Carol memasuki rumah yang tampak gelap hanya ada cahaya dari luar yang masuk melalui kaca jendela, waktu kini menunjukkan pukul 9 malam. Mengunci pintu utamanya dia pun berjalan gontai ke arah sofa ruang tamu nya, duduk di atas sofa tanpa menyalakan lampu dia kembali merogoh tas mencari ponselnya untuk menghubungi Mike. Dia baru terpikirkan untuk menghubungi sang suami, mungkin saja itu hanya tipuan dan bukan suami nya yang di sana.
Carol mulai mencari nomor suaminya yang ada di daftar kontak hp nya saat menemukan nya diapun dengan segera menelpon nomor Mike, bunyi tersambung beberapa saat kemudian namun belum juga ada yang menjawab. Hati Carol pun kembali meringis membayangkan Mike yang berada di dalam foto tersebut, air matanya mulai menganak sungai saat ini.
"Mike... tolong angkat teleponya..." Carol mulai menangis mengeluarkan suara, untuk yang ke sekian kalinya telepon dari Carol tak di jawab sama sekali. Carol sudah mencoba menghubungi nomor yang tadi mengiriminya foto, namun nomor tersebut sudah di non aktifkan dan tak dapat di hubungi lagi.
Carol pun pasrah dan tak lagi berusaha menghubungi Mike, tangannya yang memegang ponsel pun menjatuhkannya ke lantai. Matanya kini terpejam tetapi air matanya masih tetap mengalir di kedua pipinya, memikirkan apa yang sudah di perbuat olehnya sehingga dia mendapat ganjaran seperti ini. Masalah datang beruntun akhir akhir ini, baru saja dia berfikir untuk menyelesaikan masalah dengan ibu mertuanya namun kini datang masalah yang sangat besar lagi padanya.
Ponsel Carol berbunyi menandakan ada pesan untuknya, dia pun membuka matanya mengerjap sejenak karena terlalu lelah dia pun tertidur saat menangis tadi. Mencari ponselnya yang tadi berbunyi, dia pun mencoba mengingat di mana hp nya terjatuh tadi. Saat mendapatkan ponselnya dia pun membuka pesan tersebut, sebuah pesan tanpa nama "Jika kau ingin melihat suami mu berselingkuh, maka datang lah ke hotel xx kamar sekian dia sedang ada di sana" hanya itu bunyi pesan tersebut. Kembali Carol mencoba menelpon nomor yang mengirim pesan, dan ternyata sudah non aktif lagi. Tak membuang waktu lagi, Carol segera keluar dari rumah membawa tas tangannya dan berjalan ke jalan raya. Jalanan sudah tampak sepi dengan beberapa kendaraan yang melewatinya, Carol melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 12.35.
Mengarahkan pandangan nya mencari taxi namun belum ada satu pun taxi yang lewat, ini merupakan jam istirahat. Pasti sangat sulit mencari taxi, namun dia ingin tetap ke sana bagaimana pun caranya. Akhirnya dengan berat dia menelpon Rico teman Mike untuk membantunya, dengan cepat dia mengeluarkan ponselnya kembali dan menelpon Rico tak lama nada sambungan menunggu.
"Halo Rico" akhirnya Rico menjawab panggilan teleponnya setelah beberapa saat berbunyi, dia sungguh merasa tak enak kepada Rico karena sudah mengganggu waktu tidurnya malam ini.
"Ada apa Carol, kenapa menghubungiku selarut ini?" tanya Rico dengan nada khawatir
"Rico a-apa kau bisa membantu ku, aku tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi selain dirimu" sesegukan suara Carol pun terdengar, karena air mata nya yang mulai berderai turun tanpa bisa di cegah
"Hei, ada apa dengan mu. Kau perlu bantuan apa?" tanya Rico panik mendengar suara Carol seperti sedang menangis
"Aku,, aku berada di jalan, aku mau pergi menemui Mike. Tapi tak ada taxi di sini, aku tak tahu harus bagaimana apa kau bisa membawaku ke sana?" memandang kekiri dan ke kanan melihat sekitar nya yang begitu sepi
"Baiklah, baik kau tenang dulu Carol dan katakan padaku kau sedang dimana sekarang. Aku akan kesana sekarang juga" Rico menenangkan Carol yang terdengar panik di seberang sana
"Aku berada di jalan raya di depan komplek rumah ku, aku akan menunggumu Rico" menjelaskan tempat dia berada saat ini, Carol pun mematikan ponsel nya saat Rico mengatakan dia sudah dalam perjalanan.
Beberapa saat kemudian Rico pun datang, dengan cepat dia membuka pintu mobilnya dan melihat Carol yang berjongkok di tepi jalan dengan memeluk kedua lututnya. Rico menyampirkan jaketnya ke bahu Carol yang hanya memakai kemeja, ini sudah tangah malam cuaca pun semakin dingin. Melihat Carol seperti ini, nantinya sedikit teriris. Entah apa yang terjadi dengan rumah tangga sahabatnya ini.
"Rico..." suara Carol bergetar
"Masuklah ke dalam mobil dahulu, di luar sangat dingin" Rico membuka kan pintu mobil untuk Carol
Didalam mobil Carol pun menceritakan tentang apa yang terjadi dan menunjukkan foto Mike dengan seorang wanita, Rico pun mnggenggam erat kemudi mobil. Dia pun merasa sangat geram saat ini kepada Mike, namun dia mencoba menutupinya dan memilih menenangkan Carol karena dia lebih perlu untuk di tenangkan daripada menaikkan amarahnya. Tak membuang banyak waktu lagi, dia pun mengarahkan mobilnya menuju alamat yang telah di beri tahu Carol tadi.
"Tenang lah Carol biar nanti saat kau sudah lihat sendiri baru hukumlah dia, hukum dia sesuai keinginanmu akupun sebagi seorang sahabat tak dapat melarangmu menghukumnya jika memang dia bersalah padamu" suara Rico memecah keheningan, Carol hanya mengangguk
Sampai di hotel mereka segera menuju resepsionis untuk menanyakan nomor kamar yang di ketahui, seorang resepsionis menelpon ke ruangan tersebut tanpa sepengetahuan Carol dan Rico. Saat mendapat persetujuan dari pemilik kamar, resepsionis pun langsung memberi tahu dimana letak lantai kamar tersebut. Carol tampak pucat saat ini, kegugupan nya memuncak hingga kedua tangannya sudah basah di sana.
Mereka sudah berada di dalam lift sekarang ini, segala pikiran buruk sudah keluar dari kepalanya. Ingatan nya saat di pagi hari bersama Mike pun keluar hingga air mata nya kembali mengalir, Rico yang melihat Carol menangis langsung menepuk pelan punggung Carol. Carol sudah seperti adik baginya, sudah 8 tahun mereka bekerja bersama suka duka yang Carol rasakan dia selalu tahu. Saat ini pun dia tahu bagaimana perasaan wanita tersebut, pastilah sangat hancur apalagi jika benar Mike berada di dalam kamar itu bersama wanita lain diapun bingung harus bagaimana menghadapi Carol nanti.
Sampai di lantai yang mereka tuju Carol bergegas melangkah keluar dari lift, mencari nomor kamar nya dengan cepat hingga akhirnya dia menemukan nomor yang tertera di pesan masuk ponselnya. Carol menatap Rico dan menarik nafas mengangkat tangan mengetuk pintu, namun tangan nya di tahan oleh Rico.
"Apa kau sudah siap Carol, apapun yang terjadi di dalam kau harus tetap kuat. mengerti!" memegang kedua bahu Carol untuk menguatkan nya, walaupun yang di dalam adalah sahabatnya tetapi Carol juga bawahannya yang harus tetap di jaga olehnya.
"Aku sudah siap Rico, apapun yang terjadi" memantapkan hati dan mengetuk pintu, sejenak menunggu seseorang membukakan pintu. Tak terdengar pintu akan di buka Carol pun akan mengetuk lagi, namun tiba tiba pintu dibuka oleh seorang gadis.
"Jeniver,,, " Carol dan Rico bersamaan menyebut nama nya, Carol menatap heran kepada Jeniver sesaat. Namun Rico melihat kebelakang gadis tersebut ada seseorang di dalam nya sedang berbaring di kasur.
"Minggir Jen, aku mau masuk" Rico menggeser Jeniver agar dia bisa masuk, seketika itu juga mereka bertiga sudah masuk ke dalam. Rico dengan cepat memutar ke sisi lain kasur untuk melihat wajah sang pria, betapa kagetnya Rico saat melihat bahwa benar info yang di dapat Carol tadi. Mike berbaring di kasur tersebut, sedang tidur dengan lelap tanpa memakai busana dan hanya menggunakan sehelai selimut.
Carol yang mengikuti langkah Rico pun terdiam di tempat nya, air mata nya kini banjir dan tak dapat di hentikan lagi. Tangisannya pecah begitu saja melihat kondisi suaminya saat ini, menutup mulutnya dengan kedua tangannya menangis sekuat kuatnya melampiaskan semua kesedihannya.