1. Kehilangan mahkota
Helena mengerjapkan mata setelah sadar. Gelap gulita. Ia mulai menyadari ada yang aneh di sekitarnya. Ia mendengar suara seorang pria di dalam ruangan gelap tersebut. Tunggu?! Apa yang telah terjadi padanya?
Helena mulai berpikir apa yang telah terjadi. Akan tetapi, ia sama sekali tidak mengingatnya. Yang ia ingat hanyalah pulang dari kantornya dan tiba-tiba ada seseorang yang menariknya ke dalam mobil hitam misterius.
"Tolong! Siapa di sana? Tolong lepaskan aku!" Teriak Helena yang matanya ditutup dengan sebuah kain, dan kedua tangannya diikat dengan tali.
Jack yang melihat lelehan bening membasahi kain penutup mata gadis itu langsung tersenyum smirk, dan semakin mendekatkan dirinya, pada wanita yang terlentang di atas kasur tersebut.
"Ck, dari mana Baron mendapatkan kucing liar ini," decak Jack yang heran saat melihat wanita yang ia pesan berbeda dari biasanya. Bahkan kali ini ia meremehkan kinerja Baron sebagai asistennya.
“Apa yang akan kau lakukan! Cepat lepaskan aku! Apa kau tuli?!” bentak Helena yang berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan tersebut.
Mendengar wanita itu terus berteriak, Jack pun melayangkan sebuah tamparan keras di pipi gadis tersebut.
Wanita itu meringis, merasakan pipinya yang panas. Bahkan sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.
"Dasar kucing liar! Apa kau tidak pernah diajari oleh bosmu saat melayani pelanggan?" Geram Jack yang kemudian melepaskan penutup mata yang dikenakan oleh Helena.
"S-sakit... Tolong lepaskan aku," ringisnya sambil memohon. Ruangan yang gelap tak mampu membuat indra penglihatan Helena menjadi jelas. Wanita itu hanya melihat siluet bayangan pria bertubuh besar yang tengah mengukung tubuhnya.
Namun, bukan Jack namanya jika ia melepaskan tawanannya begitu saja. Justru pria itu merobek pakaian atas yang dikenakan oleh Helena. Sehingga membuat wanita itu ketakutan. Bahkan ia tak bisa menutupi gunung himalaya yang hampir longsor di terjang topan.
“Hentikan! Aku mohon hentikan! Aku tidak tahu apa yang telah terjadi. Jadi ku mohon hentikan dan lepaskan aku!” teriak Helena histeris. Ia tidak ingin lebih hancur lagi saat pria asing yang ada di hadapannya mencuri mahkota paling berharga dalam hidupnya.
"Sayangnya, aku tidak akan pernah melepaskan mangsaku dengan mudah. Kau pikir, kau bisa lepas setelah mengatakan hal itu? Dasar bodoh,” desis Jack sambil terus menjamah tubuh Helena.
Tanpa menunggu lama lagi, Jack akhirnya dapat menjelajahi gunung himalaya indah tersebut tanpa hambatan. Meskipun terkadang banyak rintangan, tetapi ia bisa menyingkirkannya dengan sangat mudah. Tak hanya gunung himalaya, tapi juga hutan belantara yang terdapat danau yang dalam, sedalam Palung Mariana.
Jack yang bergerak cepat, sudah bercucur keringat kepuasan. Dengan tersenyum penuh kepuasan ia layangkan pada seorang wanita yang berada dalam kungkungannya.
Jack menatap gadis itu dengan tatapan mengejek. Wanita itu hanya meringis kesakitan. Tak ada nikmat yang ia rasakan, karena Jack melakukannya dengan sangat kasar penuh dengan kekerasan.
Helena tak lagi memikirkan hidupnya yang sudah hancur, oleh pria asing yang tak pernah ia ketahui asal usulnya.
Ia hanya ingin hal ini cepat berlalu dan ingin segera menyelesaikannya. Helena sungguh muak mendengar desahan pria itu yang begitu menjijikkan di telinganya.
Bahkan Jack sangat menikmati permainannya, sampai mengeluarkan suara yang membuat Helena benci pada tubuhnya sendiri.
"Kenapa kau terus menangis? Nikmatilah permainanku ini. Bukankah pekerjaanmu untuk memuaskan pelanggan?" Bisik Jack tepat di telinga Helena yang membuat gadis itu terus mengalikan wajahnya ke arah lain.
“Kau sangat nikmat, jallang. Apa ini salah satu kelebihan mu,” ucap Jack yang terus mengayunkan pinggulnya dengan cepat, sambil mengeluarkan suara yang terdengar sangat menjijikan di telinga Helena. Namun, Helena hanya dapat memalingkan wajahnya sambil menggigit bibir bawahnya.
Kini bukan hanya hatinya yang hancur, tapi tubuhnya juga sudah ternodai oleh pria asing yang tak punya hati dan moral itu.
‘Aku bersumpah pada diriku sendiri, akan membalaskan rasa sakit ini padamu. Siapapun kamu, aku tidak akan pernah memaafkan mu,’ batin Helena sambil memejamkan matanya. Kini ia benar-benar merasa jijik dengan tubuhnya sendiri. Cara Jack yang kasar, membuat ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
“Kau sangat sempit,” ucap Jack yang kini mulai mengayunkan pinggulnya secara perlahan. Dapat ia tebak, jika Jack sangat menikmati permainan itu.
"Sakit ... tolong lepaskan aku. Aku mohon lepaskan,” ringis Helena sambil terisak saat Jack memulai dengan kasar kembali.
Tanpa aba-aba, Jack melayangkan lima jarinya tepat di bokongnya.
Bahkan, Jack pun memukul dua buah melon yang ada di depannya itu dengan sangat keras, membuat Helena meringis sakit dan langsung diam karena ketakutan.
“Jika kau masih banyak bicara, aku tidak akan segan melakukannya dengan cara yang lebih kasar daripada ini,” ucap Jack memperingati tanpa menghentikan ayunannya.
Jack sudah sampai pada puncak titik kenikmatannya, dan mengeluarkan bisa ular cobra miliknya di dalam sana.
“Cih! ternyata kau masih gadis. Tapi bagus juga, karena aku tidak memakai bekas orang lain. Meskipun ini masih terlalu menjijikkan. Jangan pikir kau akan aku lepaskan setelah ini. Aku akan membuat mu merasakan kenikmatan yang sesungguhnya,” ucap Jack berdecak.
Pria itu langsung memakai kembali pakaiannya dan keluar dari sana. Tak lupa juga ia melepaskan ikatan tangan Helena sebelum pergi.
Helena bangkit duduk dan memakai kembali segitiga bermuda-nya sambil terus menangis, tapi ia tidak bisa memakai beha-nya untuk menutupi dua buah melon besar yang terpampang jelas di depan sana. Apalagi isi dari dalam beha itu hampir menyembul keluar karena besar dan sintal.
Di sisi lain, setelah Jack keluar dari hotel tersebut, Baron datang untuk menjemput sang bos. Seolah pria itu tahu, bahwa permainan Jack sudah selesai.
“Apa kau sudah selesai dengan tugasmu?” tanya Jack dengan dingin. Rasanya suasana itu terasa mencekam.
“Sudah Bos. Saya sudah membereskan semua serangga yang menghalangi rencana anda,” jawab Baron tak kalah tegas.
"Bagus, kau melakukan yang terbaik. Setelah ini selidiki keluarga Marley!" Jack memberikan perintah baru pada sang asisten.
"Sepupu anda?" Tanya Baron untuk meyakinkan. Sebenarnya ia tidak heran jika permusuhan antara bos dan sepupunya sangatlah sengit. Mengingat mereka adalah calon kandidat pewaris perusahaan keluarga kakeknya.
"Tentu saja. Ngomong-ngomong, dari mana kau mendapatkan kucing liar itu?" Tanya Jack penasaran.
"Saya meminta anak buah saya untuk mencarinya bos. Maaf karena tadi saya mengurus masalah kecil." Sebenarnya Baron ragu untuk menjawab menjawabnya, karena ia takut anak buahnya itu tidak mengerti selera sang bos.
"Pantas saja mereka tidak becus mencarinya," ucap Jack dengan kesal. Nafas Baron seakan tertahan setelah mendengar decakan dari kursi belakang. Apa yang ia takutkan telah terjadi.
"M-memang apa yang terjadi, bos?" Tanya Baron dengan gugup.
"Gadis itu masih virgin dan selalu menangis selama aku menikmati tubuhnya. Apa kau sudah memberinya bayaran?"
"Saya sudah menyiapkan cek di kamar hotel tersebut bos. Dia pasti akan mengerti."
***
Di sisi lain, Helena yang masih ada di dalam kamar hotel tersebut, tak karuan penampilannya. Wanita itu memakai kembali pakaiannya yang robek di beberapa bagian.
Saat ia keluar dari sana, ia menemukan sebuah cek yang tergeletak di atas meja. Hati Helena kembali mendidih dan langsung merobek cek tersebut tanpa melihat nama yang tertera di sana.
"Kurang ajar! Aku tidak akan pernah memaafkan b******n itu!"