Adeeva? Mungkinkah karena perjodohan yang telah diumumkan oleh orang tua mereka beberapa waktu lalu? Adeeva dan sepupunya, Tata, terus berjalan menuju aula, berbincang riang tentang kelas-kelas mereka yang baru. Athaya hanya mengamati dari kejauhan, mencoba memahami apa yang membuat Adeeva berbeda. Ia tidak pernah merasa mudah tertarik pada seseorang, terutama tidak pada seseorang yang tak diinginkannya dalam hidupnya. Tapi Adeeva—gadis itu adalah tantangan. Dia tidak tertarik pada perhatian, tidak terlihat seperti orang yang mudah tergoda oleh godaan, dan itu membuat Athaya ingin tahu lebih banyak. Athaya tahu perjodohan ini adalah beban dari keluarganya, tetapi ada rasa ingin menguji Adeeva. Bukan dengan niat baik, tapi lebih karena ingin melihat bagaimana gadis itu bisa menanggapi. Apakah dia cukup kuat untuk menolak perjodohan ini, seperti yang Athaya inginkan? Perasaan ini seperti benang kusut yang sulit dilepaskan, semakin lama semakin membuat Athaya bingung. Adeeva tanpa sengaja menoleh lagi ke arah Athaya saat mereka berjalan menuju aula. Pandangan mereka bertemu, kali ini lebih lama dari sebelumnya. Athaya bisa melihat kilatan ketegangan di mata Adeeva, rasa tidak nyaman yang tidak bisa disembunyikan. Adeeva terlihat terkejut dan buru-buru menundukkan kepala, mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain. Seolah-olah dia baru menyadari bahwa dia sedang diamati. Perasaan canggung yang tidak terdefinisikan melingkupi mereka berdua, seakan-akan udara di sekitar terasa lebih tebal. Athaya memperhatikan ekspresi wajah Adeeva yang sedikit pucat, dan dia bisa merasakan ketegangan yang samar-samar terpancar dari tubuh gadis itu. Namun, Adeeva hanya diam, menahan pandangannya, dan terus melanjutkan langkahnya tanpa mengatakan apa-apa. Athaya tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi dalam diri gadis itu. Apakah dia merasa terintimidasi oleh kehadirannya? Atau mungkin dia hanya merasa canggung karena pertemuan pandangannya yang tidak terduga? Perasaan ini, yang tiba-tiba muncul dalam dirinya, membingungkannya. Ada sesuatu di mata Adeeva yang membuat Athaya ingin tahu lebih banyak—sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, yang mengusik rasa penasaran di dalam dirinya. Dia merasa ada semacam ketegangan yang mengambang di antara mereka, meskipun mereka tidak benar-benar saling kenal. Athaya mendapati dirinya terus memperhatikan Adeeva, mencari petunjuk tentang apa yang mungkin dirasakannya. Tapi gadis itu terus melanjutkan langkahnya dengan tenang, seolah tidak peduli dengan keberadaan Athaya di sampingnya. Dan di saat itulah Athaya menyadari bahwa dia ingin tahu lebih banyak tentang Adeeva—lebih dari sekadar gadis yang terjebak dalam perjodohan yang tidak diinginkannya. Rasanya seperti pintu terbuka menuju sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang belum terungkap, dan itu membuat Athaya merasa tertantang. Athaya merasa ada sesuatu yang belum selesai di antara mereka. Mungkin ini adalah awal dari sesuatu yang lebih, mungkin bukan. Tapi satu hal yang pasti—Adeeva membuat Athaya merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya. Entah itu ketertarikan, penasaran, atau sekadar rasa ingin tahu. Athaya tak tahu pasti. Tapi yang jelas, perasaan ini membuatnya berpikir—apa yang akan terjadi selanjutnya dalam perjalanannya di SMA ini? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN