Mendapat Tempat Tinggal Gratis

1069 Kata
“Tak usah dipikirkan. Untuk pekerjaan, kau bisa terima saja ajakan perempuan tadi, mungkin kau akan merasa cocok di sana. Tapi terserah padamu, yang jelas, di kota ini tidak terlalu banyak pekerjaan tersedia untuk anak sekolah, apalagi ketika waktu liburan.” Tristan memberikan beberapa saran pada Katarina, sebagai sesama esper yang tinggal di kota, pria itu berbuat cukup baik pada Katarina yang baru dirinya kenali. “Oh, oke. Terima kasih atas sarannya. Selamat tinggal.” Katarina membalas. “Jangan merindukanku.” Tristan tersenyum jahil sambil berjalan mundur. Perkataan nya membuat Katarina sedikit tersenyum. “Kau terlalu percaya diri.” Tristan yang masih berada di teras lanjut tersenyum, ia kemudian menghentikan langakah, itu membuat Katarina tak bisa untuk tak bertanya. “Ada apa? Apa ada yang terlewatkan?” tanyanya. Saat itu bersamaan dengan pria itu yang merogoh sesuatu di balik saku celananya. “Mau menyimpan nomor ponselku untuk berjaga-jaga? Siapa tahu kau butuh bantuanku.” Pria itu memawarkan sambil memperlihatkan ponselnya. Sudah wajar apabila mereka bertukar nomor untuk bisa saling menghubungi, tapi sayangnya ... “Aku tidak punya ponsel.” Katarina membalas. Tidak tahu apakah ia berkata jujur atau bohong. “Serius?” tanya Tristan yang tampak tak percaya. Katarina hanya angkat bahu, ia tidak berusaha untuk meyakinkan pria itu. “Ya sudahlah, kota ini tidak terlalu besar, cepat atau lambat kita akan bertemu lagi.” Tristan berucap sambil mengantongi ponselnya lagi. Ia seperti merasa akan bertemu dengan Katarina lagi dalam waktu yang dekat. “Jangan terlalu berharap.” “Sampai jumpa lain kali.” Tristan ke jdian berbalik badan lalu berjalan pergi, tak lupa ia melambai tanpa menoleh sama sekali. “Selamat tinggal.” Katarina membalas lambaian sambil berseru, padahal ia sendiri tahu bahwa pria itu tidak akan melihat ketika dirinya melambai, tapi tetap saja dilakukan. Tristan akhirnya meninggalkan Katarina sendirian. Pria itu kembali naik motor, kendaraan roda dua itu dinyalakan lalu melaju meninggalkan daerah itu, Katarina memperhatikan seluruh kejadian itu sampai sosok Tristan benar-benar sudah tak tampak lagi. Pada akhirnya Katarina mendapatkan tempat tinggal yang tidak resmi, ini dikarenakan ia mengisi rumah milik orang lain tanpa izin. Tapi apa masalahnya? Selama ia tidak merampok barang-barang dan melakukan perusakan, rasanya apa yang dirinya lakukan sah-sah saja. Mungkin ia hanya akan merampok makanan, tapi itu bukan sesuatu besar yang bisa dipermasalahkan. Katarina yang sudah menutup pintu segera mengedarkan pandangannya ke sekitar. Rumah ini dirawat dengan baik, terdapat foto keluarga yang dipajang di atas meja, di dalam lemari dan di sepanjang dinding ruang tengah. “Oh, akhirnya aku memiliki tempat tinggal sementara di kota ini.” Ia bergumam lega. “Meski secara ilegal.” Imbuhnya. Terdapat pot dan vas bunga yang ditata sedemikian rupa di ruangan itu. Katarina sengaja tidak membuka gorden yang mana itu membuat keadaan ruangan itu tidak terlalu terang. Ruang tengah itu memiliki sofa berwarna putih bersih dengan ukuran yang besar, di tengah sofa-sofa itu terdapat meja yang terbuat dari kaca. Di sisi lain, ada sofa yang sepertinya digunakan untuk bersantai, sofa itu berada tepat di depan televisi. Di lantai, ada alas yang menutupi seluruh daerah sofa dan meja kecil itu. Itu adalah karpet yang sepertinya cukup mahal, bulu-bulu karpet itu terlihat tebal dan halus. Pada dinding ruang tengah itu tidak kosong, ada sekitar sepuluh lukisan yang ditata rapi di sekeliling, sementara foto keluarkan ditaruh di dalam kemari kaca, ada juga foto keluarga yang ditaruh atau digantung di dekat jam dinding yang saat itu menunjukkan sudah menjelang tengah hari. “Rumah yang cukup bagus, sepertinya aku akan merasa nyaman tinggal di sini.” Katarina mengomentari sambil mengedarkan pandangan ke sekitar, cat dinding berwarna putih cerah begitu kontras dengan perabotan yang ditata rapi di sekelilingnya. Setelah puas memperhatikan keadaan ruang tengah, Katarina berjalan menuju ke arah dapur. Menurutnya, dapur adalah ruangan yang paling penting, hal itu dikarenakan ia yang memerlukan makanan selama beberapa lama berada di tempat ini secara ilegal. “Ayo kita lihat apa saja yang mereka miliki di dapur.” Katarina kemudian berjalan dengan langkah besar menuju dapur. Jarak dari ruang tengah menuju dapur tidak terlalu jauh bahkan tidak sampai memerlukan waktu setengahnya menit. Ketika tiba di dapur, pemandangannya tampak bagus. Peralatan masak yang ada di sana seperti sering digunakan dan sudah dirawat dengan baik, pisau dan semua alat kecil ada di tempatnya, rak barang-barang juga terisi dengan baik. Di sana juga ada meja besar yang sekelilingnya terdapat empat kursi, ini menandakan baja dapur yang luas itu juga berfungsi sebagai ruang makan. Meja panjang bercat coklat itu tampak masih bersih, belum ada debu yang menempel menandakan bahwa penghuni rumah belum lama meninggalkan rumah tersebut. Wastafel berjarak tak jauh dari kompor ganda yang tampak bersih, rak kecil yang berada di sisi lain dari wastafel tampak dipenuhi perlatan makan yang bersih. Jendela dapur tidak memiliki hirai sehingga kaca tembus pandang itu tetap membiarkan cahaya matahari masuk. “Ini dia dapurnya, sepertinya sering digunakan.” Katarina mengomentari keadaan dapur itu. “Ayo kita lihat apa saja makanan yang bisa kusantap.” Setelah mengatakan kalimat itu, Katarina segera memeriksa tempat-tempat yang biasa digunakan untuk menyimpan makanan. Ketika membuka laci yang biasa digunakan untuk menyimpan makanan, Katarina kagum karena persediaan yang ada jauh lebih banyak dari yang seharusnya. “Penghuni rumah ini benar-benar baik padaku, mereka adalah orang-orang yang cerdas karena memiliki stok makanan yang cukup banyak.” Katarina bergumam sendiri sambil memandang takjub. Oa mengambil bungkusan mie instan. “Sepertinya ini enak, andaikan saja aku belum makan.” Ia kemudian menaruh itu kembali ke tempatnya. “Sekarang mari kita lihat ada apa saja di dalam lemari es mereka. Kuharap ada banyak minuman yang enak.” Katarina beralih menuju lemari es yang ukurannya besar, ketika pintu dibuka, ada banyak jenis makanan yang masih mentah tampak didinginkan, ada daging ayam, daging sapi bahkan sayuran. Di sisi lain, beberapa jenis minuman juga disimpan dengan baik. “Aku seperti mendapatkan harta. Sepertinya aku tinggal di rumah yang tepat.” Ia bergumam pelan lalu mengambil sebotol s**u. Ia menutup pintu lemari es lalu berjalan pergi sambil minum s**u. Katarina kembali ke ruang tengah, ia berjalan menuju satu persatu kamar, mencari di mana yang sekiranya cocok untuk menjadi tempat tidurnya. Ada sekitar empat kamar di dalam rumah itu yang memiliki barang-barang di mana jelas ada empat kepala yang mengisinya. Katarina memilih salah satu kamar yang sekiranya cocok untuk dirinya gunakan. Setelah memastikan semuanya dengan baik, maka Katarina pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Rasanya keringat kering yang menempel selama semalam sekarang membuat ia sangat tidak nyaman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN