ADNAN DAN AILEENA | 13

1801 Kata

    Tiga bulan hampir berlalu, kehidupan Adnan begitu-begitu saja bahkan tingkat kegilaannya sudah ada di tingkat tidak tertolong. Pagi ini Adnan sibuk dengan rutinitasnnya sebagai bapak rumah tangga yang sangat mencintai perabotan mahal milik istrinya.     Aileena sudah mengabarkan akan sampai besok sore di Jakarta, hal itu membuat Adnan semakin bersemangat. Dia tidak ingin Aileena mengamuk hanya karena melihat ada setitik debu yang hinggap tanpa dosa di guci mahalnya.     “Guci terus yang gue elus-elus, Aileena-nya kapan?” celetuk Adnan ketika dia selesai membersihkan guci Aileena yang ada di sudut ruangan. Adnan bahkan berdecak kagum melihat guci itu sudah berkilau bagaikan mutiara dari laut dalam.     “Kapan? Apanya? Apa…apa…apanya dong...apanya dong. Dong…dong!” Adnan mulai bernyan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN