Tubuh Lopita terhempas ke belakang, sebuah reaksi refleks dari hentakan pistol yang sama sekali tak ia duga. Senjata itu, asing di genggamannya, melucutkan peluru dengan suara memekakkan telinga. Matanya terpejam rapat, kelopak matanya berkedut, seolah ingin menghapus detik-detik paling mengerikan dalam hidupnya. Ia menanti kehancuran, menanti dirinya tercerabut dari dunia nyata. Ketika perlahan-lahan ia membuka mata, yang pertama ia cari adalah tanda-tanda alam lain; apakah ia sudah pindah dimensi? Sayangnya, atau mungkin justru beruntung, ia masih berada di kamar yang sama, napasnya memburu. Kemudian pandangannya jatuh, menyengat indra penglihatannya pada tangan kanan Leon yang berlumuran darah pekat, merembes dari lengan kokoh Leon. Seketika, wajah Lopita memucat pasi, darah seolah me

