Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Carol hanya diam saja dengan memalingkan wajahnya keluar kaca jendela mobil yang memperlihatkan deretan lampu jalan yang menyala indah. Kaleid sedari tadi memperhatikan Carol yang tampak memikirkan sesuatu, namun diapun tak ingin mengganggu lamunan Carol dan mungkin membuatnya merasa tak nyaman nanti.
Waktu berlalu dan kini jalanan semakin sepi, tak terasa setengah jam sudah mobil melaju di jalanan tanpa mengetahui tujuan nya. Supir yang sedari tadi hanya mengemudikan mobil tanpa bersuara pun kini bertanya "Tuan, kita akan kemana sekarang?" melirik tuannya melalui kaca spion di atas dashboard mobil, menunggu aba aba dari sang majikan. Kaleid kemudian melirik ke arah Carol yang masih melamun pun hanya mengangguk kepada sang supir yang menandakan agar melaju terus, kemudian dia pun akan mulai menanyakan tujuan mereka kepada Carol.
"Hhmm,,, maaf nona Carol" berdeham sebentar dan menatap ke arah Carol, yang kemudian membalas menatap kedua bola mata biru tua Kaleid.
"Iya tuan, ada apa?" lama Kaleid menatap mata Carol yang tampak menyimpan kegelisahan di sana, namun sejenak kemudian dia mengingat bahwa harus menanyakan alamat rumah Carol.
"Supir ku tadi bertanya alamat mu nona" seolah hanya supirnya yang ingin mengetahui alamat Carol, dia pun seperti tak ambil pusing.
"Ah benar maaf kan aku tuan, aku lupa memberi tahu alamatku. Sekarang kita sudah jauh melewati daerah rumah ku tuan, di depan sana kita bisa putar arah lalu ikuti jalur hingga perempatan belok ke kiri. Nanti aku akan turun di depan komplek saja tuan, maaf sudah merepotkan mu" Carol menjelaskan jalur kerumah nya yang ternyata sudah lewat cukup jauh sekarang ini, dan mengakibatkan mereka harus berputar arah kembali serta dia pun tak lupa meminta maaf kepada sang supir. Supir tadi tak berani menjawab nya dan menatap ke arah tuan nya yang terlihat memandang ke luar sejenak lalu kemudian kembali fokus ke jalanan.
"Tak mengapa nona Carol, sepertinya kau tampak lelah. Apa tuan Rico memberi mu banyak kerjaan?" menanyakan perihal pekerjaan yang mungkin membuatnya tampak gelisah, Kaleid pun kembali memperhatikan wajah Carol yang memang sedikit pucat.
"Aku tidak apa apa tuan, tuan Rico tak pernah mempersulit ku. Dalam hal pekerjaan dia sungguh bos yang baik dan bijaksana tuan, tak mungkin aku di tindas olehnya" Carol menampilkan senyuman cerah di wajahnya, walau tak semua kegundahannya dapat tertutupi. Karena Kaleid masih melihat sedikit ke gelisahan di sana.
Kaleid mengangguk dan dia pun kembali menatap jalanan yang mereka lalui, ponsel Carol berbunyi menandakan pesan masuk dan dia pun segera merogoh tas dimana ponselnya berada. Membuka kunci ponselnya dan langsung membuka pesan yang muncul di layar utama ponselnya, dia membelalakan matanya melihat pesan tersebut. Seketika saja ponselnya telah terjatuh ke lantai mobil dan tangan nya bergetar hebat, satu tangannya dipakai untuk menggenggam erat baju yang berada di d**a nya. Sesak kini menjalar rongga dadanya seakan tak ada oksigen lagi yang masuk, air matanya mulai mengalir bebas di kedua pipinya.
Kaleid dengan sigap memegang bahu Carol yang tampak tak bertenaga sekarang, untuk menyadarkan Carol kembali yang kini tampak pucat pasi.
"Nona, nona Carol ada apa dengan mu, apa yang terjadi!" sedikit menggoncang bahu Carol yang hanya diam, dia pun meraih ponsel Carol yang terjatuh dan melihat foto seorang laki laki yang di ketahui adalah suami dari Carol bersama seorang perempuan yang tak di kenal oleh Kaleid. Akhirnya Kaleid mengerti apa yang terjadi kepada Carol "Tenang lah nona, anda tak boleh mengambil kesimpulan sebelum bertanya pada suamimu terlebih dahulu. Ini akan terasa tidak adil, sebelum dia menjelaskan nya sendiri. Bukan begitu?" Entah mengapa Kaleid malah seperti menjelaskan bahwa Mike tak bersalah dan Carol harus mendengar penjelasan dari Mike dulu.
"Mengapa dia bisa bersama wanita lain, tadi dia mengatakan ada pertemuan bisnis dengan rekan kerjanya. Tapi apa ini, ini tidak mungkin terjadi padaku bukan?" Carol mengatakan kalimatnya dengan masih menangis sesegukan, tadi pagi mereka masih bersama saling mengungkapkan rasa cinta mereka. Namun dengan sebuah foto tadi, semua bagai mimpi sekarang entah apa yang harus di lakukan oleh Carol. Kaleid pun mengusap punggung Carol dengan perlahan dengan masih memberi jarak tentunya. Dia tak ingin di kira mencuri kesempatan di saat seseorang mengalami kesulitan seperti ini.
"Iya, kau bisa bertanya padanya saat dia pulang nanti. Jadilah bijak di saat seperti ini, semua pasti akan baik baik saja" Sungguh entah setan apa yang merasuki Kaleid, dia sesungguhnua bukanlah tipe orang yang bijak dalam mengambil keputusan sejak dulu. Dan seharusnya ini adalah kesempatan yang bagus bagi Kaleid untuk masuk ke hati Carol, namun dia malah menenangkan Carol agar rumahtangga nya tak hancur. Carol pun tak juga tenang dan tangisnya sedikit mengeras dan sesegukan pun mulai muncul, tak berpikir panjang lagi Kaleid pun mengarahkan Carol untuk berhadapan dengannya yang langsung Kaleid sambut dengan pelukan nya. Kembali mengusap punggung Carol dan menenangkan nya. Supir Kaleid pun menghentikan mobilnya sedikit masuk ke bahu jalan dia pun keluar dari mobil, dengan sengaja dia memberikan tuannya untuk menenangkan nona yang sepertinya di sukai oleh tuannya itu.
Cukup lama bagi Carol untuk melampiaskan kesedihannya itu, saat dia mulai tenang dia pun tersadar bahwa dia masih di dalam pelukan seseorang. Dengan cepat Carol melepaskan diri dari pelukan Kaleid "Maaf kan aku tuan, tak seharusnya aku menangis seperti ini di hadapanmu dan ah, aku mengotori setelan mu. Sungguh aku minta maaf" bersusah payah menghapus air mata dan juga ingusnya yang masih meleleh, namun Kaleid tak peduli dengan setelannya. Dia malah mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan membantu Carol menghapus air matanya nya, tangan Carol dengan cepat meraih sapu tangan itu dari tangan Kaleid.
"Maaf tuan biar ku lalukan sendiri, terima kasih" mengarahkan wajah nya ke kaca jendela mobil menghapus air mata dan membersit hidung dari ingusnya, dia merasa agak malu melakukan nya di hadapan pria lain seperti ini apalagi Kaleid adalah rekan bisnis nya.
"Bisakah anda mengantarkan ku pulang tuan, aku ingin istirahat" Carol mengatakan nya dengan suara yang rendah, tersirat jelas kesedihan yang masih di rasakan oleh wanita itu. Kaleid pun mengangguk dan tak lama kemudian dia memanggil supirnya kembali.
Mobil kini kembali melaju di jalan raya, sudah hampir sampai di rumah Carol. Tadi Kaleid sudah meminta alamat jelas rumah Carol, karena dia akan mengantarkannya sampai di depan rumah. Dia tak mungkin meninggalkan Carol di depan komplek untuk berjalan sendiri ke rumahnya, Kaleid menatap Carol yang menatap nanar jalanan dengan menyandarkan kepalanya di jendela mobil. Tangan nya saling meremas dan tampak sedikit gemetar, sesekali masih terlihat tangannya mengusap kedua pipinya.
Sungguh Kaleid tahu bahwa ini tak mudah bagi Carol, sehari sebelumnya mereka masih tampak sangat serasi dan seperti pengantin baru bagi Kaleid. Tapi saat ini dia melihat sendiri masalah yang menghampiri mereka berdua, bukan hal sederhana ini adalah masalah kepercayaan dan penghianatan.
Sampai di depan rumah, Carol masih diam tampak melamun "Nona Carol, sudah sampai rumah mu. Kau tak mau turun, apa masih ingin di sini dulu?" Kaleid memiringkan tubuhnya melihat keadaan Carol yang tampak lusuh, matanya sembab dan pucat bagai tak di aliri darah di sana.
"Tidak tuan terima kasih, aku akan segera turun" kembali mengusap wajahnya dan mulai membuka pintu mobil, namun tangan Kaleid menahannya sejenak
"Nona Carol, ingatlah agar menyelesaikannya dengan kepala dingin. Jangan tuangkan emosimu langsung, karena itu tidak akan menyelesaikan masalahmu" memberikan senyum kepada Carol, dan melepas tangannya dari lengan Carol.
"Terima kasih tuan, aku permisi dulu" berjalan dengan perlahan masuk dalam pagar rumah menuju ke depan pintu, dia terduduk sejenak di teras rumahnya tak menyadari bahwa mobil Kaleid masih di sana. Kaleid masih memperhatikan Carol yang tak juga masuk ke rumahnya, dia meminta supirnya menunggu sebentar. Dia ingin memastikan Carol masuk ke dalam rumahnya barulah dia pergi dari sana.
"Selamat malam nona Carol, beristirahatlahbbuanglah semua sedih mu"