UKM

1124 Kata
Sore itu setelah menyelesaikan seluruh kelas, Alda dan Alfa menuju belakang gedung fakultas kebidanan tempat di mana pendaftaran UKM KSR di adakan. Tempat itu ramai sekali sekarang karena anggota UKM sedang melakukan demo CPR. Alda celigukan mencari sosok seorang cowok di antara kerumunan orang itu yaitu Gama. Dia lalu menemukan Gama yang sedang berdiri di pinggir lapangan sambil mengobrol bersama seorang bapak-bapak. Alda langsung menyenggol sikut Alfa. "Tuh dia orangnya, Fa," kata Alda. Alfa memandang ke arah cowok keren itu dan mengerutkan kening lagi. Rasanya cowok ini memang familiar, di mana ya dia pernah melihatnya? Alda menggeret Alfa mendekati cowok itu dan menyapanya. "Gama." Gama dan Galang menoleh. Gama membelalak  saat melihat Alda berjalan mendekatinya dengan menggandeng Alfa! Gama menoleh ke kanan dan kiri, tapi tidak ada celah baginya untuk kabur apalagi bersembunyi karena Alda telah memanggil namanya. Sementara Galang tampak terpesona saat melihat kecantikan Alda. Kedua gadis itu sampai di hadapan kedua cowok itu. Gama tak sempat melarikan diri lagi. "H-hai," kata Gama salah tingkah. Galang masih terperangah kemudian berbisik pada Gama. "Siapa cewek cantik ini?" Gama berusaha bersikap biasa lalu mengenalkan Galang pada Alda. "Oh ... iya, Alda, kenalkan ini teman sekelas Saya Galang." Alda dan Alfa memandang Galang tak percaya lalu memelototinya dari atas sampai bawah. Awalnya mereka mengira nih orang dosen atau professor, atau staf kampus atau satpam karena badannya yang besar dan wajahnya yang boros. "Teman sekelas?!" "Ya, gue teman sekelas Gama, kenalkan nama gue Galang." Dengan percaya diri cowok itu mengulurkan tangannya. Dengan tersenyum garing bergantian kedua gadis itu membalas jabat tangan Galang dan mengenalkan diri mereka. "Alda." "Alfa." Lalu Alda pun mengenalkan Alfa pada Gama. "Kenalkan ini sahabatku dari SMA Gama, Alfa." Alfa mengulurkan tangannya pada Gama sambil tersenyum dan memperkenalkan dirinya. "Alfa." Gama agak gugup tapi berusaha tersenyum lalu balas menjabat tangan Alfa dan memperkenalkan dirinya juga. "Gama." "Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kamu keliatan familiar," tanya Alfa. Gama melotot. "Belum! Sama sekali belum pernah!" elak Gama sambil berusaha tertawa. Alda melihat ekspresi sahabatnya itu dengan saksama. Kata-kata biasa yang diucapkan Alfa bagi Alda terdengar seperti rayuan gombal dan upaya untuk menarik perhatian, masak sih Alfa yang lugu dan belum pernah pacaran ini begitu ... Sementara Galang senyum-senyum karena melihat Alfa dan Gama yang masih berpegangan tangan. "Salamannya sebentar aja dong, jangan lama-lama bukan mukhrim." Galang mengingatkan. Gama langsung sadar dan melepaskan tangannya dengan salah tingkah begitu pula dengan Alfa. "Selamat sore semuanya." Terdengar salam dari salah seorang cowok yang mengenakan seragam KSR dan berkacamata yang berdiri di tengah lapangan. "Kenalkan namaku Yunus. Terima kasih karena kalian sudah meluangkan waktu untuk datang ke sini. Sore ini kami akan memperagakan CPR pada kalian." Cowok itu memperkenalkan dirinya. Dia kemudian duduk di sebelah pantum CPR yang ada di bawahnya. Semua mahasiswa yang ada di sana berjalan mendekat agar mereka bisa melihat peragaan CPR itu. "Ada tiga prinsip utama dalam melakukan CPR yaitu CAB, C adalah circulation, A adalah airway dan B adalah breathing, beberapa dari kalian yang dulu pernah ikut PMR mungkin tahu bahwa dulu urutannya adalah ABC, tapi belakangan America medical association menggantinya menjadi CAB," kata cowok itu panjang lebar. Gama dan Alfa yang waktu SMA ikut PMR mengangguk dan mendengarkan kuliah singkat Yunus dengan serius. "Pertama-tama saat kalian menemukan korban dalam posisi seperti ini, dalam keadaan tak sadarkan diri, kalian Harus melakukan tes respon ASNT. Awas-Suara-Nyeri-Tak Respon, Awas dan suara dilakukan bersamaan. Kita menepuk bahu korban seperti ini." Yunus menepuk bahu pantum dengan kedua tangannya dua kali sambil berkata. "Pak, Pak." "Saat membangunkan korban seperti ini, wajah kita harus di depan korban dengan posisi tegak lurus. Nggak boleh di samping kanannya atau samping kirinya. Ada yang tahu kenapa?" tanya Yunus. Gama mengangkat tangannya. Semua orang langsung menoleh padanya. "Ya, silahkan cowok keren berbaju kotak-kotak," ucap Yunus. Gama tersenyum mendengar pujian seniornya itu. "Untuk menghindari korban menoleh saat mendengar suara kita, karena dikawatirkan korban mempunyai cedera pada leher, yang akan semakin parah jika dia sampai menoleh," jawab Gama. "Perfect!" puji Yunus. Semua orang langsung ber-oh dan memandang ke arah Gama dengan kagum, ternyata cowok ini nggak Cuma ganteng. "Cedera pada daerah leher sangat berbahaya, karena pada leher ada banyak sel saraf dan pembuluh darah. Satu gerakan saja bisa menimbulkan kematian," ucap Yunus dengan ekspresi seram. Semua orang yang ada di sana tampak terkejut dan ber-oh. Alda juga terkejut sambil menutup mulutnya. "Untuk itu, saat melakukan tes respon, wajah kita harus tegak lurus dengan wajah korban seperti ini." Yunus mempraktekan gerakan AS. "Lalu tes respon yang ketiga adalah N, nyeri, kita bisa mencubit korban untuk membangunkannya. Seandainya korban ini pura-pura pingsan, dia masih bisa menahan sakit kalau dicubit. Ada satu tes nyeri yang luar biasa sakit dan orang pasti nggak akan bisa berpura-pura, ada yang tahu?" tanya Yunus lagi. "Tusuk jarum aje!" celoteh Galang. Semua orang langsung tertawa. "Ide yang bagus, tapi jangan dilakukan. Ada aide lain?" Gama mengangkat tangannya lagi. "Ya, silakan cowok keren." "Tekan px-nya?" kata Gama. "Perfect! Px atau procesus xymfoideus adalah tempat yang sangat nyeri bila ditekan. Tekan px dengan tangan dikepalkan seperti ini." Yunus kembali memperagakan tes respon nyeri. "Jika setelah tes respon korban tetap nggak bergeming maka di simpulkan T, Tak respon lalu segera kita lakukan head thin chin leave. Tekan dagu angkat dahi sambil melakukan panggilan darurat ke 119. Kita dengarkan suara napas lima detik. Jika negatif buka jalan napas jika ada sumbatan bersihkan. Cek nadi pada arteri karotis, jika negatif baru lakukan CPR. Kompresi tiga puluh kali dengan tekanan enam puluh sampai tujuh puluh sentimeter air banding dua tiupan selama lima siklus sambil terus melihat reaksi korban. Jika korban sadar atau bernapas spontan, hentikan CPR. Jika nggak ulangi sampai dua belas siklus atau sampai bantuan datang, ada yang mau mencoba?" Gama mengangkat tangannya lagi. "Oh, si cowok keren, silakan lakukan lima siklus saja, Bro," ucap Yunus. Gama menghampri Yunus kemudian mempraktikan CPR. Semua orang mengawasinya dengan takjub. Jangan-jangan Gama seorang dokter professional! Teknik CPR-nya benar-benar sempurna. Alda ternganga, rasa cintanya jadi makin besar, sedangkan Alfa mau tak mau ikut kagum juga. "Wow, perfect, apa kamu benar-benar mahasiswa baru?" ucap Yunus tak percaya sambil mengacungkan dua jempolnya untuk Gama. Gama tersenyum saja. "Saya sudah pernah melakukan CPR pada korban sungguhan," akunya. "Oh ya? Cool! Lalu bagaimana korbannya selamat?" tanya Yunus. Gama tersenyum miris. "Sayangnya tidak, saat itu saya masih SMA," ujarnya tampak sedih. Yunus menepuk punggung Gama dengan bangga. "Kamu sudah berjuang, Bro!" Gama tersenyum. Semua orang kini memandangnya dengan tatapan berbeda. Gama jadi tampak semakin keren karena kemampuan CPR-nya apalagi dia sudah pernah menolong korban sungguhan walau tak berhasil. "Oke, cukup untuk demo hari ini, untuk yang ingin mendapatkan pengetahuan lebih silahkan bergabung dengan KSR. Kami membuka sesi latihan setiap hari Senin dan Kamis di sini. Siapa saja dan dari fakultas mana pun boleh bergabung." Yunus mengakhiri demo CPR. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN