Malam yang sunyi, nyaris tak ada suara dalam ruangan kedap suara itu. Xin menatap langit-langit kamar dengan perasaan lelah. Ingatannya berpaling ke masa lalu, ketika ia akan membawa Ama ke Jakarta, Ridho si tua mata duitan itu menitipkan putrinya padanya. "Tuan Xin, saya tau tindakan saya sudah salah sejak menyetujui perjanjian dengan Anda. Namun, saya juga tak bisa melepas naluri saya sebagai seorang ayah. Amanda itu putri kandung saya satu-satunya, saya tau ia tidak diperlakukan baik oleh istri dan anak tiri saya. Saya juga paham kalau Anda pun tidak bisa mencintainya karena kalian bukan suami istri sungguhan. Semua salah saya, sebagai seorang ayah saya tidak bisa membahagiakan putri saya itu," ujar Ridho menangis. 'Si tua mata duitan itu bisa juga menangis. Kukira hatinya sudah beku

