"Mama adalah wanita yang sangat beruntung karena mendapatkan Papa sebagai suaminya. Semoga jodohku nanti seperti Papa," desis Belinda dengan suara parau. "Aamiin. Perbaiki dirimu, InsyaAllah kamu akan mendapatkan jodoh yang terbaik, Bel!" "Papa siapkan makan malam untuk kalian. Tunggu ya!" lanjut Imron sumringah. Setelah berbicara empat mata secara dalam dengan anak gadisnya, Imron meninggalkan kedua wanita kesayangannya itu. Jauh dalam hati, dia cukup bersedih karena keegoisan dan matrelistis istri dan anaknya, ia tak jadi bermenantukan seorang CEO. Esok hari, pukul 11.00 siang. Tok! Tok! Belinda yang izin libur sehari karena kondisi kesehatan, agak terperanjat. Ia sedang menemani ibunya yang masih lemah tapi sudah sadar sepenuhnya. "Siapa itu, Bel?" tanya Yuni sembari meni

