Pagi itu, setelah menyelesaikan rutinitas paginya, Bellova melangkah pelan menuju beranda pesantren, sebuah tempat favorit yang selalu memberinya ruang untuk merenung. Ia membawa secangkir teh hangat yang baru saja diseduh di dapur asrama, uapnya mengepul pelan di udara yang masih dingin. Di tangannya, tergenggam sebuah buku kecil bersampul lusuh yang selalu ia bawa ke mana pun. Buku itu penuh dengan catatan refleksi dan kutipan yang ia temukan selama perjalanannya di pesantren. Hari ini, Bellova berencana menuliskan sesuatu lagi di dalamnya, meskipun ia belum tahu apa. Di beranda, ia duduk di kursi kayu yang menghadap ke halaman luas pesantren. Angin pagi berhembus lembut, membawa aroma segar bunga kertas yang tumbuh subur di sepanjang pagar. Warna-warna cerah bunga itu-merah, putih, da

