Carol bangun terlebih dahulu di banding Mike, dia menatap suaminya lama tanpa ingin memalingkan wajahnya barang sejenak saja. Entah mengapa rasanya hari ini Carol tak ingin melakukan apapun, dan hanya ingin memandang wajah sang suami seperti saat ini. Mike merasakan ada yang memperhatikan nya dan dia tahu orang yang memperhatikannya saat ini adalah Carol, sang istri. Sejenak dia membiarkan sang istri memperhatikan wajahnya, hingga tiba tiba dia menangkap tubuh sang istri dan membawanya kedalam pelukannya dengan posisi sang istri di atas tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan Mike, kau sudah banguna rupanya" Carol berusaha merapihkan rambutnya yang berjatuhan dari balik bahu Carol hingga mengenai wajah sang suami, Mike tertawa melihat wajah sang istri yang rambutnya berantakan
"Kenapa kau memperhatikan aku hahh,, apa segitu tampan nya aku hingga kau tak bisa melihat berpaling" Mike mengusel kedua pipi Carol yang tampak chaby
"Apa aku tak boleh melihat wajahmu hhmm.." Carol menyanggah tubuhnya dengan kedua tangan di letakkan di d**a dang suami, bertingkah menggemaskan dengan memajukan bibirnya di depan sang suami. Mike pun merasa sangat gemas dengan kelakuan sang istri, hingga dia berinisiatif untuk menggigit bibir sang istri.
"Aauww,, " Carol semakin kesal, namun dengan cepat Mike kembali mengecup bibir sang istri dan melumatnya pelan hingga tak berkutik
"Maaf sayang, kau begitu menggemaskan dan aku tak bisa menahan gemasku padamu. Muachh,,," kembali mengecup bibir sang istri kembali, namun kali ini Carol pun tersenyum malu sehingga menimbulkan rona merah di kedua pipinya.
"Jam berapa ini, lepaskan aku Mike kita harus bersiap ke kantor" Ujar Carol sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan sang suami, kepalanya menoleh ke arah nakas melihat jam yang terpajang di sana.
"Baru jam delapan sayang, ini masih pagi ayo kita lakukan sekali lagi seperti tadi malam" sambil mengeratkan pelukannya Mike kembali mencium pipi sang istri, dengan sekali gerakan tubuh Carol telah berada dalam kungkungannya.
"Aku akan di marahi teman mu, Rico" Carol kembali mencari alasan agar Mike melepaskannya
"Aku akan menelponnya nanti, kau jangan khawatir sayang!" Mike kembali memulai aksinya mencumbu sang istri yang tak bisa lagi bergerak karena tindihannya.
"Karyawan lain akan mengataiku dengan semena mena, karena mengenal kepala direktur...." Tak mau ambil pusing lagi, Mike langsung saja melancarkan aksinya dan menghentikan kalimat Carol
*****
Matahari sudah tinggi di atas sana, namun ada sepasang suami istri yang baru saja selesai mandi dan mulai memakai pakaian mereka. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas dan mereka belum juga kekantor, entah berapa banyakan panggilan telepon dari Rico di ponsel Mike maupun Carol yang tak di jawab mereka. Carol memakaikan dasi di kerah baju Mike, Mike tersenyum saat melihat wajah Carol yang memberengut kesal dengan tindakan Mike yang membuatnya sangat terlamat ke kantor. Bahkan Direkturnya pun sudah menelpon dan tak di angkat oleh Carol, jika bukan karena Rico adalah sahabat suaminya sudah dapat di pastikan saat Carol sampai di kantor dia akan mendapat surat pemecatan langsung.
"Kau tambah cantik jika wajah mu begini sayang" membelai lembut pipi Carol dengan punggung tangan nya, dan menyampirkan rambut yang setengah basah ke belakang bahu nya.
"Jangan mulai lagi Mike, ini sudah terlalu siang bukan. Sudah selesai, ayo berangkat!" Melirik ke arah Mike yang tampak masih tersenyum padanya.
Mike membenamkan ciuman di puncak kepala Carol dan membelai rambutnya, sungguh hari ini rasanya ia pun tak ingin pergi kekantor dan berpisah dengan istrinya. Namun ada beberapa pekerjaan yang harus di selesaikan hari ini juga, di tambah lagi sang asisten mengatakan bahwa ibunya mencarinya tadi. Karena kepandaian sang asisten lah ibunya tak mengetahui bahwa dia belum juga kekantor, dia membohongi ibu Mike dengan mengatakan jika Mike keluar melakukan pertemuan dengan rekan kerjanya.
Dalam perjalanan kekantor, Carol tampak sedikit gelisah dan hanya diam saja menatap keluar jendela kaca mobil.
"Ada apa sayang, kenapa kau tampak tak nyaman?" suara Mike terdengar dalam kesunyian di dalam mobil
"Tidak Sayang, aku hanya merasa tak enak pada Rico dan juga karyawan lainnya" mengalihkan pandangan nya kepada Mike yang kini tengah fokus menyetir
"Kau tak perlu merasa tak enak sayang, aku akan ikut dengan mu ke atas dan menjelaskan nya kepada Rico. Jangan khawatir, ok!" Mike menggenggam jemari Carol, memberikan ketenangan untuknya.
"Jangan Mike, itu akan lebih jelas terlihat. Biar aku yang akan mengurus nya. Kau pergilah ke kantor mu sayang, kerjaan mu pasti sudah menunggu" menampilkan senyuman kepada suaminya, yang menatapnya sejenak.
"Baiklah, karena aku ada pertemuan jadi akan ku biarkan kau mengurusnya sayang" melajukan mobilnya sambil masih menggenggam tangan Carol
Sampai di depan kantor Carol, Mike masih enggan melepas genggaman tangan nya. Dia masih ingin berlama lama memandang wajah sang istri seolah olah mereka akan berpisah untuk waktu yang sangat lama. Carol memiringkan tubuhnya dan menatap suami nya dengan lembut, membelai pipi sang suami yang mulai di tumbuhi bulu bulu halus nya.
"Sayang,, aku kerja dulu ya, jemputlah aku seperti biasa nanti,ok! Aku mencintaimu Mike" memberi kecupan di bibir sang suami yang juga sedang menatapnya penuh kasih
"Ahh,, rasanya aku jadi tak rela kau kerja sayang. Kita belum berpisah tapi aku sudah merindukan" meraih tangan sang istri dan meletakkan nya di dadanya.
"Kenapa kau berkelakuan seperti anak kecil Mike, sungguh menggemaskan. Pergilah sayang, aku akan turun sekarang. Sampai jumpa" Carol hendak membuka pintu mobil, namun gerakan nya tertahan dengan pelukan tiba tiba dari Mike.
"Biarkan seperti ini sebentar saja sayang, lima menit lagi saja setelah itu aku akan berangkat kekantor hhmm.." mendengar permintaan suaminya dengan nada lirih, hati Carol pun terenyuh dan membalas pelukan sang suami dan mengusap punggung nya. Membiarkan rasa cinta mereka mengalir lewat pelukan dan belaian dari mereka.
Sesuai janji Mike, lima menit telah berlalu dan dia pun melepas pelukan nya perlahan. Wajahnya kini tampak sedikit lebih baik dari sebelumnya, dia pun membelai pipi Carol dan merapihkan rambutnya yang tampak sedikit berantakan setelah nya dia pun mencium puncak kepala Carol.
"Aku akan menjemputmu saat pulang kerja sayang, naiklah ke atas" dia pun melepas Carol untuk bekerja, kini Carol sudah keluar dari pintu mobil dan berjalan menuju lobi untuk naik lift ke lantai atas dimana letak kantornya berada.
saat sampai di dalam kantor Carol melihat jam yang ada di pergelangan tangan nya yang sudah menunjukkan pukul 12:45, diapun akan segera mulai bekerja. Namun sayang nya, belum sempat b****g Carol menyentuh kursi untuk duduk, seseorang mengetuk pintu nya lalu masuk ke dalam.
"Nona Carol, anda di minta untuk segera ke ruangan tuan Rico"
"Baiklah terima kasih, aku akan segera kesana" orang yang menyampaikan pesan itu pun segera pergi, meninggalkan Carol yang kini tampak gugup dan sedikit melihat pantulan dirinya di kaca lalu bergegas untuk menemui Rico.
Carol mengetuk pintu ruangan Rico dan mendorongnya kemudian, betapa terkejutnya dia melihat siapa yang ada di sana. Rico dan tuan Kaleid sedang duduk di sofa, mereka tampak berbincang bincang sebelumnya.
"Masuklah Carol duduk lah di sini, kita kedatangan tamu spesialhari ini" Rico melihat Carol yang hanya diam di depan pintu pun langsung mengajaknya masuk dan duduk bersama mereka.
"Ba, baik tuan" Carol memilih untuk duduk di sofa yang bersebrangan dengan Kaleid, mata Kaleid tak lepas untuk memperhatikan gerakan Carol.
"Mr. Kaleid ingin membicarakan masalah dana untuk pembangunan awalnya, jadi aku perlu penilaian mu untuk dana awal kita" Rico menjelaskan maksud kedatangan Kaleid ke kantor mereka
Carol mengangguk dan mulai membuat catatan dan membahasnya langsung bersama rekan bisnis mereka, pembahasan mereka sedikit alot. Entah karena masalahnya yang rumit atau karena Kaleid yang sengaja ingin berlama lama di sana, sehingga ada saja yang salah dari apa yang Carol rencanakan. Sehingga sudah puku 5 sore pun mereka belum menetapkan dana awal perencanaan pembangunan mereka, Carol meminta ijin untuk kembali ke ruangan nya sebentar dia bermaksud untuk menghubungi sang suami.
Carol mengambil ponsel nya yang memang sengaja ia letakkan di atas meja dan tak di bawa saat ke ruangan Rico tadi, betapa terkejutnya Carol melihat ponselnya terdapat puluhan panggilan tak terjawab dari Mike. Dengan paniknya diapun menelpon balik nomor sang suami, namun sia pun tak mendapat jawaban. Carol merasa bingung entah apa yang terjadi pada suaminya, karena tak juga mengangkat telepon darinya. Saat memperhatikan ponsel nya, ternyata terdapat beberapa pesan dari sang suami. Carol pun segera membuka pesan pesan tersebut satu per satu, Carol pun mendapatkan pesan dari Mike yang mengatakan bahwa dia tak bisa menjemput Carol karena harus bertemu klien hingga malam mungkin baru pulang.
Carol pun membalas pesan tersebut, memberitahukan suaminya bahwa dia akan pulang dengan taxi dan jangan khawatir padanya. Namun di seberang sana seorang wanita sedang memegang ponsel Mike dan melihat pesan yang dibalas oleh Carol pada Mike. Jeniver, dialah yang mengirim pesan kepada Carol dan mengatakan bahwa Mike tak bisa menjemputnya, karena sedang ada pertemuan denga rekan bisnisnya yang sebenarnya itu semua adalah bohong.
"Maaf kan aku Mike, aku juga tak ingin melakukan ini. Namun ibumu akan menghancurkam karirku jika aku tak menurutinya" memandangi tubuh Mike yang sedang berbaring di atas kasur sebuah kamar hotel
Carol yang sudah mendapat kabar bahwa Mike tak bisa menjemputnya pun kembali ke ruangan Rico, dan ingin kembali membicarakan mengenai masalah pembangunan yang di tanganinya. Saat ia masuk ke dalan ruangan Rico, tampak mereka sudah selesai dan bersiap untuk keluar kantor.
"Apa sudah selesai pembahasannya pak?" tanya nya bingung
"Kami akan melanjutkan nya besok, karena malam ini aku ada pertemuan Carol. Jadi kita undur besok untuk membicarakan nya lagi, jadi persiapkan lah catatan yang di perlukan untuk besok. Oh iya benar, apa Mike belum menjemputmu?" merasa bingung kenapa Carol kembali lagi ke ruangan nya, biasanya dia akan meminta ijin pulang dengan menelpon Rico.
"Ah iya, dia tidak bisa menjemput ku. Jadi aku akan pulang naik taxi saja pak, baiklah kalau begitu saya permisi dulu" menganggukkan kepala kepada Rico dan Kaleid kemudian keluar dari ruangan tersebut.
Carol sedang menaiki lift untuk turun ke lobi, sampai di lobi dia pun menuju ke depan jalan di depan kantor nya untuk mencari taxi. Saat ini sudah pukul 6, dan jalanan umum tampak sepi tak ada angkutan umum seperti taxi yang lewat. Beberapa saat kemudian sebuah mobil berhenti di depan Carol, Carol melihat ke arah mobil tersebut dan melirik kediri dan kanannya. Diapun tak melihat ada orang di sekitarnya, dia pun kembali melihat ke arah kaca mobil dan tampak kaca mobil tersebut turun dan memperhatikan orang yang berada di dalam nya. Ternyata yang ada di dalam mobil adalah Mr. Kaleid, dia pun membuka pintu mobil dan keluar berjalan mendekati Carol.
"Apa kau belum di jemput nona" tanya Kaleid berpura pura tak tahu apa apa, padahal tadi saat di ruangan Rico dia sudah mengetahui bahwa suami Carol tak dapat menjemput Carol. Jadi dia sengaja menunggu di ujung jalan untuk melihat kondisi di sekitar dahulu.
"Oh, tuan Kaleid. Hhmm ya, suami saya tak bisa menjemput dan saya sedang menunggu taxi saat ini. Apa ada yang bisa saya bantu?" Carol yang kembali bertanya pun membuat Kaleid sedikit tersenyum, bukankah yang butuh bantuan adalah wanita di depan nya. Kenapa malah dia yang menawarkan bantuan, sungguh wanita aneh dan menarik.
"Seharusnya saya yang menanyakan itu nona Carol, apa kau bersedia menerima tumpangan yang kuberikan? Aku akan mengantarmu ke rumah, itu pun jika kau mau. Tentu aku tak bermaksud apa apa, aku hanya ingin mempererat kerja sama kita dengan saling membantu. Bukankah perusahaan mu sudah banyak membantuku, maka tak salah jika aku sedikit membantumu ini tak akan termasuk hutang budi" penjelasan yang cukup masuk akal menurut Carol, tak ada salahnya untuk menerima tumpangan dari rekan bisnis mereka. Dia pun memandang ke arah mobil yang di dalamnya ada seorang supir yang sepertinya orang Indonesia, dia pun tak ingin meragukan niatan baik dari Kaleid.
"Supirku adalah orang seperti mu nona, kau tak perlu takut" meyakinkan Carol kembali
"Baiklah tuan, terima kasih sebelumnya" Carol pun akhirnya mengangguk, Kaleid berjalan terlebih dahulu dan membukakan pintu mobil untuk Carol