"Ka-kamu jangan bo-bohongin Mama, Bel! Ja-jangan main-main kamu!" Yuni menopang tubuhnya dengan dua tangannya. Hampir saja ia jatuh ke lantai karena rasa terkejutnya yang luar biasa. Ia berharap, Belinda hanya sedang mengerjainya. "Sungguh, Ma! Hari ini aku hina dia di depan teman-teman kantor, rupanya hari ini Pak Nyoman, bossku membuat pengakuan! Serasa habis nafasku, Ma!" teriak Belinda menangis histeris. Kedua tangan Yuni menopang dadanya karena ia merasa jantungnya tidak aman. Rasanya, udara di rumah itu berubah seperti duri yang terasa sakit saat dihirup. Yuni menggeleng-geleng. Sudah pucat basi wajah tuanya. "Ini Ma, buktinya!" Belinda mengeluarkan ponsel dan membuka web kantornya. Ia menunjukkan pemangku jajaran jabatan di sana. Sempurna, posisi ke-dua di bawah foto Hadi Pr

