Perpustakaan

1223 Kata
Alfa dan Alda memasuki kelas mereka BID-A. Ruang kuliah itu sudah cukup ramai saat mereka sampai di sana. Dua gadis itu memilih salah satu tempat duduk yang tidak terlalu jauh dari podium dan meletakan tas mereka di sana. Tak lama kemudian suara sepatu fantofel yang khas, seorang wanita tua dengan rambutnya yang diikat dan di hair net dengan rapi berjalan masuk ke dalam kelas. Dia berhenti di podium dan memandang pada seluruh mahasiswa kebidanan yang semua adalah cewek yang berada di hadapannya. Cewek-cewek BID-A yang sedari tadi mengobrol langsung terdiam saat melihat kehadirannya. Alfa merinding, entah mengapa dia merasa wanita itu membawa aura kesuraman dan kegelapan. "Selamat pagi," kata wanita itu memberi salam. "Pagi," jawab seluruh mahasiswa kebidanan yang kira-kira berjumlah empat puluh orang itu. "Saya Supriati, dosen pengajar konsep kebidanan dan Keterampilan dasar praktek klinik pada kalian," ucap wanita itu dengan wajahnya yang terlihat kaku dan tak pernah tersenyum. Dia memandang ke seluruh kelas, mengamati penampilan murid-murid barunya itu. "Saya tidak senang dengan kelakuan anak-anak jaman sekarang, karena itulah saya tidak setuju kalian diijinkan memakai pakaian bebas," cibir wanita itu jengkel. "Dengar, semuanya, khusus kuliah saya, saya ingin kalian semua memakai baju hem warna putih, rok lima senti di bawah lutut warna hitam, sepatu fantofel warna hitam. Semua rambut Harus di hair net, saya tidak suka melihat rambut kalian terurai." Seorang anak perempuan berdiri di depan pintu dengan agak ragu-ragu dia takut masuk karena sudah terlambat, lalu dia memberanikan diri mengetuk pintu dan mengucap salam. "Permisi, Bu," ucap cewek itu. "Dan saya paling tidak suka jika ada yang terlambat masuk ke dalam kelasku, KELUAR KAMU!" bentak wanita itu garang. Gadis itu tampak ketakutan dan segera pergi. Sungguh naas nasibnya di hari pertama kuliah. "Semua mahasiswa Harus datang tepat waktu dan mentaati peraturan. Jika tidak, kalian boleh tidak mengikuti kelas saya." Alda dan Alfa menelan ludah mereka sendiri mendengar kata-kata wanita itu. Wanita itu menuju white board dan menuliskan satu kata dengan spidol board marker warna hitam yang ada di tangannya dengan huruf besar-besar "BIDAN." "Apa yang kalian ketahui tentang Bidan? Cepat beritahu saya pendapat kalian, angkat tangan!" Seluruh kelas hening dan terdiam tak ada yang berani menjawab. Wanita tua itu memandangi mahasiswa di kelasnya dengan tatapan geram. "Rupanya tidak ada murid di kelasku, apa tidak ada yang tahu. Kalau begitu kita akhiri saja kelas ini," kata wanita itu. Dia segera mengambil tasnya namun dia melihat beberapa anak mengacungkan tangannya termasuk Alfa yang memberanikan diri mengangkat tangannya. "Baiklah, yang berbaju coklat dua deret dari depan bisa kau utarakan pendapatmu?" tunjuk Supriati. Alfa agak terkejut mendengar dirinya ditunjuk. Dengan memberanikan diri dia menjawab. "Seseorang yang memiliki kemampuan untuk menolong persalinan," jawab Alfa. "Hanya itu lalu apa bedanya dengan dukun?" tanya Supriati. Alfa terdiam dan tak bisa menjawab. Supriati tersenyum meremehkan. "Ada jawaban lain?" Beberapa anak gadis yang lain tampak ragu dan menurunkan tangan mereka. Supriati tersenyum meremehkan lagi. "Semua sama? Menggelikan, kalian masuk ke juruan bidan tanpa tahu apa itu bidan?" Wanita itu kembali berjalan menuju white board dan menulisan beberapa kata di sana yaitu "PERAN, TUGAS, TANGGUNG JAWAB, DAN WEWENANG BIDAN." "Ini PR kalian, silahkan cari referensi dari mana saja, dikumpulkan dan didiskusikan besok!" *** Alda menghela napas setelah kuliah panjang Bu Supriati yang hanya sembilan puluh menit tapi serasa berabad-abad baginya dan berakhir dengan diberi banyak sekali tugas. Kini Alda dan Alfa sedang dalam perjalanan menuju perpustakaan untuk mempelajari referensi tentang PR-PR yang diberikan oleh dosen galak itu. "Dosen itu benar-benar nggak masuk akal. Berapa tugas yang dia berikan pada kita dalam sehari." Alda mengeluh. Alfa hanya tersenyum. "Sembilan puluh menit yang serasa di neraka. Dia hanya melempar pertanyaan-pertanyaan lalu jika tidak ada yang bisa menjawab langsung dijadikan PR, apa itu bisa disebut MENGAJAR?" kata Alda kesal. "Kudengar kuliah memang itu memang begini, mahasiswa dituntut lebih aktif," ujar Alfa. "Benar-benar rese," umpat Alda tetap kesal. "Rasanya kalau begini terus aku bisa mati. Kenapa aku jadi bidan sih? Lebih seru kalau aku jadi model, cukup senyum difoto dan langsung dapat uang." Alda yang sangat cantik memang pernah bekerja di bidang modeling waktu dia masih SMA. Dia sudah bisa dibilang semacam artis lokal di Malang. Alda bahkan memenangkan beberapa kompetisi kecantikan termasuk Raka-Raki. "Yang semangat dong, ini baru kuliah hari pertama." Alfa mengingatkan. Kedua gadis itu memasuki perpustakaan dan langsung menuju ke rak-rak buku medis. Mereka berusaha mencari buku-buku yang bisa membantu mereka dalam mengerjakan PR-PR dari Bu Supriati. "Aku lihat catalog dulu ya." Alfa menujuk pada komputer katalog yang ada di tengah ruang perpustakaan. Alda hanya menjawab dengan anggukan kemudian mulai mencari buku lagi. Dia hendak mengambil sebuah buku tapi seorang cowok yang berdiri di sebelahnya ikut mengambil buku itu juga sehingga tak sengaja tangan mereka bersentuhan. "Oh, Maaf," kata cowok itu. Alda menoleh dan langsung terdiam saat melihat siapa cowok yang berdiri di sebelahnya itu. Itulah cowok keren yang tadi dilihatnya di depan gedung fakultas kedokteran. Cowok itu tersenyum padanya. "Ng-nggak apa." Alda terbata karena grogi. "Silakan ambil bukunya, saya cari buku yang lain," ucap cowok itu. "Ah, terima kasih," kata Alda. Cowok itu tersenyum kemudian berjalan ke rak lain. Alda tak bisa menahan diri untuk tidak memanggilnya. "Hei, tunggu," panggil Alda. Cowok itu menghentikan langkah dan menoleh pada Alda dengan gaya menoleh yang membuatnya terlihat luar biasa tampan. "Ng, siapa namamu dan anak jurusan mana? Setelah selesai membaca buku ini aku akan memberitahumu." Alda berbasa-basi untuk kenalan. Cowok itu tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Alda. "Nama saya, Gama, jurusan pendidikan dokter, kamu?" Alda menyambut jabat tangan cowok itu sambil tersenyum. "Aku Alda dari jurusan kebidanan." Kedua sejoli itu pun saling tersenyum. Sementara itu di sisi lain perpustakaan, Alfa baru saja membuka katalog dan menemukan satu buku yang dicarinya. Dia kemudian duduk di salah satu meja dan kursi yang disediakan di perpustakaan dan mulai membaca isi buku itu. Dia menoleh ke depan dan melihat Alda yang tampak sedang senang karena tersenyum sambil berjalan dengan melompat-lompat girang sambil memeluk sebuah buku di tangannya. Alfa menebak gadis itu juga sudah menemukan buku juga. "Alfa!" Alda tersenyum, dia menghampiri Alfa. "Aku sudah menemukan bukunya, yang ada peran, tugas, tanggung jawab dan wewenang bidan. Ini Lima puluh tahun IBI." Alfa menunjuk buku yang sedang dibacanya. "Apa kamu sudah menemukan buku juga?" Alda hanya meringis, lalu duduk di sebelah Alfa. "Aku menemukan lebih dari sekedar buku! Kamu ingat nggak cowok keren yang kita lihat di depan gedung fakultas tadi?" Alfa mengerutkan dahi berusaha mengingat kemudian mengangguk. "Aku sudah kenalan dengan dia! Ya ampun, ternyata benar dia jurusan PD! Kalau dokternya dia aku mau sakit terus," kata Alda ngawur. Alfa hanya tertawa. "Dan lagi dia dari Blitar, kalau pulang kampung kita bisa satu kereta!" ucap Alda girang. "Jangan bilang kamu naksir dia?" kata Alfa. "Sudah jelas! Ini love at the first side." Alda sangat yakin. Alfa tertawa sambil menggeleng-geleng. "Mana ada love at the first side, itu cuma ada di novel." "Oh iya, Alfa, ayo kita ikut UKM." Alda tampak semangat. Alfa terpegun. Sahabatnya yang bahkan tidak pernah ikut kegiatan ekstrakulikuler apa-apa saat SMA ini mengajaknya ikut UKM? Serius nih? Tapi Alfa segera mengerti arah pembicaraan Alda. "Cowok itu ikut UKM juga ya? Kamu mau ikut UKM yang sama dengannya, kan? UKM apa?" Alda mengangguk dengan mantap. "KSR! Pendaftarannya nanti sore pulang kuliah, ikut ya, Fa, ikut ya, kamu cantik deh!" Alda merayu-rayu sahabat baiknya itu. Alfa menyengih saja. Dia paling tidak kuat dengan rayuan gombal Alda. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN