“Kamu harus terbiasa dengan semua ini,” ucap Leonor dengan nada tenang namun penuh penekanan, tangannya bergerak lembut menangkup sisi wajah Lopita yang terasa dingin dan basah oleh air mata keputusasaan. Ia memaksakan kontak mata, berusaha agar tatapannya yang penuh pengertian dapat menjangkau relung hati gadis muda itu yang tengah dilanda badai ketidakpercayaan. “Kamu sudah menjadi bagian dari dunia ini,” lanjutnya, suaranya lirih namun sarat akan beban kenyataan. Kata-katanya bagai palu godam yang menghantam sisa-sisa idealisme Lopita, memaksanya untuk menerima kenyataan pahit yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari takdirnya – sebuah dunia kelam yang merenggut kebebasan, masa depan, dan mungkin juga jiwanya. “Terima saja,” tandas Leonor sekali lagi, kali ini dengan nada yang

