5

1402 Kata
Keesokannya. Berlin School of Business and Innovation, Germany. ‘’Sir, anda sudah berada di sini selama satu jam. Aku pikir sebaiknya anda masuk ke dalam kelas. Lagi pula tidak biasanya anda datang secepat ini.’’ Jam menunjukkan pukul setengah delapan pagi kala Alex melirik jam yang terdapat di ponselnya. Alp menegakkan kaca mata hitam yang ia kenakan dengan tenang. Melihat arloji di tangan kiri untuk percaya bahwa ia sudah berada selama itu di sana. Menunggu layaknya orang bodoh dalam balutan setelan casual dengan kemeja berwarna biru serta bawahan hitam. Ia semakin yakin bahwa Elen benar-benar menepati janji yang diucapkan kemarin pagi. ‘’Sebenarnya siapa yang sedang anda tunggu? Katakan, Tuan. Biar aku langsung mencari lalu menyeretnya kemari.’’ Alex menawarkan. Duduk di kursi pengemudi tanpa alasan pasti adalah hal yang paling membosankan. Sebab dia lebih senang saat Alp memerintahkannya untuk menghabisi nyawa orang ketimbang menonton Alp yang terlihat sibuk meski pria itu lebih banyak diam. ‘’Tetap di sini.’’ ‘’Anda memiliki pertemuan aliansi tiga jam lagi. Dan itu jauh lebih penting dari pada merenung di dalam mobil memandangi pergerakan mahasiswa yang lalu lalang.’’ Menyampingkan wajah ke kiri, Alp meraih pemantik api untuk menghidupkan rokok. Tak memperdulikan ocehan Alex sampai ujung dari silinder kertas yang membungkus setidaknya delapan miligram konsentrasi nikotin menyala. Setelah asap dengan banyak kandungan racun dihembuskan, barulah Alp berbicara. ‘’Alex.’’ Kembali memandangi gate kampus dari bahu jalan. Sebenarnya ia tak berniat mengikuti kuliah hari ini. ‘’Yes, Sir.’’ ‘’Kau terlalu banyak bicara.’’ Alex melipat bibir dengan senyum yang sulit ia tahan, membuat bentuk wajahnya terlihat aneh. Memiliki boss yang tak banyak bicara sebenarnya ada bagusnya. Tapi Alp menggunakan kata-kata kurang dari yang seharusnya. Menurut sumber terpercaya, laki-laki mengatakan sebanyak tujuh ribu kata dalam satu hari, sedangkan perempuan mencapai tiga kali lipatnya. Dan itu menjadikannya terlihat seperti wanita ketimbang pria. Kalau sudah seperti ini, biasanya Alp akan memanggilnya dengan sebutan Alexandria. Menyebalkan. Tidak ada tanda-tanda dari seseorang yang ia tunggu, akhirnya pria itu memberi isyarat pada orang kepercayaannya untuk segera pergi meninggalkan BSBI. Porsche 911 dark grey itu langsung melaju dengan kecepatan sedang dan berangsur-angsur tinggi. Setelah membelah jalan raya yang cukup panjang, kini mereka memasuki hutan untuk tiba di kastil milik Foster. ‘’Alex, aku ingin kau mencari tau tentang seseorang untukku.’’ ucap Alp sebelum kaki jenjangnya menginjak kerikil taman. ‘’Who, Sir?’’ ‘’Helen Scarlet Hoover. Dia berada di satu kelas yang sama denganku. Mulailah dari BSBI untuk mencarinya.’’ ‘’Seorang jalang? Apa dia cantik seperti Veronica?’’ tanyanya antusias. Veronica adalah p*****r yang terkenal memiliki paras dan tubuh yang indah. Berdarah Italia Spanyol, untuk keturunan campuran dua negara tersebut, kemolekan fisiknya tak perlu diragukan lagi. Alp dan Alex sering melihat Veronica di berbagai acara aliansi untuk menemani Don dari keluarga yang wanita itu layani. Tapi, dari banyaknya manusia yang menghadiri perhelatan tersebut, Veronica malah tertarik pada Alp yang selalu menyikapi kejalangannya dengan dingin. Hampir 99,9 % kriminal Jerman pernah mencicipi Veronica di atas tempat tidur. Tapi Alp memisahkan diri dengan menjadi bagian dari 0,1% yang tersisa. Tak heran jika Veronica sangat menginginkan Alp terlepas dari rasa penasarannya karena ketidaktertarikan Alp pada wanita itu. Pada dasarnya, seseorang yang sangat kita inginkan kebanyakan tidak menginginkan kita. Dan seseorang yang menginginkan kita, biasanya tidak kita inginkan. Begitulah cara hukum alam bekerja. Tapi, jika orang yang kita inginkan juga menginginkan kita, itu artinya yang bekerja adalah takdir dan Tuhan di atas sana. ‘’Katakan sekali lagi, maka nyawamu akan melayang.’’ jawabnya lugas kemudian keluar dari mobil. Selain sedikit bicara, Alp adalah seorang yang pemarah. Menempelkan telunjuk dan ibu jari, Alex membuat gerakan lurus ke samping membuktikan bahwa dia akan mengunci mulutnya rapat-rapat mulai detik itu juga. Karena tak ingin mati di tangan Alp, jadi ia tak mempertanyakan lagi status wanita tersebut dan membiarkan Alp turun tanpa mengajukan pertanyaan yang akan membuat gerakan pria itu terhambat. Ucapan selamat datang dari sang ibu langsung menyambutnya saat Alp memasuki kediamannya. ‘’Bagaimana? Sudah diantarkan ke store itu?’’ tanya wanita yang sedang memberi makan peliharaannya di dalam aquarium. Dua ekor piranha sedang berebut mengoyak daging pemberian Irish. Wanita itu berada dalam balutan gaun satin berwarna putih gading dengan panjang selutut. Kalung dan cincin berlian menghiasi leher dan beberapa jarinya. Penampilannya selalu elegan meski rambut coklat keemasannya ada yang berubah memutih. Namun itu semua tidak dapat menutupi betapa berkarismanya Irish dengan usia yang terbilang sudah tidak muda lagi. ‘’Aku tidak akan menampakkan diri andai tugas itu belum ku selesaikan.’’ pungkasnya setelah menduduki sofa Lawson yang nyaman dengan kaki menyilang dan satu tangan yang direntangkan secara horizontal. Mengamati apa yang dilakukan sang ibu. Alasan mengapa sang ayah memilih hutan sebagai tempat tinggal, salah satunya adalah agar dapat memelihara satwa liar yang seharusnya dilindungi namun malah dipelihara oleh Irish. Wanita itu memiliki hobi yang terbilang unik. Tiga harimau putih, dua alligator, lusinan black mamba yang didatangkan langsung dari Afrika, tujuh ekor serigala, empat macan tutul dan yang terakhir dua ekor piranha. Kefeminimannya bukanlah tolak ukur untuk tidak menjadi pecinta binatang buas. Selain ikan purba itu, semuanya diletakkan pada halaman belakang kastil. Tadinya Irish ingin memasukkannya ke danau, namun Alp menolak dengan tegas karena tak ada yang bisa menjamin dengan nasib alligator kesayangannya jika dua jenis hewan itu bertemu di satu ekosistem yang sama. ‘’Thank you, Son’’ Alp hanya menyunggingkan senyum kecil sebagai balasan. Dia suka melihat kesibukan Irish yang selalu saja betah berada di penjara mewah ini meski sang ayah tidak pernah mengurung ibunya untuk tidak boleh pergi kemana-mana. Begitupun sebaliknya. Irish mengatakan bahwa hubungan suami istri yang baik itu layaknya burung merpati. Selain setia dan tak pernah mendua, merpati selalu tau jalan untuk kembali pada pasangannya, jadi sepadat apapun mobilitas suaminya di luar sana, Irish adalah rumah untuk laki-laki itu pulang. Dan Alp pernah bertanya, kenapa malah memelihara hewan buas alih-alih menganalogikan keharmonisan dengan burung. Kenapa tidak memelihara merpati saja kalau begitu? Namun jawaban yang didapat Alp mengundang tawa seisi meja makan. Irish mengatakan untuk apa memelihara merpati jika karakter hewan itu sesungguhnya sudah ada di dalam diri. Padahal sebelum menikah dengan Irish, Theo adalah laki-laki liar yang memiliki banyak buaya betina dimana-mana. Begitulah kaum pria. Mereka tau kapan harus berhenti saat sudah menemukan wanita yang tepat. ‘’Jadi, kapan ayah kembali?’’ ‘’Besok.’’ *** Amsterdam, Holland. 10:00 LT. ‘’Alp menemui seorang gadis?’’ ‘’Yes, Sir.’’ Tenangnya air pada kanal-kanal yang membelah perkotaan tidak mampu meredamkankan emosi di diri seorang pria yang sedang menikmati lanskap ikonik dari kota terpadat di Belanda bersama kaki tangannya. Ia mengelus cincin yang tersemat di jari manis pada tangan kanannya lalu kembali mengembalikan fokus pada benda mengapung di atas perahu dari lantai tertinggi sebuah gedung. Dia sudah berada di sana sejak sepuluh menit yang lalu saat Baren mengatakan ada informasi penting yang ia bawa dari Berlin. ‘’Dia sampai menemuinya dua kali?’’ Pria bernama Baren itu berpenampilan formal dengan setelan jas berwarna navy lengkap dengan kemeja putih pada bagian terdalam. Seluruh bagian tangannya dihiasi dengan tatto terus naik hingga ke leher. Rambut coklat keemasannya memiliki potongan undercut dan piercing di seluruh daun telinga dan satu di ujung bibir. Tampilannya khas anak buah seorang mafia. Laporan yang diulang untuk memastikan kebenarannya itu membuat si penyampai berita mengangguk lemah. Ia tau bahwa semua yang disampaikan olehnya lebih terdengar seperti rumor sampah dari pada informasi terpercaya. Theo akhirnya tau bahwa Alp sudah memiliki pilihannya sendiri. Padahal menjalin hubungan tanpa persetujuannya sudah merupakan pelanggaran hukum. Memiliki seribu p*****r lebih baik dari pada memiliki satu wanita berdasarkan cinta di usia yang terbilang muda. Alp terlalu cepat mengambil keputusan untuk memulai. Saat berumur dua puluh tiga tahun, Alp baru boleh memiliki hubungan serius dengan seseorang. Setidaknya kau tidak akan kehilangan apapun saat satu jalang menghilang. Sedangkan saat kau hanya memiliki satu wanita, maka seribu p*****r pun tidak dapat menggantikan seseorang yang dicinta. Kau akan hancur dan jatuh terpuruk di lubang yang paling dalam di neraka dunia. Hubungannya dengan Alp selama ini berjalan baik sebagaimana layaknya kedekatan seorang ayah dan anak. Tapi ada kalanya Alp bertindak semaunya tanpa memikirkan aturan keluarga. Terlahir sebagai putra dari mafia berkuasa di Jerman, Alp memiliki kebebasan atas dirinya sendiri karena seorang Alpha tidak memerlukan izin untuk melakukan apapun yang menurutnya benar terlepas dari t***k bengek pasal hidup yang mengikat. ‘’Aku akan memberitahu Alex untuk mengatur jadwal pertemuan Anda dengan Tuan Alp jika sekembalinya kita ke Berlin besok—‘’ ‘’Baren.’’ ‘’Yes, Sir.’’ ‘’Siapkan penerbanganku ke Berlin satu jam lagi. Kita akan kembali hari ini.’’
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN