Ali menggenggam setir dengan erat, matanya fokus menatap jalanan di depannya. Jakarta pagi itu masih dipenuhi lalu lintas yang padat, tetapi pikirannya jauh lebih kacau daripada jalanan kota yang macet. Ia baru saja keluar dari gedung kantornya setelah mengurus absensi Senja dan memastikan perempuan itu tidak akan mendapatkan masalah karena ketidakhadirannya. Tapi itu belum cukup. Masih ada satu hal yang harus ia lakukan: memastikan Senja tidak memaksakan diri pulang sendiri dari rumah sakit. Ponselnya bergetar di jok penumpang. Dengan cepat, ia menekan tombol di kemudi untuk mengangkat panggilan tanpa harus melepaskan genggamannya dari setir. "Masih di jalan, Kak Ali?" Suara teman kos Senja terdengar dari speaker mobil. Ali langsung menjawab, suaranya terdengar tegas meskipun sedikit t

