Kecelakaan itu berlangsung cepat sehingga Katarina tak sempat bereaksi dan melakukan apa yang dirinya mampu lakukan.
Tubuh Katarina tidak jatuh bebas selama beberapa waktu hingga berakhir menghantam dasar jurang, tidak seperti itu, ia hanya melayang di udara untuk beberapa saat sebelum jatuh lalu menghantam tebing yang landai, ia jatuh terperosok lalu berguling-guling di sana.
Hanya beberapa detik lamanya kejadian itu berlangsung dikarenakan tubuh Katarina langsung tersangkut pada pepohonan yang tumbuh di sepanjang tebing tersebut. Kejadian itu sama sekali tak membuat keadaan lebih baik, pinggangnya yang diapit dahan-dahan pohon terasa teramat sakit dan ia tak bisa meloloskan diri dari sana, Katarina terjebak.
Selama beberapa detik lamanya, Katarina berusaha menangkan dirinya, berusaha mempertahankan kesadarannya, ia mengerjap-ngerjapkan mata berusaha menjernihkan pandangannya, di sana gelap dan seluruh hal yang ada tampak samar melalui pandangannya.
Kejadian ketika ia terlontar dari sepeda motornya sama sekali tak dirinya sadari, ia tak memiliki ingatan tersebut, yang ia ingat adalah motornya kehilangan kendali lalu tahu-tahu dirinya sudah tersangkut di sana dengan keadaan sekujur tubuh yang terasa sakit.
Ia merasakan bahwa sekujur tubuhnya kesakitan akibat kecelakaan itu, ia mengerang merasakan darah keluar dari luka-luka yang dimilikinya, tulang-tulang dan semua bagian tubuhnya terasa linu akibat benturan sebelumnya.
Itu bisa dikatakan sebagai syok karena benturan, rata-rata manusia yang mengalami kecelakaan memang tidak akan ingat dengan berlangsungnya kecelakaan itu.
Katarina tak sadar bahwa sebelumnya ia sudah terkena tembakan beberapa kali, dari bekas luka gores akibat sebelumnya ia berguling dan dari lubang tembaklah darah-darahnya keluar.
Dari semua yang terjadi, ia tak mendapatkan luka parah sampai mengancam nyawa. Meski begitu, keadaannya yang saat ini sedang cedera bukan sesuatu yang baik, bisa dikatakan hanya bagian kepala berlapis helm saja yang tak terkena cedera, hal itulah yang masih memberinya kesadaran yang utuh.
“Aku tak bisa bergerak, bagaimana ini?” tanyanya dalam benak. Saat ini ia benar-benar mengalami cedera yang memberikan rasa sakit luar biasa. Tubuhnya benar-benar tersangkut dan memerlukan kekuatan yang besar untuk membebaskan dirinya dari sana.
Ia mencoba menggerakkan tangannya, tapi usahanya gagal dikarenakan cedera yang terdapat pada lengannya membuat ia langsung meringis kesakitan. Ia tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu seseorangーentah orang yang menolongnya atau para pengejar yang ingin menangkapnyaーdatang lalu membebaskannya dari sana. Tak ada hal yang mampu dirinya lakukan saat itu.
Di atas, tepat di jalan raya, ternyata unit mobil itu diikuti oleh sepeda motor yang mana seorang pria mengendarainya. Mobil bersama motor itu berhenti tepat pada tikungan di mana Katarina mengalami kecelakaan.
Beberapa orang keluar dari dalam mobil, mereka membawa s*****a api berjenis AK-47. Pria pengendara sepeda motor yang berjaket merah tak melepaskan helm merahnya, ia turun dari motornya lalu berjalan menuju pembatas jalan.
Hanya dengan gerakan tangan kanan yang ringan, logam yang menjadi pagar pembatas itu terpisah lalu terayun menjauh memberi celah yang signifikan. Ya, ia adalah pria yang memiliki kekuatan telekinesis, ialah yang sejak tadi melepaskan serangan beruntun pada Katarina, tentu saja ledakan itu berasal dari orang lain yang menembakkan pelontar misil seenaknya.
“Wah, aku ragu dia akan selamat. Tapi jika seandainya dia baik-baik saja, dia pasti wanita yang hebat.” Sambil menggumamkan kalimat itu, ia membuka kaca helm sambil merogoh teropong kecil di dalam saku jaketnya.
Pria itu menggunakan teropong termal lalu berjongkok memperhatikan tempat di mana jatuhnya Katarina. Di sanalah ia melihat sumber panas yang membentuk tubuh gadis itu, siluet panas itu memiliki pergerakan yang menandakan bahwa target mereka masih hidup.
“Sepertinya kalian menembak di tempat yang tepat, gadis itu masih hidup.” Ia bergumam pelan lalu berdiri sambil mengantongi teropongnya lagi.
“Jangan banyak mengoceh, cepat keluarkan gadis itu dari sana lalu kita pergi. Di sini dingin.” Seorang pria yang merupakan pelaku dari penembakkan pelontar misil keluar dari dalam mobil.
“Oke, oke, akan kulakukan.” Pria yang berdiri di bibir jurangーyang mana masih mengenakan helmnyaーmenyahut tanpa menoleh. Setelahnya ia langsung melakukan peregangan seperti melenturkan persendian kaki dan tangannya.
Setelah lima sampai sepuluh detik lamanya ia melakukan itu, keduanya tangannya langsung terjulur ke arah di mana Katarina berada. Dengan kekuatan telekinesis-nya yang kuat, ia berhasil mengangkat tubuh Katarina yang berada hampir lima puluh meter di bawah sana.
Karena jarak itulah, ia tak bisa terburu-buru mengangkatnya ke atas sana, memerlukan waktu yang lebih dikarenakan jarak yang cukup jauh. Meski begitu, secara perlahan tubuh Katarina naik ke atas, tubuh gadis itu melayang seolah gravitasi tak memengaruhinya, bahkan lebih dari itu, ia terlihat diangkat oleh sesuatu yang sama sekali tak terlihat wujudnya. Ketika tubuhnya sudah berada di hadapan pria berjaket merah itu, ia langsung memindahkan tubuh Katarina yang lunglai ke arah sampingnya secara perlahan lalu berakhir dijatuhkan di atas jalan.
“Lama sekali kerjamu, aku bosan menunggu.” Pria yang turun dari mobil menggerutu dengan nada yang tak sabaran, ia melihat sesaat ke arah tubuh Katarina, dalam penerbangan dari cahaya lampu mobil, tampak gadis itu masih bernapas, tak terlihat seperti apa ekspresinya saat ini, tak diketahui juga apakah dia masih sadarkan diri atau tidak, hal itu karena wajahnya tertutup helm.
“Jangan mengeluh, dia sudah ada di sini, bukan? Kita berhasil mendapatkannya,” ucap si pria jaket merah sambil berjalan menjauh dari bibir tebing, membiarkan pembatas jalan berada dalam keadaan yang seperti itu, rusak dengan celah yang cukup besar.
Pria itu kemudian beralih memandang pada pria berjaket merah. “Kau yakin tak membunuhnya? Aku tak mau bertanggung jawab kalau dia mati gara-gara ini.”
“Jangan berlebihan, lihat saja sendiri, dia masih bernapas. Pria itu mengangguk pada tubuh Katarina yang masih bergerak menandakan bahwa gadis itu sedang bernapas. “Sudah ah, aku pergi duluan.” Setelah mengatakan itu, si pria langsung berjalan menuju motornya.
“Apa yang kalian tunggu? Bawa wanita ini segera!” Pria itu membentak orang-orang yang memegang s*****a di sana.
Si pria berkendara itu tidak memedulikan dengan apa yang terjadi berikutnya. Ia tampaknya menyudahi tugas pengajarannya sampai titik itu saja, lalu sisanya ia serahkan pada tim yang ada di sana. Pria itu sama sekali tak berpikir bahwa tugas akan benar-benar selesai ketika Katarina sudah tiba di tempat tujuan dalam keadaan utuh.
Ketika masih berada di sana, tugas jelas masih belum selesai. Ditambah Katarina adalah Esper, apa pun bisa terjadi. Entah karena terlalu percaya pada rekannya, terlalu malas melakukan tugas atau terlalu menyepelekan gadis muda yang tampak biasa saja itu. Yang jelas, pria itu malah pergi begitu saja seperti lepas tanggung jawab.
Para pria di sana juga tidak terlalu menganggap berbahaya Katarina, mereka yang melihat gadis itu memejamkan mata menganggap sudah pingsan dan tentunya gadis itu tidak akan bisa melakukan apa-apa lagi. Sesegera mungkin tubuh Katarina diangkat menuju ke dalam van.
***