Munculnya Masa lalu

879 Kata
Hafidz masih terdiam, menatap punggung istrinya yang membawa Ummi serta seseorang di masa lalunya masuk, tak bisa dipungkiri rasa, getaran tak menentu didadanya masih ada sama seperti dulu, apa ia masih ada rasa? Tidak! Ini jangan terjadi, ingat Hafidz sudah ada Niswah disisimu batinnya. "Mas, ngapain? Gak mau masuk?" Hafidz tersenyum menyembunyikan kegugupannya, belum saatnya Niswah tau semua. "Mas disini dulu temani Mbak Lia dan Ummi." "Kamu mau ngapain, Nis? Kalau mau memasak Mbak ikut." bukan tanpa alasan Lia ikut Niswah, Lia tidak ingin Umminya Niswah curiga melihat gelagatnya yang kurang nyaman. "Kita masak yang simple aja ya Mbak, takut keburu lapar Mas Hafidz dan Ummi." "Yasudah! Gak papa, jadi mau masak apa?" "Ayam kecap aja Mbak kesukaan Mas Hafidz." Syilia hanya ber-oh, dalam pikirannya mengapa Hafidz bisa menikah dengan Niswah? Dengan ragu akhirnya ia membuka suara. "Nis, Mbak boleh bertanya?" "Boleh Mbak, mau nanya apa?" "Kamu kenal Hafidz dari mana?" "Oh... Kami dijodohkan, Mbak." "Dijodohkan?" "Iya, jadi awalnya Abi dengan Abinya Mas Hafidz itu teman lama, terus buat janji gitu, dulu juga Mas Hafidz sempat batalin ta'aruf Mbak, tapi entah mengapa Mas Hafidz tetap melanjutkan." "Terus kamu cinta sama Hafidz." "Awalnya sih enggak Mbak, tapi cinta ada karna terbiasa." "Hafidz juga?" "Hanya Allah yang tau, Mbak." Syilia terdiam, adakah kesempatannya untuk bersama Hafidz? Masih cintakah Hafidz kepadanya? Ini harus diperjelas, awalnya Syilia menyangkah Hafidz belum menikah ternyata sudah dan parahnya bersama keponakannya sendiri, ia tak peduli jika ini akan membuat Niswah sakit, ijinkan ia egois untuk kali ini saja, ia ingin mengambil apa yang seharusnya ia miliki. Karna asik cerita, Niswah yang sedang memotong bawang tak sadar bahwa mata pisau telah menyayat jarinya. "Aws-s ...." ringisnya, membuat Syilia kaget dan panik melihat darah segar yang mengalir, ketika hendak meraih tangan Niswah, sebuah tangan menarik duluan dan membalut luka Niswah dengan baju yang ia koyak, Syilia yang melihat Hafidz begitu panik hanya tersenyum miris, seharusnya ia yang ada diposisi itu. "Mbak aku tidak apa-apa jangan menangis." ucap Niswah yang kaget melihat Syilia menangis, sedangkan Hafidz baru sadar jika disana ada Syilia yang memandangnya dengan sendu, Syilia melihat semuanya, tiba-tiba rasa bersalah muncul dalam benak Hafidz. sebenarnya apa yang dimau hatiku? Kadang ingin membenci, kadang ingin memiliki. Hafidz langsung mengenyahkan segala pikirannya, ia masih menatap Niswah dengan pandangan kosong meskipun tangannya tetap membalut luka Niswah, Niswah yang sadar perubahan sifat Hafidz ketika Ummi dan Syilia tiba merasa heran. "Mas!" "Mas!" Niswah menatap Hafidz lama, sedangkan yang digarap masih berada pada dunia khayalannya. "Aw-s, ... sakit Niswah!" "Mas, habis ngelamuni apa sih? Sampai Niswah manggil gak disahuti." "Gak ada, tadi Mas mikirin pekerjaan." Niswah hanya ber oh, menurutnya itu masuk akal melihat jadwal Hafidz yang tak ada habisnya, terkadang Niswah meringis melihat Hafidz lebih banyak waktu bersama laptop dan berkas dari pada bersamanya, hingga pernah suatu hari Niswah dibuat sangat kesal oleh Hafidz, dan sebagai ganjarannya laptop Hafidz disita seharian. "Nah, sekarang kamu yang melamun." Niswah hanya menatap Hafidz, ada apa dengan suaminya? Sifatnya seperti sedang di paksakan, tidak ada ketulusan dalam senyumnya. Hafidz yang ditatap seperti itu hanya diam, dalam hati ia berharap agar Niswah tidak bertanya apa-apa padanya karena kadar kepekaan Niswah sangatlah tinggi. "Mas, Ada masalah ya?" Nah baru saja Hafidz mengatakan sekarang Niswah sudah tau jika Hafidz ada masalah. "Masalah kantor, mungkin nanti malam Mas lembur." Lebih baik menghindar batin Hafidz, sedangkan Syilia menatap punggung Hafidz, apakah ini salah satu cara Hafidz menghindarinya. Ketika Hafidz berbalik, pandangannya bertemu dengan mata coklat Syilia, Hafidz dapat melihat kerapuhan didalamnya. Tapi apa yang bisa ia perbuat, tak mungkin ia menguatkan Syilia di depan Niswah, yang ada akan terjadi kesalahpahaman yang berujung perpisahan, tidak! Bagaimanapun caranya pernikahannya tak akan kandas. Syilia memutuskan kontak mata dengan Hafidz, dalam hati ia bersumpah akan merebut apa yang seharusnya ia miliki, katakan ia egois, namun ia bisa apa ketika tuhan menakdirkannya jatuh cinta pada sosok Hafidz, bukan kah cinta harus di perjuangkan? begitu pula Syilia yang akan memperjuangkan cintanya. Hafidz memutuskan bersiap hendak ke kantor, dengan setelan jas formalnya, ia menghampiri Niswah menyodorkan dasi, Niswah hanya tertawa suaminya ini sangat manja dasi saja harus di pakaikan, hal ini telah menjadi rutinitas Niswah ketika pagi menyapa. Hafidz menatap wajah Niswah yang sangat dekat dengannya, tak ada getaran seperti yang ia rasakan ketika bersama Syilia, tapi hanya ada rasa nyaman di samping Niswah. "Mas, serem banget liatinnya." Hafidz tak menjawab, ia hanya memeluk pinggang Niswah posesif, membawanya kedalam dekapan hangat. "Mas, kenapa?" "Gak kenapa-napa!" "Tumben manja." "Sama istri sendiri sah-sah aja." Niswah hanya dia tak berkomentar , tangan nya sibuk merapikan penampilan Hafidz, Hafidz hanya tersenyum, apa yang kurang dari diri Niswah? Sanggupkah dia jika Niswah tau lalu meninggalkannya! Hafidz tak mau sampai itu terjadi. 'Aku tak ingin berpisah dengan istri kecilku.' Hafidz akan mempertahankan pernikahannya, meskipun kelak badai prahara akan datang. Hafidz mencium kening Niswah lama, menyalurkan rasa khawatir yang menimpah hatinya, Syilia? Dia masih melihat bagaimana Hafidz merengkuh Niswah posesif seolah ingin menunjukkan pada dunia bahwa Niswah miliknya. 'Akan aku ambil yang menjadi hak ku.' Setelahnya Syilia meninggalkan Dapur dengan air mata yang tak mampu ia bendung lagi. Hafidz menyadari itu, namun ia seakan tidak peduli padahal hatinya ingin menenangkan Syilia saat itu juga. Semua menjadi rumit hanya karna masa lalu. Hafidz memejamkan matanya lalu berangkat ke kantor. ---------------
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN