Kilas Kuantum 01 : Hudan Purba

3014 Kata
New Malaka, Indonesia 2055. Hari ini Ahmad Nurin nampak sedang mengajar di salah satu kelas Pascasarjana prodi studi agama-agama sebagai seorang dosen pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syaikh Muammar AliSyah, New Malaka, Batam Island. Kelas terakhir sebelum liburan semester. "Jadi telah jelas bahwa apa yang termaktub dalam Al-Baqarah ayat 38 ini. Allah meruntuhkan ketakutan dan kegelisahan Adam as ketika pertama kali merasakan alam materi, yang berbeda dengan atmosfer taman Eden, dengan menurunkan sebuah panduan. Sebuah guidance yakni bimbingan komprehensif yang disebut 'Hudan' bagi Adam dan anak keturunannya." Kata Nurin memaparkan. Seorang pemuda mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya. "Pak ... saya mau tanya! Tapi maaf sebelumnya, apa tidak apa-apa saya menyebut anda Pak? Soalnya sebagai dosen yang berusia sangat muda dan hanya sedikit lebih tua dari kami semua disini, anda tidak layak disebut bapak dosen dan tidak ada istilah kakak dosen, jadi ... ini benar-benar paradoks." Seisi kelas gelak tertawa. "Tidak masalah. Kalian telah lama menjadi mahasiswaku, kan? Kalian semua bisa memanggilku apa saja bahkan dengan nama sekalipun juga tidak masalah. Jadi langsung ke pertanyaannya. Ghani, apa yang tadi mau kau tanyakan?" "Anda dalam jurnal anda berhipotesa, dan mengidentifikasikan kitab Raziel dalam khazanah kabbalah yang juga dikenal sebagai Sefer Adam atau the book of Adam itu—merupakan kandidat kitab yang tepat yang dimaksud sebagai "Hudan" dalam Al-Baqarah 38 tersebut?" "Ya, itu benar. Tidak salah lagi. Sebagaimana beberapa bukti yang telah kupaparkan di kelas ini selama satu jam terakhir. Kitab yang diwariskan kepada Adam oleh malaikat Raziel." "Bisakah anda menjelaskan konten kitab Raziel secara konkrit Pak?" "Baiklah! Yang akan aku jelaskan adalah konten kitab Raziel yang telah dikenal luas oleh akademisi dan dapat dilacak penulisannya yang berasal dari abad ke 13—walaupun jauh sebelumnya, kitab itu telah dikenal luas secara oral oleh kalangan kabbalistik Eropa. Kitab yang masih tersimpan rapi di Museum di Amsterdam, Belanda." "Jadi apa isi dari kitab itu Pak? Dan dari ucapan anda barusan ... sepertinya anda pun menduga bahwa kitab di museum itu palsu dan bukan merupakan yang asli?" "Aku tidak akan menyebutnya palsu. Mungkin lebih tepat otentisitas dan originalitas yang diragukan. Tapi fakta itu tidak mengubah gambaran besarnya, bahwa manuskrip tersebut merupakan cerminan atau warisan dari rekaman kolektif yang terlestarikan dari kitab yang asli yang entah ada dimana sekarang—melalui tradisi oral." "Kalau begitu silahkan anda jelaskan konten dari kitab tersebut, Nurin." Ejek mahasiswa tersebut menyebut namanya, tentu hanya bercanda namun tetap terdengar su'ul adab. Seisi kelas kembali tertawa. Nurin hanya menyeringai tersenyum sambil mengayun-ayunkan kedua telapak tangannya kebawah, memberi isyarat agar meredam dan menyudahi gelak tawa para mahasiswa, "sudah kubilang kan tidak apa kalian menyebutku dengan nama saja. Yang mana saja yang membuat kalian nyaman." "Silahkan Pak, lanjutkan ...." "Diceritakan latar belakang diberikannya kitab ini dikarenakan Adam as dalam kejatuhannya, merasa takut dan asing terhadap dunia baru. Alam fana yang serba materi, rentan dan sangat berbeda dengan keadaan surgawi. Dalam kitab Raziel yang telah kujelaskan sebelumnya, digambarkan rasa takut, gelisah dan sedih dari nabi Adam ini membuatnya berdoa kepada Allah atas segala kekhilafan dan memohon untuk pertolongan Allah kepadanya. Doa beserta pertobatan Adam ini pun tergambar dan terlukis dalam redaksi Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 37, silahkan kalian buka. Permohonan ini didengar oleh Tuhan, maka diberikanlah suatu bimbingan atau hudan sebagai petunjuk dan pedoman bagi Adam beserta Hawa sebagai bekal dalam mengarungi keras dan beratnya kehidupan dunia seperti yang tertulis dalam ayat lanjutannya yaitu Al-Baqarah 38. akan kubacakan kembali salinan dari mushaf kitab Raziel versi Museum Belanda tersebut yang sesuai dengan narasi ayat 37 dan 38 Al-Baqarah. Setelah pengusiran Adam dari taman Firdaus, ia berdoa kepada Allah dan berbicara tentang pertobatannya serta para binatang sudah tidak lagi tunduk padanya. Ia memohon petunjuk Allah. Dan pada hari ke-3 setelah ia memanjatkan doanya—ketika ia sedang duduk di pinggir sungai yang mengalir keluar dari taman Firdaus—nampaklah kepadanya—pada siang hari yang terik, malaikat Raziel, yang memegang sebuah buku di tangan. Malaikat berkata: 'Oh Adam, mengapa engkau begitu lemah hati? Mengapa engkau begitu takut? Terdengar dalam doamu sebuah permohonan, dan aku diutus untuk mengajarkan kepadamu kebijaksanaan—berdasarkan dari kitab suci di tanganku ini—agar engkau mengetahui apa saja yang akan terjadi padamu hingga saat kematianmu. Dan semua keturunanmu dan semua generasi kemudian, jika mereka membaca buku ini dalam kesucian, dengan ketulusan dan rendah hati, dan mentaati isinya, akan menjadi seperti engkau. Mereka juga, akan mengetahui segala hal yang akan terjadi, dalam bulan apa, hari apa, dan malam apa. Segalanya akan menjadi jelas bagi mereka, mereka akan mengetahui dan mengerti bencana apa yang akan datang, kelaparan atau binatang buas, banjir atau kekeringan, kapankah hasil panen melimpah atau kelangkaan—kapankah orang fasik akan memerintah dunia. Kapan belalang akan menghancurkan tanah, kapan buah akan dipanen kapan penyakit akan menyerang manusia, apakah hasil dari sebuah peperangan, atau penyakit atau wabah diantara manusia dan ternak, apakah berkah dan kutukan telah diputuskan di surga, apakah darah akan tertumpahkan. Dan Sekaranglah saatnya, Adam, datang dan tunduklah kepada apa yang akan kuberitahukan kepadamu mengenai isi kitab ini dan kesuciannya. Dari sini kita telah mengetahui isi dan konten dari kitab Raziel itu sendiri. Dari penggalan isi kitab Raziel tersebut—secara garis besar serta berdasarkan keseluruhan tema kitabnya, kitab itu memuat semua rahasia langit dan bumi, misteri penciptaan, metode pembacaan alam, struktur kemalaikatan, Gematria rahasia nama Tuhan, pelajaran tentang bahasa malaikat yang tidak dipahami manusia ... Angelology ... ilmu spritualitas, ilmu penyembuhan, ilmu astrologi, zodiac perbintangan, ilmu astronomi terkait planet-planet, cara bercocok tanam atau Agrikultur, bahkan ilmu magis atau Shamanisme. Tidak heran jika semua cabang ilmu pengetahuan yang kita warisi sekarang bisa diasumsikan berasal dari sana mengingat kitab ini adalah pedoman bagi Adam dan Hawa serta anak keturunannya. Sebuah Hudan kuno, Hudan purba, proto dari banyak kitabullah yang datang setelahnya. Dikatakan setelah Adam, kitab ini di turunkan dan diwariskan pula dari generasi ke generasi hingga akhirnya sampai ke tangan nabi Nuh as, diwariskan oleh putranya Sem lalu diberikan kepada Ibrahim as, lalu berlanjut diwariskan secara turun temurun. Seperti dijelaskan dalam kitab Raziel sendiri tentang hak mewarisi 'Hudan' tersebut seperti yang tertulis disana : "maka Raziel, mulai membacakan kitab tersebut, dan ketika Adam mendengar kata-kata suci dari buku yang keluar dari mulut malaikat, dia terjatuh ketakutan. Namun malaikat menyemangatinya. 'Bangkitlah, Adam, tegarlah, janganlah takut, ambillah buku ini dariku dan simpanlah, agar kamu dapat menimba pengetahuan bagi dirimu sendiri dan menjadi bijaksana, dan engkau harus pula mengajarkan isinya kepada orang yang engkau temui layak mengetahuinya.' Sebagai keturunan Adam as bahkan Rasul pertama dalam predikatnya, maka nabi Nuh barang tentu adalah manusia yang layak menerimanya. Konon kitab inilah yang menjadi pedoman Nuh as dalam mempelajari sistem mitigasi bencana sehingga dapat membangun dan mencanangkan pembangunan struktur mega kapal atau bahteranya yang ikonik itu sebagaimana Allah firmankan dalam surah Hud ayat 37. Dikatakan pula jika konon Raja Sulaiman as mewarisi kitab tersebut dari sang ayah yaitu Raja Daud as dan kitab tersebut berperan sebagai kitab sihir ... Grimoire! Dan sesungguhnya Kami telah memberikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman dan keduanya mengucapkan; segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dan banyak hambanya yang beriman, dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata; Wahai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya semua ini benar-benar satu anugerah yang nyata. Itu tadi bunyi surah An-Naml ayat 15 dan 16, sehingga beliau mampu berbicara dengan hewan semisal burung dan semut. Menguasai dan mengendalikan angin, menundukan para jin serta berkuasa penuh atas alam ghaib atau seluruh entitas supranatural. Faktanya nabi Sulaiman as merupakan manusia teratas dan terunggul dalam ilmu demonologi dan satu-satunya manusia yang Allah Swt karuniakan kemampuan untuk bisa menundukannya. Silahkan kalian baca Al-Anbiya ayat 81. Jadi, ada lagi yang mau ditanyakan?" "Tidak ada Pak Nurin. Penjelasan anda memuaskan." "Prof ... saya ada!" sahut salah seorang mahasiswa yang mengacungkan tangan ingin bertanya. "Silahkan Asbi. Apa yang ingin kau tanyakan?" "Jika kitab Raziel dikatakan sesuper—power itu, apa relasi dan kaitannya dengan kitab suci Al-Qur'an? Anda bilang kitab itu merupakan proto dari semua kitabullah termasuk Al-Qur'an, kan?" "Merujuk pada Al-Baqarah 38, maka kitab yang diterima oleh Adam—terlepas itu kitab Raziel atau bukan, adalah jelas merupakan hudan paling pertama yang Allah turunkan untuk manusia. Itu artinya hudan kuno ini bisa disebut proto dari semua kitabullah termasuk Qur'an. Kitab yang diterima Adam as itu ibarat sebuah blueprint akan rangkaian konten-konten utama yang esensial dari kitabullah dan yang tentu saja diserap secara sempurna oleh Al-Qur'an sebagai wujud form terakhir pewahyuan. Sebuah pengekstrakan sempurna yang seluruh manusia telah terima 14 abad silam." Mahasiswa itu mengangguk tanda puas. Seorang mahasiswi berambut terikat juga terlihat mengangkat sebelah tangannya, mengacungkan jari telunjuk, "dalam buku karangan anda, koherensi Tasawuf : Tauhid dan Numerik Jagat Raya, anda membuat analogi yang sungguh luar biasa terkait ketauhidan menggunakan bilangan Googolplex. Disana anda menulis bahwa bilangan plus tak terhingga dan bilangan minus tak terhingga adalah merupakan simbol alam materi yang tercipta, sebuah entitas tak terelakan yang menjadi satu dengan entitas utama. Dan bilangan 0 atau kosong yang tepat berada ditengah bilangan plus minus tersebut melambangkan sang entitas yang Azali, kekal, ada sejak semula, tak berawal dan tak berkesudahan. Kosong yang melambangkan sang Prima Causa. Eksistensi Sang Omni, sang ghaib dan juga sang dzahir yang tak terelakan dari rangkaian bilangan tak terhitung sebagai perwujudan alam semesta. Ini penjelasan yang luar biasa Prof," tegas mahasiswi itu kembali menyeringai tersenyum lebar. "Terima kasih pujiannya Rita! Tapi itu out of topic dengan yang kita bahas sekarang, dan untuk jawaban pertanyaanmu kemarin, jawabannya tetap tidak!" sahut Nurin tersenyum. Seisi kelas tertawa dan mengejek Rita. "Ayolah Pak Nurin ...." Sahut Rita berdesah manja dengan nada bercanda. Mahasiswi yang dalam kelas kemarin memberi ajakan kencan kepada Ahmad Nurin. Bagi dosen sekaligus Profesor muda sepertinya yang dominan memiliki siswi seumuran bahkan lebih muda, digoda dan diajak bercanda seperti itu sudah menjadi rutinitas biasa saat mengajar. Ia selalu menanggapinya dengan santai dan biasa saja. Sebagai dosen muda yang memiliki paras yang memang lumayan tampan dan dianggap dosen tercerdas di seantero New Malaka, tentu saja Nurin memiliki banyak penggemar, terutama kalangan wanita dan cenderung disukai oleh siswa-siswanya. Terlebih Nurin merupakan anak satu-satunya dari bekas Mufti kawasan Megapolitan New Malaka yang terkenal, Syaikh Muammar Alisyah, yang meninggal lima tahun lalu dan atas jasanya—namanya diabadikan menjadi nama dari Universitas Islam negeri di kawasan New Malaka. Tempat Nurin mengajar sekarang. "Bisakah kita fokus pada apa yang dibahas saja? Rita ... jangan lagi menggoda dosen kita dan mengajaknya kencan. Apa kau tidak malu di tolak berkali-kali?" celetuk salah seorang pria berdarah Maldives yang duduk disamping Rita. "Diam kau! Malik," sahutnya ketus. Mahasiswa bernama Asbi kembali mengajukan suatu pertanyaan kritis, "Prof Nurin, ini masih terkait dengan ayat Al-Baqarah yang kita bahas perihal Adam. Dalam ayat 31 Al-Baqarah, Allah memberitahu nama-nama kepada Adam bukan? Dalam sebuah disertasi anda yang berjudul Inteligensi Manusia : Database Alam Semesta, anda mengupas habis terkait tafsir dan eksegesis ayat 31 tersebut, dan saya ingin mengcompare pernyataan anda dengan sebuah buku kontemporer klasik dari puluhan tahun lalu berjudul Homo Deus karya Yuval Noah Harari. Kebetulan Harari merupakan penulis non-fiksi yang semua karyanya saya sukai dan kagumi Prof," "Ya, begitupun aku! Aku juga mengagumi penulis itu dan telah membaca banyak bukunya." "Nah, anda bilang dalam disertasi anda, bahwa kecerdasan manusia mustahil diungguli oleh apapun. Ini tentu berbanding terbalik dengan apa yang ditulis Harari dalam Homo Deus-nya dimana disitu dikatakan bahwa algoritma, Artificial Intelegensi atau kecerdasan buatan yakni komputerisasi akan melampaui kognitif manusia. Bagaimanapun, kognitif jaringan data akan mendominasi dan berkembang pesat meninggalkan kognitif manusia yang usang dan lamban berevolusi jauh dibelakangnya. Sebagai sebuah tulisan prediksi yang cukup radikal dan provaktif dimasanya, tulisan Harari dianggap tulisan profetik yang cukup menarik dan kaya analisa. Faktanya apa yang ditulis Harari itu dahulu—di masa sekarang, di zaman kita, telah benar-benar menjadi realita. Inilah kenyataannya sekarang! Contohnya JST (Jaringan System Terpadu), telah mendominasi kehidupan bernegara kita. Tidak ada lagi pemilu konvensional seperti dahulu kala. Kita hanya cukup mengandalkan penilaian dari sebuah algoritma sempurna dengan analisa dan diagnosa mencapai keakuratan 99%. Dengan JST kita langsung bisa mengetahui potensi, kapasitas dan kapabilitas kita. JST mampu menilai kita, memberitahukan profesi apa yang ideal, prospek apa yang menjanjikan, jurusan dan bidang apa yang sesuai dengan kompetensi kita, memberi solusi yang tepat untuk setiap langkah. Menentukan pekerjaan kita dan tempat kita dalam masyarakat. Membagi kita ke dalam sistem sosial yang terstruktur secara sempurna dan beradab. Hasilnya adalah sebuah kemajuan progresif yang dirasakan baik oleh personal maupun komunal. Keteraturan! Tidak ada lagi ketimpangan. Sistem jejaring lalu lintas atau keamanan nasional yang terkoneksi dengan JST, telah menurunkan angka kriminalitas dan pelanggaran. Semua kebutuhan dalam kehidupan kita—dari bangun tidur sampai tidur lagi, tidak terlepas dari d******i dan ketergantungan pada teknologi, karena memang itu semua telah memudahkan hidup kita. Dulu orang hanya menonton televisi, menentukan sendiri acara apa yang akan ditontonnya. Tapi sekarang, kita tahu acara apa yang bisa menaikan mood kita, tahu kapan menghibur di waktu terbaik kita, acara apa yang bisa menaikan serotonin dan menurunkan daya stress. Angka bunuh diri berkurang, angka kecelakaan pun dapat ditekan dengan hanya persentasi 0,7% potensi kecelakaan di jalan raya. Semua ini hanya dapat terjadi dengan bantuan algoritma yang unggul dalam kalkulasi dan sistem mandiri seperti JST. Dengan koneksi ke setiap jaringan dalam tiap moda transportasi—menghitung jarak tempuh—menganalisa kualitas kendaraan model otonom dan bahkan melihat keadaan psikis driver. Itu semua dapat dimungkinkan. Kita bahkan dapat melihat teman yang paling potensial serta mempertimbangkan persentasi untuk mendapatkan pasangan yang ideal dalam media sosial dan situs dating. Mapala yang senang mendaki ke gunung hanya perlu menyambungkan sistem navigasi mereka ke JST dan jadilah pendakian safety minim korban. Ini adalah eranya. Era Homo Deus yang dimaksud oleh Harari. Era dimana arus informasi, dataisme sebagai penunjang utama globalisasi sedang terjadi. Era dimana manusia tidak lagi memfungsikan otaknya secara maksimal dan tidak lagi bergantung padanya. Jadi Prof, yang ingin saya tanyakan ... masih relevan kah pandangan anda yang mengatakan bahwa otak manusia dan intelegensinya masih jauh lebih unggul?" lanjut Asbi memaparkan pandangan. "Bukti telah di depan mata Prof, kognitif buatan, internet segala hal dan JST—semua telah membentangkan kebenaran apa yang ditulis Harari puluhan tahun silam. Kenyataannya semua ini adalah sebuah pencapaian ketika kita menyerap segala bentuk kemajuan kognitif buatan. Berevolusi bersama, memberdayakannya dan menjadi bagian daripadanya. Tidak lagi bergantung pada kognitif kita yang lamban, penuh lubang ketidakpastian, kelemahan dan kekurangan." Sahut salah seorang murid yang duduk di barisan bangku paling atas, paling belakang. "Itu semua memang realitas yang ada saat ini. Mengisi segala kekosongan dan kelemahan kita manusia. Memberi efesiensi terhadap gaya hidup." Nurin mulai angkat bicara, "tetapi aku tetap percaya bahwa kognitif kita masih jauh lebih unggul dan akan terus menerus berkembang. Sebagai produk biologis, manusia dilengkapi dengan perangkat kecerdasan yang merangkul seluruh pengetahuan alam semesta sebagaimana yang tertulis dalam Al-Baqarah ayat 31. Cukup dapat dimaklumi jika penulis Homo Deus beranggapan kognitif manusia akan terkalahkan dan di zaman sekarang, gagasan itu seakan telah menjadi kenyataan—karena sang penulis memandang manusia dari kacamata evolusi, dan beranggapan kognitif kita berkembang seiring dengan proses evolusi lintas zaman. Jika kita merujuk pada Al-Qur'an, maka jelas disebutkan bahwa Adam telah dibekali dengan potensi pengetahuan tanpa batas sedari awal. Bahkan Allah Swt memerintahkan Adam untuk mendemonstrasikan kecerdasannya itu dihadapan para malaikat, silahkan lihat Al-Baqarah ayat 33, sebagai upaya untuk membungkam keraguan para malaikat terhadap Adam as selaku pewaris bumi yang ideal dalam Al-Baqarah ayat 30 sebelumnya. Bagaimana penulis Homo Deus atau kalian, dapat menjelaskan fenomena terkait anomali otak manusia seperti pada kasus langka para pengidap Savant Syndrome atau Hyperthymesia? Ketahuilah oleh kalian ... bahwa kognitif kita menyimpan suatu kapasitas luar biasa. Kemampuan untuk berevolusi melebihi apapun. Kita, manusia, mewarisi kemampuan itu. Kemampuan yang merangkum segalanya, tersimpan rapi dalam area abu-abu yang belum terjamah dan masih misterius dalam sirkuit jaringan otak kita. Tinggal kita selaku anak cucu Adam yang mulai berupaya memaksimalkan itu semua. Membuka simpul-simpulnya yang terkunci dan menciptakan proses evolusi kita sendiri, tanpa bantuan mesin, tanpa algoritma komputer dan tanpa jaringan data yang sintetis, fake dan semu itu," "Bahkan jika konsekwensi dari evolusi kita itu membawa kita ke arah kepunahan Prof? Ke arah kehancuran peradaban sendiri?" tanya Asbi penuh penekanan retoris. Nurin hanya mengangguk dua kali dan tersenyum simpul, "hancurnya peradaban adalah keniscayaan. Kita memang harus dan sedang berjalan menuju ke arah sana pada akhirnya, suka atau tidak suka. Karena kehancuran dan titik akhir adalah kepastian setiap siklus peradaban." Seisi kelas terdiam senyap, beberapa mahasiswa mengangguk penuh perenungan. "Ada yang ditanyakan lagi? Kalau tidak ada, kita sudahi kuliah kita untuk hari ini. Nikmati liburan semester kalian dan kita akan berjumpa lagi dua minggu ke depan. Assalamualaikum warrohmatullahi wabarrokatuh. Siang semuanya!" Nurin menutup dan merapikan beberapa buku di mejanya. "Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh! Siang juga Prof ...." Sahut seisi kelas. "Apa anda tidak berniat untuk mengikuti seleksi legislatif dan eksekutif di masa pemilu ini, Prof?" tanya salah seorang siswa. "Anda mungkin jelas akan terpilih. Beberapa pengajar disini membicarakan anda yang punya potensi itu. Ya, walau kami semua tidak pernah tahu berapa indeks JST anda karena anda tidak pernah mengikuti test penilaian JST sebelumnya untuk menjadi dosen disini, itu berkat pengaruh ayah anda kan Prof. Maaf Prof, bukannya bermaksud menyinggung ...." "Tidak ... tidak apa-apa." Ucap Nurin dengan santainya. Ia sebenarnya sedikit tersinggung dengan kata-kata barusan. "Sebenarnya ... walaupun aku tidak pernah melakukan seleksi profesi melalui Jaringan System Terpadu, tapi aku bisa menjadi pengajar disini dengan uji kemampuan manual. Mereka tetap menilaiku dengan kemampuanku sendiri, Newan," "Iya Newan, apa yang barusan kau katakan itu tidak pantas dan kasar kepada Profesor Nurin," sahut Asbi marah. "Di usia seperti kita sekarang ini saja beliau telah melakukan akselerasi dengan meraih S3 nya serta mendapatkan gelar Profesor lagi. Kau kira itu apa? Profesor Nurin mengajar disini karena dia memang layak, bukan karena ayahnya mantan Mufti terkenal kota ini." "Kubilang kan maaf. Aku hanya bilang Profesor Nurin belum pernah melakukan penilaian di JST, dan kalau Profesor mau ikut pemilu tahun ini, pasti berhasil, setidaknya menjadi anggota parlemen atau menteri. Aku juga tahu kemampuan Profesor Nurin." "Sudah, sudah. Jangan cekcok! Tidak ada yang salah. Aku pun tidak marah. Silahkan kalian nikmati liburan kalian ya. Dan sampai berjumpa lagi." Sahut Nurin melerai perdebatan diantara mahasiswanya sambil tersenyum dan menepuk bahu Newan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN